Pertemuan Baru

2 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!!





Setelah mengalahkan Lord Malakar, ketegangan di desa kuno perlahan sirna. Aurora, Kaelan, dan Elysia beristirahat sejenak, membiarkan diri mereka mengumpulkan kekuatan. Namun, saat mereka bersiap untuk meninggalkan tempat itu, mereka mendengar suara gemerisik di balik reruntuhan.

“Siapa di sana?” Aurora bertanya, bersiap dengan Pedang Terkutuk yang masih bersinar lembut di tangannya. Elysia dan Kaelan berdiri di sisinya, waspada.

Dari balik reruntuhan, seorang gadis muda muncul. Dia memiliki rambut panjang berwarna perak dan mata biru cerah yang bersinar penuh rasa ingin tahu. “Aku tidak bermaksud mengganggu,” katanya dengan suara lembut. “Aku hanya… mencari.”
“Siapa kau?” tanya Kaelan, tetap menjaga jarak. “Apa kau salah satu pengikut Malakar?”
Gadis itu menggeleng cepat. “Tidak! Namaku Lyra. Aku berasal dari desa sebelah. Aku mendengar kabar tentang pertempuran ini dan datang untuk melihat apa yang terjadi.”

Aurora menurunkan pedangnya sedikit, merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu. “Apa yang kau cari di sini, Lyra?” dia bertanya.
“Aku mencari teman-temanku,” jawab Lyra dengan nada sedih. “Mereka menghilang ketika makhluk-makhluk itu menyerang desaku. Aku takut mereka telah ditangkap oleh Malakar.”
Elysia merasa iba. “Kami baru saja mengalahkan Malakar dan makhluk-makhluknya. Jika ada harapan, mereka mungkin masih hidup. Kami bisa membantumu mencarinya.”
“Mau tidak mau, kita harus bersatu,” tambah Kaelan. “Semakin banyak kita, semakin besar kemungkinan untuk berhasil.”

Lyra tersenyum, tetapi ada kekhawatiran yang masih tampak di wajahnya. “Terima kasih, tapi… aku tidak tahu di mana mereka berada. Mereka bisa saja tersesat di hutan atau bahkan lebih jauh.”

“Kalau begitu, kita harus memulai pencarian sekarang juga,” kata Aurora, merasakan tanggung jawab untuk membantu. “Kita tidak bisa membiarkan mereka terjebak dalam kegelapan.”
Ketiganya sepakat untuk bergabung dengan Lyra, dan mereka mulai menjelajahi desa kuno yang kini sepi.

Aurora merasa ada sesuatu yang menarik di balik kehadiran Lyra. Gadis ini tampak memiliki kekuatan yang tersembunyi, meskipun dia belum sepenuhnya menyadarinya.
Saat mereka berjalan, Elysia memecah keheningan. “Jadi, Lyra, apa yang bisa kau ceritakan tentang desamu? Mengapa makhluk-makhluk itu menyerang?”
“Desaku… Namanya Seraphine,” jawab Lyra. “Kami memiliki kebun bunga yang sangat indah, dan banyak makhluk magis yang tinggal di sana. Namun, beberapa bulan yang lalu, kami mulai merasakan kehadiran gelap yang semakin mendekat.

Makhluk-makhluk itu muncul entah dari mana dan mulai menyerang.”
“Ini pasti ada hubungannya dengan Malakar,” Kaelan menyimpulkan. “Dia mencoba mengumpulkan kekuatan dari tempat-tempat yang memiliki sihir.”
“Ya,” Lyra melanjutkan, wajahnya serius. “Setiap kali kami berhasil mengusir mereka, lebih banyak makhluk muncul.

Hingga suatu malam, semua orang di desaku menghilang. Hanya aku yang selamat karena aku sedang berada di hutan mencari bunga.”
“Aku berjanji, kita akan menemukan teman-temanmu, Lyra,” kata Aurora, bertekad. “Kita akan mencari petunjuk di hutan. Mungkin mereka masih berada di sekitar sana.”

Ketika mereka memasuki hutan, suasana menjadi lebih tenang. Suara burung berkicau mulai terdengar kembali, tetapi aura misterius masih menyelimuti tempat itu. Aurora merasakan kekuatan Pedang Terkutuknya bergetar, seolah pedang itu merespons kehadiran makhluk-makhluk magis di sekitarnya.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah di antara pepohonan. “Siapa itu?” tanya Kaelan, berusaha untuk tetap waspada.
“Tenang,” kata Elysia, memfokuskan energinya. “Aku merasakan sesuatu. Mungkin makhluk magis atau bahkan… teman.”

Tak lama kemudian, dari balik semak-semak, muncul sosok tinggi dengan bulu putih bersinar dan mata yang memancarkan warna biru cerah. Dia tampak seperti makhluk setengah manusia setengah burung, dan sayapnya terbentang lebar. “Siapa yang berani memasuki wilayahku?” suaranya menggelegar namun memiliki kelembutan yang misterius.

Aurora, yang terpesona oleh penampilan makhluk itu, maju dengan hati-hati. “Kami mencari teman-teman Lyra. Makhluk-makhluk jahat telah menyerang desanya.”
Makhluk itu menatap Lyra, matanya seolah menembus jiwanya. “Lyra, aku merasakan kesedihanmu. Kau datang mencari temanmu. Tetapi berhati-hatilah, kegelapan masih berkeliaran di sekitarmu.”
“Siapa kau?” tanya Elysia, merasa terpesona oleh kehadiran makhluk itu.
“Aku adalah Kael, pelindung hutan ini,” jawab makhluk itu. “Kekuatanku berasal dari semua makhluk magis yang hidup di sini. Aku dapat membantumu menemukan teman-temanmu, tetapi kita harus bergerak cepat. Malakar mungkin telah mengirim makhluk lain untuk menghalangi jalanmu.”

Aurora merasa harapan tumbuh di dalam dirinya. “Jika kau bisa membantuku, kami sangat berterima kasih.” Kael mengangguk, sayapnya bergetar dengan elegan. “Ikutlah denganku. Bersama-sama, kita akan mencari teman-temanmu dan memastikan bahwa kegelapan tidak akan menguasai hutan ini.”


Mereka mengikuti Kael lebih dalam ke hutan, menyadari bahwa bersama-sama mereka bisa mengatasi kegelapan yang mengancam. Aurora merasa beruntung memiliki teman-teman baru yang berani menghadapi tantangan ini.

Aurora and Cursed  Sword (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang