Makasih udah mampir jangan lupa vote ya... Happy reading guys 😗
🤍🤍🤍
...Waktu menunjukkan jam delapan lewat ketika mobil milik Asha terparkir tepat di garasi mobil. Suara pintu mobil tertutup menggema di garasi itu, hanya ada dua mobil terpakir - mobilnya dan sebuah mini cooper lain milik ibunya serta dua buah motor metic yang biasanya digunakan untuk oprasional rumah oleh para asisten rumah tangga. Asha hanya melirik mobil milik ibunya, sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah. Tangannya langsung menggantungkan kunci mobil yang baru ia gunakan pada tempat biasanya, namun seorang wanita memberhentikan langkahnya. Seorang wanita dengan daster rumahan dan apron berwarna hitam. Rambutnya di ikat asal, anak rambut menyumbul dari baliknya.
Asha memilih berjalan, mengabaikan orang itu. "Acha, gak makan malem dulu?"
"Enggak, males," ujarnya sambil melangkah pergi.
"Gitu sopan santun kamu? Kaya gak di ajarin sopan santun aja," kalimat itu membuat langkah Asha terhenti. Ia menoleh, wanita itu berdiri dengan angkuh di hadapannya.
"Emang," jawab Asha santai. "Mama emang ada waktu buat ajarin aku sopan santun?"
Hening. Tak ada jawaban sama sekali dari wanita dewasa itu. Ia agak terkejut dengan sikap apatis putrinya, sedikit banyak mengingatkan dirinya pada saat masih remaja.
"Asha pergi duluan," Asha pamit begitu saja, langkahnya tampak santai menapaki satu persatu anak tangga. Sedikit banyak memberinya ingatan akan luka lama yang ia peroleh dari orang tuanya.
Asha memilih membaringkan tubuhnya di ranjang, tasnya ia lempar ke sembarang arah. Sepatu sneakers yang ia kenakan seharian pun ia buka sedari masuk kamar tadi. Matanya menatap langit-langit kamar yang putih. Pikirannya melayang pada ingatannya yang telah lalu.
"Non," lamunan Asha terhenti begitu mendengar suara Bi Tati di luar kamar. Asha membalikkan tubuhnya ke samping, memelu erat boneka beruangnya.
"Iya, Bi?"
"Non, ini makan malamnya sudah dibawakan," Asha terduduk.
"Siapa yang masak?"
"Nyonya," jawab Bi Tati.
"Bi, tolong masakin telor ceplok aja," ujar Asha dari atas ranjang. "Tapi bibi yang masak."
"Baik, Non." Hening. Tak ada suara lagi dari balik pintu, ia kembali merebahkan tubuhnya. Suara notifikasi terdengar dari tas yang ia lempar, dengan malas dan langkah gontai ia meraih ponsel itu dan membaca notifikasi yang ada paling atas.
D Mr.L
Tengah malem, di bawah fly over biasa. Ada yang nantangin lu...
Sebuah senyuman langsung merekah di bibir Asha saat itu juga, tangannya langsung mengetik dengan lincah di atas layar.
It's me A
23.30 jemput gue di tempat biasa
Ia melirik jam dinding yang ada di ruangan itu, dengan bersenandung ia meraih handuknya dan berjalan menuju kamar mandi.
It's time ... Pikir Asha dalam hati.
...
Hup!
Asha turun dari pagar rumahnya, menuju rumah lain yang ada di samping rumahnya. Ia mematung ketika berbalik untuk pergi meninggalkan rumah itu. Di tempat itu, ada laki-laki jangkung tengah berdiri dengan tangan di lipat di depan dada. Wajahnya yang familiar membuat Asha terdiam.
"Ngapain lu ke rumah gue?" Baskara melihat penampilan Asha yang berbeda dari biasanya.
Sialan! Gue lupa ada orang di rumah ini! pekik Asha dalam hati.
Sebaliknya, Baskara mulai menelisik penampilan Asha. Wanita dengan pita besar yang menjadi hiasan rambutnya, tampak begitu berbeda dengan rambut di ikat ekor kuda dan jaket kulit hitam yang begitu melekat di tubuhnya. Jeans dan boots hitam seolah tampak seperti bukan Asha. Apalagi kacamata yang bertengger membingkai mata Asha telah hilang sepenuhnya, berganti tatapan mata yang tajam menghujam.
"Gue tanya, ngapain lu ke rumah gue?"
"Gue lupa rumah ini ada penghuninya."
"Kalo gak ada penghuninya, emang lu boleh nyusup ke rumah ini?"
"Enggak."
"Itu lu tau, terus? Lu maling ya?"
Sebuah pesan mengalihkan perhatian mereka, Asha mengecek pesan itu dan langsung berjalan pergi. "Gue buru-buru, bye," dengan langkah lebar Asha berjalan meninggalkan Baskara. Namun, tangan baskara mencekal pergelangan tangan Asha. Asha menghentikan langkahnya dan menatap Baskara. "Senin gue jelasin elah," jawab Asha memberikan kepastian pada Baskara.
"Janji?"
Asha menyipitkan kening, childish! Pekik Asha dalam hati. "Iya gue janji," ia menghentakkan pergelangannya hingga lepas dari genggaman Baskara. "Tapi boong," Asha langsung berlari meninggalkan halaman belakang rumah Baskara dan pergi meninggalkan Baskara sendirian.
"Rumah ini tumben nyala lampunya?" Seorang laki-laki tampak duduk santai diatas sebuah motor Kawasaki berwarna hitam mengkilap. Ia langsung memberikan helm hitam full face pada Asha. Tanpa berlama-lama Asha langsung menerima helm itu dan naik ke atas motor dengan santai.
"Nanti gue jelasin," ujarnya. Saat itu pula motor beranjak pergi dari halaman rumah Baskara. Tanpa Asha sadari Baskara melihat interaksi itu dari arah taman samping rumahnya.
"Juara dua itu ternyata kucing nakal," Baskara melipat tangan di depan dada sambil tersenyum miring.
...
Halo! Makasih udah mampir di cerita aku, jangan lupa vote dan kasih komentar ya buat ninggalin jejak kalian.
🤍🤍🤍
😙 See you di next chapter 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissident : I Want Freedom!
Teen FictionPapa? Mama? Maksudnya sepasang manusia yang ngasih beban ekpektasi ke gue? - Asha Alexa Purnama