Serangan Dari Kegelapan

1 0 0
                                    

Setelah melewati ujian terakhir dan merasakan kekuatan persahabatan yang tak tertandingi, Aurora dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

“Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini,” kata Kaelan, mengerutkan kening. “Udara terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengintai.”

“Jangan khawatir. Kita sudah melewati banyak hal,” Elysia mencoba menenangkan. “Kita kuat bersama.”

Tiba-tiba, sebuah teriakan nyaring memecah keheningan. “Tolong! Bantulah kami!” suara itu terdengar dari kejauhan, membuat mereka semua terhenti.

“Ayo! Suara itu datang dari arah sana!” seru Aurora, berlari menuju sumber suara. Mereka berlari melewati pepohonan, dan segera sampai di sebuah pemandangan yang mengejutkan.

Di tengah clearing, sekelompok makhluk kegelapan menyerang sekelompok elf yang terperangkap. Makhluk-makhluk itu, dengan bentuk menyeramkan dan mata menyala merah, sedang menyeret elf-elf tersebut ke dalam kegelapan.

“Kita harus membantu mereka!” teriak Lyra, dengan penuh keberanian.

“Tapi kita belum siap untuk bertarung melawan mereka!” Kaelan berbisik, cemas. “Kita harus berhati-hati!”

“Tidak ada waktu untuk ragu!” Aurora menegaskan, mengangkat Pedang Terkutuk. “Kita bisa melakukannya, seperti yang kita lakukan sebelumnya!”

Dengan semangat baru, mereka meluncurkan serangan. Aurora melompat ke depan, memimpin serangan. “Ayo, kita harus menyelamatkan mereka!”

“Panah siap!” seru Lyra, melepaskan anak panah ke salah satu makhluk kegelapan. Anak panah itu menghantam tepat di dahi makhluk itu, membuatnya terhuyung.

“Bagus, Lyra!” Elysia berseru, mengikutinya dengan gerakan tari yang anggun, menciptakan ilusi untuk mengalihkan perhatian makhluk lainnya.

Kaelan, dengan palunya yang berat, maju ke arah makhluk yang lebih besar. “Hei, monster! Kau memilih salah satu yang salah untuk diserang!” teriaknya, menghantam palunya ke tanah dan membuat guncangan hebat.

Dari balik bayangan, makhluk-makhluk itu mulai bergerak cepat, menyerang balik. Aurora merasakan getaran di tanah, dan mendongak melihat lebih banyak makhluk kegelapan mendekat dari berbagai arah.

“Bertahanlah!” serunya. “Kita harus melindungi para elf!”

Sementara Aurora bertarung melawan makhluk yang menyerangnya, dia merasakan Pedang Terkutuk bergetar di tangannya. “Ada sesuatu di sini,” pikirnya. “Aku bisa merasakan kekuatan yang aneh.”

Salah satu makhluk menyalak, “Kalian tidak akan bisa menghentikan kami! Kegelapan akan menguasai dunia ini!”

“Kami tidak akan membiarkan itu terjadi!” Elysia menjawab, menghentakkan kakinya dan mengarahkan cahaya ke makhluk itu. “Bersatu!”

Mendengar seruan itu, Aurora dan teman-temannya saling merapat. Mereka mengerahkan energi mereka untuk menciptakan perisai pelindung. Dengan cahaya terang yang mengelilingi mereka, makhluk-makhluk kegelapan mulai terhenti.

“Lakukan serangan gabungan!” Kaelan teriak, mengangkat palunya tinggi. “Aku akan menciptakan getaran, dan kalian serang bersamaan!”

“Bagus!” Lyra menambahkan, bersiap dengan busurnya. “Kita harus menghancurkan mereka!”

Aurora merasakan semangat mereka menyatu. “Siap! 1... 2... 3!”

Mereka semua meluncurkan serangan bersamaan. Kaelan menghantamkan palunya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan beberapa makhluk. Dalam satu waktu, Elysia melakukan gerakan tari dengan indah, menciptakan cahaya yang memancarkan kekuatan dari Pedang Terkutuk.

“Ayo, Lyra!” Aurora berteriak, melepaskan serangan terakhir. “Sekarang!”

Lyra mengarahkan busurnya dengan presisi. “Satu anak panah untuk kegelapan!” Dia melepaskan anak panahnya, dan anak panah itu terbang menembus udara, menghancurkan makhluk terakhir yang mengancam mereka.

“Ya!” mereka semua bersorak.

Setelah makhluk-makhluk itu hancur, mereka berbalik untuk melihat elf-elf yang mereka selamatkan. Elf-elf itu terlihat lemah, tetapi matanya bersinar dengan rasa syukur. “Terima kasih, para pahlawan!” kata salah satu elf, suara lembutnya penuh rasa hormat. “Kami hampir tidak selamat.”

“Kami tidak bisa membiarkan kalian terjebak,” Aurora menjawab, merasa bangga bisa membantu. “Apa yang terjadi di sini?”

“Sebuah kekuatan gelap telah bangkit dan menyerang kami,” elf itu menjelaskan. “Kami mencoba melindungi hutan ini, tetapi mereka terlalu kuat. Kami tidak bisa melawan sendirian.”

“Lalu, kami akan membantu kalian!” Kaelan berseru, semangatnya kembali bangkit. “Bersama, kita bisa mengalahkan kegelapan ini!”

Sebelum elf itu sempat menjawab, kabut hitam kembali muncul dari arah hutan. “Kalian berani menantang kegelapan?” suara berat terdengar, dan dari balik kabut muncul sosok tinggi dengan jubah gelap—pemimpin makhluk kegelapan itu.

“Siapa kau?” tanya Aurora, merasakan ketegangan meningkat.

“Aku adalah Dukhara, raja kegelapan. Kalian telah mengganggu rencana kami, dan kini saatnya kalian membayar!” suaranya menggema, membuat hati Aurora berdegup kencang.

“Dukhara? Kami tidak akan mundur! Kami akan melawan!” Aurora menjawab, mengangkat Pedang Terkutuknya.

“Aku ingin melihat seberapa kuat kalian,” Dukhara menantang, dan dengan satu gerakan, ia mengirim gelombang energi gelap ke arah mereka.

“Bersiap!” teriak Elysia, mengangkat tangannya dan menciptakan perisai dari cahaya. Gelombang itu menghantam perisai mereka, tetapi cahaya itu bergetar, menahan serangan tersebut.

“Sekarang!” Aurora berteriak. “Serang!”

Satu sama lain, mereka semua berlari ke arah Dukhara, siap untuk mengalahkannya. Aurora merasakan kekuatan Pedang Terkutuk mengalir melalui tubuhnya, memberinya semangat yang lebih kuat. “Kita bisa melakukannya, bersatu!”

Pertarungan melawan Dukhara dimulai. Kaelan menghantamkan palunya, Elysia menari dengan gerakan cepat, dan Lyra terus melepaskan anak panah. Tetapi Dukhara masih sangat kuat, dan mereka semua menyadari bahwa ini akan menjadi pertarungan yang sangat berat.

“Apakah kalian siap untuk merasakan kegelapan sejati?” Dukhara menggertakkan gigi, mengumpulkan energi untuk serangan berikutnya.

Aurora merasa jantungnya berdebar. “Kita tidak akan menyerah!” Dia memandang teman-temannya dan merasakan kekuatan persahabatan yang membara.

“Bersama, kita bisa mengalahkannya!” seru Aurora, semangatnya membara.

Aurora and Cursed  Sword (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang