22 : Di Ujung Batas 🔞

20.7K 715 94
                                    

Vote dan komennya jangan lupa guys biar aku semangat😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komennya jangan lupa guys biar aku semangat😚

Awas komen di wall minta update tapi ga vote dan komen di sini

Klean tega

Wkwkwkw

Kalau ada typo tolong tandai

.

.

.

Enjoy
.

.

.

***

"Mama masih sakit?"

Atiya memiringkan kepalanya ke arah Neo yang duduk di samping ranjang. Mata anak itu diliputi kekhawatiran karena mamanya sudah dua hari ini lebih sering berbaring dibanding bermain bersamanya.

"Mama nggak sakit, Nak." Atiya mengelus pipi anaknya gemas. Ia senang karena Neo selalu perhatian padanya. "Mama cuma sedikit pusing. Nanti kalau sudah baikan, Mama akan main sama Neo ya. Kita review tugas dari TK juga."

Neo mengangguk semangat tapi masih penuh khawatir. "Tapi Mama keliatan lemas sekali. Mama harus banyak makan—lebih banyak dari sebelumnya." Neo menggerakkan kedua tangan membentuk lingkaran; berusaha meyakinkan mama kalau ia harus banyak asupan agar tetap sehat.

Atiya tertawa kecil. "Tapi kata Neo, Mama sudah makan banyak. Kalau lebih banyak nanti Mama gendut."

"Neo tetap sayang Mama meski Mama gendut. Papa juga bilang hal yang sama."

"Kalian sebenarnya ngomongin apasih kalau lagi berdua?" Atiya geleng-geleng kepala. Meski begitu wajahnya terihat senang.

Atiya menepuk ranjangnya meminta Neo naik. Ia ingin peluk anak sulungnya ini karena tak tahan gemas.

Neo menurut. Ia berbaring di sebelah mamanya dan memeluk erat. Diciuminya puncak kepala Neo sambil dengan perlahan ia menanyakan hal yang sudah mengganjalnya sejak hamil.

"Neo... Menurut Neo—bagaimana soal memiliki adik bayi?"

Keningnya mengerut sebelum menjawab. "Hm, lucu. Adik bayi pasti lucu dan lembut. Neo pernah bertemu adik teman Neo waktu Mamanya jemput. Lucu, Ma. Tangannya kecil imut. Terus pas Neo coba pegang, jari Neo digenggam erat." Anak itu bercerita dengan memeragakan tangannya yang digenggam erat.

"Seperti ini," ia menggenggam jari Atiya.

"pipinya juga gembul. Neo ingin cubit rasanya. Tapi nggak boleh. Nanti adik bayinya nangis."

Innocent Wife (Segera Terbit) Part Masih LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang