4. Tekad

160 13 5
                                    

Esoknya, Sasuke sakit demam entah juga karena ibunya tidak memberitahu apa penyakit Sasuke yang sering kambuh itu tapi Sasuke sering mengeluh sakit perut dan kram sehingga kadang setiap bulan ia selalu pergi kerumah sakit.

Naruto baru saja keluar dari kamarnya dengan setelan kemeja putih celana jeans dibalut jaket orange nya, dengan tas yang di soren. Ia berpasan dengan ibunya yang baru keluar dari kamar Sasuke.

"Ibu, Sasuke tidak bangun?" Tanya Naruto sambil merapikan rambutnya.

"Sasuke sakit, seperti biasa. Tapi ia juga demam tinggi sekali, ibu sudah mengobatinya ia baru tertidur setelah menangis semalaman."

Naruto kaget, ada apa dengan adiknya sampai menangis semalaman. Biasanya jika Sasuke sakit ibunya akan fokus merawatnya Itachi maupun dirinya tidak di perbolehkan masuk. Entah mungkin Sasuke juga tidak mau di ganggu.

Naruto memegang kepalnya yang sakit, sang ibu segera mendekat dan mengusap rambut anaknya "Ada apa Naruto?"

Naruto menggeleng, ia hanya merasa tiba-tiba pusing saja apa efek mabuk semalam. Naruto sesungguhnya tidak begitu ingat apa saja yang terjadi semalam ia hanya tahu ia mabuk saja di pub bersama temannya sisanya ia lupa atau belum ingat karena belum lepas dari efeknya.

"Tidak ada ibu, hanya sedikit pusing. "

Mikoto membawa Naruto menuruni tangga "Kau mabuk lagi ya? Semalam yang membuka pintu pasti Sasuke."

Naruto menatap ibunya, apa? Sasuke. Jadi bukan ibunya yang membuka pintu dan membawanya ke kamar? Naruto bangun dia sudah telanjang tanpa celana di kasurnya.

Apa yang dia lakukan?

Naruto duduk di samping Itachi, seharusnya sih itu tempat duduk Sasuke. Berhubung tak ada jadi dia disana soalnya dia senang kalau Itachi mengusap rambutnya seperti seorang adik.

"Kau tampak pucat, apa kau sakit. Naru?" Tanya Fugaku sambil menaruh cangkir air minumnya.

Itachi memandang Naruto yang memang sedikit pucat, wajahnya seperti orang sakit. Itachi mengulurkan tangannya mengusap dahi Naruto.

"Tidak panas sih. "

"Tidak kok ayah, aku baik-baik saja." Naruto menggeleng.

Ia tersenyum ketika ibunya memberikan nasi dan lauk untuknya, meski sebenarnya kepalanya masih pusing jangan sampai ayah dan kakaknya tahu bisa dihukum dan di marahi habis-habisan.

"Oh ya, Itachi. Bagaimana untuk perjalanan bisnis besok?" Tanya Fugaku.

Itachi menelan makanannya, ia ingat besok ada perjalanan bisnis. Fugaku tidak bisa berangkat karena Sasuke sakit jadi dia harus menemaninya dirumah setidaknya kalau ada apa-apa Fugaku bisa langsung dengan sigap. Lagipula Mikoto harus pergi ke rumah sakit cabang besok.

"Sepertinya sekretarisku sudah mengurusnya ayah, apa besok ayah tetap tidak berangkat ke kantor?"

Fugaku mengangguk "Sasuke masih sakit, tapi jika besok dia mau ditinggal ayah akan ke kantor sebentar untuk rapat."

Naruto hanya menyimak ayah dan kakaknya, dia harus kuliah dengan giat karena harus membantu ibunya di rumah sakit nanti. Hanya Sasuke yang belum diputuskan untuk mengambil apa nanti karena anak itu masih sekolah menengah.

Lagipula ayahnya tidak pernah terlihat memaksa atau membicarakan bisnis pada Sasuke. Terkadang itu yang membuat Naruto penasaran kenapa ibunya selalu bilang Sasuke anak spesial jadi jangan iri pada adik bungsunya.

"Baiklah, kita berangkat dulu. Naruto hati-hati perjalananmu ke kampus, kau harus giat belajar"

Naruto mengangguk pada ayahnya, Itachi mengusap pundak Naruto dan pergi bersama ayahnya. Hari ini Mikoto ambil libur sehari.

SIN ( NaruSasu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang