Setelah kemenangan mereka melawan makhluk kegelapan, suasana desa elf dipenuhi dengan perasaan lega dan syukur.
Langit yang sebelumnya gelap kini mulai bersinar cerah, sinar matahari menembus awan dan menerangi setiap sudut desa. Penduduk desa keluar dari persembunyian mereka, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan senyuman dan rasa terima kasih.
“Terima kasih, para pahlawan!” seru seorang wanita tua, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Kalian telah menyelamatkan kami!”
Aurora dan teman-temannya saling berpandangan, merasakan betapa besar beban yang telah mereka angkat dari bahu penduduk desa. “Kami hanya melakukan apa yang harus dilakukan,” kata Aurora, merendahkan hati. “Kita semua harus bersatu melawan kegelapan.”
Xerath, berdiri di samping mereka, menambahkan, “Kalian semua memiliki peran dalam kemenangan ini. Setiap tindakan kecil membuat perbedaan besar.”
Setelah beberapa jam, mereka mengadakan pesta meriah untuk merayakan kemenangan mereka. Suara tawa dan musik mengisi udara, mengalihkan perhatian dari ketegangan yang baru saja mereka alami. Aurora merasa bahagia melihat semua orang bersenang-senang, meskipun di dalam hatinya masih ada perasaan cemas tentang ancaman yang mungkin datang di masa depan.
“Eh, Aurora!” Kaelan menghampiri dengan sepiring makanan. “Cobalah ini! Ini adalah hidangan terbaik yang pernah ada!” Dia tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang bersinar.
Aurora tertawa. “Kau pasti sedang berusaha membuatku gemuk, ya?”
“Tidak, ini hanya untuk mengisi energimu sebelum kita menghadapi tantangan berikutnya!” jawab Kaelan, pura-pura serius. “Kalau kau tidak makan, bagaimana kau bisa mengalahkan musuh selanjutnya?”
Elysia, yang sedang mempersiapkan minuman untuk pesta, ikut tertawa. “Jangan khawatir, Aurora. Kita semua akan membantu mengisi energimu!” Dia menatap Kaelan dengan lirikannya yang lucu.
Setelah makan, mereka berkumpul di sekitar api unggun. Aurora memandang teman-temannya, merasakan ikatan yang semakin kuat. “Aku sangat bersyukur kalian ada di sini bersamaku,” ungkapnya, merasakan kehangatan dalam hati.
“Kami selalu ada untukmu,” Lyra menjawab, menepuk punggung Aurora. “Kita adalah tim, ingat?”
Malam itu, saat bintang-bintang bersinar di langit, mereka berbagi cerita lucu tentang pengalaman mereka selama pelatihan. Kaelan dan Lyra menggambarkan momen-momen konyol di mana mereka hampir jatuh saat berlatih.
“Dan saat itu, aku terjatuh ke dalam kolam!” Kaelan tertawa terbahak-bahak. “Orang-orang menyangka itu bagian dari latihan!”
“Setidaknya kau bisa memberi kami hiburan!” Elysia menambahkan, sambil menyeka air mata dari tawa yang terus mengalir.
Aurora merasa beban di hatinya mulai menghilang, tertawa bersama teman-temannya. Namun, di sudut pikirannya, dia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa mereka masih memiliki tantangan yang lebih besar di depan.
“Xerath,” panggil Aurora setelah tawa mulai mereda. “Apa yang sebenarnya akan terjadi selanjutnya? Apakah kita sudah aman?”
Xerath menatapnya dengan serius, tetapi ada senyum tipis di wajahnya. “Setiap pahlawan mengalami masa tenang setelah pertempuran. Ini adalah saat untuk memulihkan diri dan mengisi energi. Namun, ancaman akan selalu ada, dan kalian harus selalu siap.”
“Jadi kita harus terus berlatih?” tanya Elysia, wajahnya bersemangat.
“Benar. Kalian harus melatih tidak hanya kekuatan fisik, tetapi juga strategi dan kecerdasan. Kegelapan tidak akan terhenti, dan kita harus tetap waspada,” jawab Xerath.
Aurora merenung, menyadari bahwa meskipun mereka telah menang, pekerjaan mereka belum selesai. “Kita harus mempersiapkan diri untuk apapun yang mungkin datang,” ujarnya, semangat kembali menyala di dalam dirinya. “Bersama kita bisa menghadapinya.”
“Setiap tantangan akan membawa kita lebih dekat,” kata Kaelan, mengangkat cangkirnya. “Untuk persahabatan kita!”
“Untuk persahabatan kita!” balas semua orang, bersulang dalam kebersamaan.
Ketika malam semakin larut, mereka menari di sekitar api unggun, merayakan keberhasilan mereka dan kekuatan persahabatan yang telah menyelamatkan mereka. Aurora merasa lebih kuat dari sebelumnya, yakin bahwa mereka akan dapat menghadapi apa pun yang akan datang.
Namun, di kedalaman hutan, bayangan-bayangan kelam berkumpul, menanti saat yang tepat untuk menyerang. Raja Kegelapan mungkin telah hancur, tetapi kegelapan lain siap muncul, merencanakan balas dendam. Semua yang mereka capai, semua tawa dan kebahagiaan itu, tidak akan bertahan selamanya.
Dan di balik senyuman Aurora, dia merasakan kedamaian yang rapuh. Meskipun mereka merayakan kemenangan, ancaman baru selalu menunggu di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora and Cursed Sword (Tamat)
FantasíaBegitu menyentuh pedang itu, Aurora mendapati dirinya terlibat dalam perang besar antara kekuatan cahaya dan kegelapan. Kekuatan luar biasa yang berasal dari pedang mulai mengalir di dalam dirinya, namun bersamaan dengan itu, ancaman dari Lord Malak...