Setelah mengalahkan kegelapan abadi, Aurora dan teman-temannya kembali ke desa elf dengan perasaan campur aduk.
Meskipun mereka merayakan kemenangan mereka, kegelisahan masih melingkupi pikiran mereka. Mereka tahu bahwa kegelapan bisa kembali kapan saja, dan mereka harus siap.
Di desa, penduduk menyambut mereka dengan meriah. “Kalian adalah pahlawan kami!” teriak seorang lelaki tua, memeluk Aurora dengan hangat. “Kalian telah menyelamatkan kami!”
“Ini adalah kemenangan bersama,” jawab Aurora dengan rendah hati, tersenyum di tengah pelukan lelaki tua itu. “Kita semua berjuang melawan kegelapan ini.”Setelah perayaan singkat, Aurora dan teman-temannya berkumpul di rumah Elysia, di mana mereka merencanakan langkah selanjutnya. Api unggun menyala terang di tengah ruangan, dan aroma makanan hangat memenuhi udara.
“Aku merasa kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Kegelapan Abadi,” kata Kaelan, mengaduk sup di dalam mangkuknya. “Mungkin ada cara untuk menghilangkannya selamanya.”
“Benar,” Elysia setuju, menatap mereka dengan serius. “Kita harus menemukan asal-usulnya dan memahami kelemahannya.”Xerath, yang duduk di sudut dengan tatapan penuh konsentrasi, mengangguk. “Aku memiliki pengetahuan tentang banyak makhluk kegelapan, tetapi Kegelapan Abadi adalah sesuatu yang baru. Kita perlu mencari informasi lebih lanjut.”
Aurora tiba-tiba teringat tentang perpustakaan kuno di dalam hutan, tempat yang pernah mereka kunjungi untuk mencari Pedang Terkutuk. “Bagaimana kalau kita kembali ke perpustakaan itu? Mungkin kita bisa menemukan sesuatu di sana yang bisa membantu kita.”
“Bagus! Ayo kita lakukan itu!” seru Lyra, semangat menyala di wajahnya.Keesokan harinya, mereka bersiap-siap untuk perjalanan kembali ke hutan. Aurora merasa campur aduk antara rasa cemas dan harapan. Dengan Pedang Terkutuk di tangannya, dia siap untuk menghadapi apapun yang menunggu di depan.
Setibanya di perpustakaan kuno, mereka disambut oleh suasana tenang yang penuh debu. Buku-buku berjejer di rak, seakan menunggu untuk dibaca. “Di mana kita mulai?” tanya Elysia, menatap tumpukan buku di sekitar mereka.
“Cobalah lihat di bagian mitologi,” sarankan Xerath. “Mungkin kita bisa menemukan sesuatu yang berhubungan dengan Kegelapan Abadi.”Mereka mulai mencari buku-buku yang sesuai. Setelah beberapa saat, Aurora menemukan sebuah buku tua dengan sampul berwarna gelap. Dia membukanya dan menemukan halaman yang menjelaskan tentang Kegelapan Abadi. “Ini dia!” serunya, menarik perhatian semua orang.
“Kegelapan Abadi berasal dari rasa putus asa dan ketakutan yang mendalam. Ia tumbuh dari jiwa yang terperangkap dalam kegelapan. Untuk mengalahkannya, kita perlu menemukan sumbernya dan mengubahnya menjadi cahaya,” baca Aurora, suaranya semakin yakin.
“Jadi kita harus menemukan siapa yang terjebak dalam kegelapan itu?” tanya Kaelan, mata birunya bersinar penuh semangat.
“Ya, dan kita harus menyelamatkan mereka,” jawab Aurora, merasa semangatnya kembali bangkit.
Setelah menyusun rencana, mereka berangkat menuju lokasi yang dijelaskan dalam buku.
Di tengah perjalanan, mereka melewati lembah yang dikelilingi kabut tebal.
“Sepertinya kita sudah dekat,” kata Lyra, merinding.Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara gemuruh, dan dari kabut muncul makhluk kegelapan lainnya, lebih besar dan lebih kuat dibandingkan yang mereka hadapi sebelumnya. “Kau datang kembali, Aurora!” suara Kegelapan Abadi menggema, mengisi udara dengan rasa takut.
“Aku tidak akan membiarkanmu mengambil alih lagi!” teriak Aurora, mengangkat Pedang Terkutuk. “Kami datang untuk mengakhiri kegelapan ini selamanya!”
“Siapa yang bisa melawan kegelapan?”Kegelapan Abadi membentak, dan suasana semakin mencekam.
Dengan keberanian yang mengalir dalam diri mereka, Aurora dan teman-temannya bersiap untuk melawan. “Kita harus bersatu!” teriak Elysia, menembakkan panahnya ke arah makhluk itu.Mereka mulai menyerang secara bersamaan, menciptakan cahaya yang menyilaukan, berusaha mengalahkan makhluk kegelapan tersebut. Kegelapan Abadi berusaha melawan, tetapi semakin banyak cahaya yang mereka lepaskan, semakin lemah kekuatannya.
“Sekarang, saatnya untuk mengubah kegelapan menjadi cahaya!” Aurora berteriak, mengarahkan Pedang Terkutuk ke arah Kegelapan Abadi. Dengan satu serangan terakhir, cahaya menyinari seluruh lembah, membuat makhluk itu berteriak kesakitan.
Mendadak, saat cahaya mereda, sosok seseorang muncul dari dalam kegelapan. Ternyata, itu adalah seorang prajurit elf yang hilang, terperangkap dalam kegelapan selama berabad-abad. “Terima kasih… kalian telah membebaskanku!” ucap prajurit itu, terisak.
“Tidak… ini tidak mungkin!” Kegelapan Abadi berteriak, tubuhnya mulai menghilang. “Kau tidak bisa!”
Tetapi dengan satu serangan pamungkas dari Aurora dan teman-temannya, Kegelapan Abadi akhirnya hancur, menghilang seperti asap yang tertiup angin.Hutan yang gelap mulai terang, dan makhluk-makhluk lainnya kembali ke bentuk aslinya. “Kami berhasil!” seru Kaelan, melompat kegirangan.
Aurora memandang prajurit yang baru dibebaskan itu. “Siapa namamu?”
“Aku adalah Eldrin,” jawab prajurit, dengan senyuman lebar. “Aku telah terperangkap dalam kegelapan ini terlalu lama. Terima kasih, para pahlawan.”“Selamat datang kembali ke dunia!” Elysia berkata, wajahnya berseri-seri.
“Ayo kita pulang!” seru Lyra, semangat berapi-api. “Desamu pasti sangat merindukanmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora and Cursed Sword (Tamat)
FantasyBegitu menyentuh pedang itu, Aurora mendapati dirinya terlibat dalam perang besar antara kekuatan cahaya dan kegelapan. Kekuatan luar biasa yang berasal dari pedang mulai mengalir di dalam dirinya, namun bersamaan dengan itu, ancaman dari Lord Malak...