Dengan wajah panik dan perasaan gusar Zean berlari menyusuri koridor rumah sakit. Barusan dia mendapat kabar dari Chika kalau mama Melody jatuh pingsan di dapur rumahnya. Begitu Zean sampai dengan keringat yang mengucur dan nafas yang ngos-ngosan yang pertama ia lihat adalah Chika yang tengah duduk di bangku.
"Chik, mama gimana?" Tanya Zean langsung
"Mama masih di periksa di dalem pak" Jawab Chika
Zean memijit pelipisnya dan mengontrol emosinya "tadi pas pingsan keadaan mama gimana?"
"posisi mama pingsan di dapur pak, ada darah di bagian kepala kayaknya karena kebentur cukup keras" jawab Chika dengan suara bergetar, jujur Chika menahan tangis saat ini, dia tadi niat berkunjung ke rumah Zean seperti biasanya. Chika langsung masuk saat tahu pintu depan tak terkunci. Ia sempatkan meneriaki nama Zean atau mama Melody namun tak ada jawaban. Karena itu Chika mencoba mengecek dapur, namun Chika sangat shock saat melihat tubuh Melody terbaring di lantai. Chika langsung buru-buru menghubungi ambulance saat mengetahui kepala Melody mengeluarkan darah. Setelahnya barulah dia menghubungi Zean.
"astagaaa" Zean benar-benar tidak bisa tenang sekarang, dia mengusap kasar wajahnya namun saat sadar anak gadis di depannya tampak lebih tak tenang bergetar ketakutan akibat shock membuat Zean langsung menariknya ke dalam pelukan. Zean berusaha menenangkan Chika dengan mengusap-usap punggungnya padahal sebenarnya dirinya sendiri pun butuh ditenangkan.
"aku takut mama kenapa-napa pak" kata Chika menangis dalam pelukan Zean
"kamu tenang ya, doain aja mama dan makasih banget udah cepet-cepet bawa mama ke rumah sakit yang kamu lakuin udah lebih dari cukup Chik"
1 Jam lamanya Melody akhirnya selesai ditangani oleh dokter. Untungnya benturan di kepala Melody tak terlalu berakibat fatal. Kata dokter tubuh Melody pingsan karena terlalu kelelahan, lemas karena belum makan seharian. Melody juga mengalami hipertensi akibat stres. Fakta yang sangat mengejutkan bagi Zean dan Shani.
Zean mencium-cium tangan Melody berkali-kali. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Meski sang mama sudah bisa tersenyum dan bilang kalau ini bukan salahnya.
"memangnya mama gak sarapan?" Tanya Shani terdengar sedikit emosi
"aku gak tau ci, aku berangkat ke kantor pas masih gelap jadi kita gak sempet sarapan bareng" Jujur Zean, dia memang pergi dari pagi dan tidak pulang sampai sore harinya sebelum tiba-tiba mendapat kabar dari Chika
"astaga, terus kamu tau gak mama stres karena apa? mama mikirin apa?"
"aku gak tau ci"
"cici tau kamu orangnya cuek tapi ya kalau ke mama jangan dong kalian kan tinggal berdua doang tolong lah mamanya diperhatiin dek!"
"sttt...udahlah jangan marah-marah di rumah sakit gini sayang" Kata Gracio menenangkan
"Gimana bisa gak marah-marah, mama sampe kayak gini loh kondisinya" Kesal Shani.
"Ya udahlah udah yuk masuk aja" Gracio membawa Shani kembali masuk ke ruang rawat Melody
Zean terdiam, ia merasa wajar kalau cicinya marah padanya karena masalah ini lalu ia menengok pada Chika yang duduk di sebelahnya "udah mau maghrib saya anter kamu pulang yuk" Ucap Zean
"Aku pulang naik taksi aja deh pak, bapak di sini aja gapapa mama masih butuh bapak" Tolak Chika
"gapapa saya anter aja, lagian mama kan masih istirahat sekarang"
"Ya udah deh terserah bapak"
Zean menarik tangan Chika lalu menggenggamnya "Chik sekali lagi makasih ya udah nolong mama kalau gak ada kamu saya gak tau mama bakal gimana kondisinya karena gak cepet-cepet ditolong"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cegil Zean
Genç Kurgu"Istighfar, Yessica!!!" ~Zean~ "Milyar-milyar juta-juta ratus-ratus sekian kemungkinan lelaki di dunia, aku cuma mau pak Zean" ~Chika~