CZ 14

1.7K 316 25
                                    

   Rintik hujan masih terlihat deras dari balik kaca jendela kamar seorang Zean. Ia mengamati setiap tetes hujan yang turun dengan seksama entah apa yang sedang ia pikirkan. Malam ini ia sedang bersantai ditemani segelas kopi pahit sambil menunggu kepulangan mamanya yang kini masih berkunjung ke rumah kakak perempuannya. Masih dengan mata yang menatap pemandangan luar Zean menyeruput kopinya hingga tiba-tiba terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Zean buru-buru turun untuk membukakan pintu takut jika sang mama menunggu terlalu lama. Tapi tunggu, kenapa tiba-tiba mamanya datang tanpa ada suara mobil yang lebih dulu Zean dengar?.

    Saat membuka pintu Zean cukup kaget karena rupanya bukan mamanya yang datang melainkan anak gadis yang tinggal di sebelah rumahnya. Chika, dia datang dengan tampilan basah kuyup dan berdiri seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya.

   "Chika? kamu kenapa?" 

   "Pak Zeannnn......" kata Chika berlinang air mata sambil langsung memeluk erat tubuh pria di depannya yang terlihat kebingungan. Tak lagi kembali bertanya Zean langsung membalas pelukan Chika tanpa mengkhawatirkan bajunya yang ikut basah. Tangan Zean juga tak diam, ia bergerak mengelus rambut dan punggung Chika memberikan ketenangan.

    "masuk dulu aja yuk" ajak Zean kemudian menuntun Chika masuk

    Zean membawa Chika masuk ke dalam kamar yang dulunya adalah kamar ci Shani sebelum menikah dan ikut tinggal dengan suaminya. Zean membuka lemari dan memberikan Chika handuk "pake ini ya, terus nanti ganti pake baju cici pilih aja yang pas sama kamu di lemari gapapa. Saya tunggu kemu di luar" tutur Zean lembut namun sebelum Zean pergi Chika menahan tangannya untuk tidak pergi dulu.

    "Aku mau cerita dulu" 

    "iya nanti kamu boleh cerita, tapi sekarang ganti baju dulu jangan basah-basahan gitu kamu bisa sakit" balas Zean yang tak lagi dibantah oleh Chika

     Kini keduanya duduk di sofa ruang keluarga rumah Zean. Chika tertunduk mencengkram kuat gelas yang ada ditangannya. Tadi Zean membuatkan Chika segelas teh hangat.

    "katanya mau cerita?" ucap Zean melihat Chika yang tampak masih ragu untuk bercerita

     Chika mengangkat kepalanya menatap Zean "aku habis ribut sama papi tadi" adu Chika kembali menangis, air matanya sungguh tak bisa ia tahan.

     Zean berpindah duduk menjadi lebih dekat dengan Chika lalu ia mengangkat wajah Chika yang kembali tertunduk, Zean memiringkan wajah Chika dan menatap tajam pipi kiri Chika yang sedikit memerah.

    "Papi nampar kamu?" tanya Zean tak yakin namun tak menyangka Chika menganggukki pertanyaannnya

    "serius papi nampar kamu?" tanya Zean sekali lagi. Tentu Zean tak menyangka, papi Chika alias Calvin selama ini terlihat lembut, humoris, dan tak pernah main tangan.

     "iya pak, aku juga gak nyangka kalau papi bakal semarah ini soal mobil. Kita debat sampe papi emosi dan nampar aku"

    "debat? kamu belain Rangga ya?"

    "enggak kok, aku cuma kesel karena omongan papi jadi kemana-mana dan gak nyambung sama topik. Kesannya juga papi terlalu itung-itungan tentang semua yang udah dia kasih selama ini ke aku bahkan papi nyampe ngomong kasar ke aku kan aku jadi gak terima, papi marah karena aku bantah omongan dia" Jelas Chika

    Zean menghela nafas lalu berdiri dari duduknya "tunggu bentar sambil minum tehnya itu" ucap Zean lalu pergi tak lama ia kembali dengan membawa peralatan kompres

    Perlahan Zean mengompres pipi Chika dengan air dingin "lain kali kalau dimarahin dan kamu emang salah udah diem aja gak usah ngelawan biar pipi kamu gak kenapa-napa" kata Zean terdengar dingin tapi entah kenapa membuat perasaan Chika menghangat karena merasa diperhatikan.

Cegil ZeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang