SELAMAT MEMBACA!!
Hutan Eldoria membentang di depan mereka, seolah menyambut kedatangan Aurora, Kaelan, dan Elysia dengan suasana yang misterius. Aroma tanah basah dan tanaman herbal menyelimuti udara, sementara suara dedaunan bergetar diterpa angin menciptakan melodi alam yang menenangkan. Namun, di balik keindahan itu, Aurora merasakan ketegangan di udara, seolah hutan ini menyimpan rahasia yang lebih dalam.
“Mari kita cari tempat yang aman untuk berlatih,” Elysia memimpin, langkahnya mantap di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Aurora dan Kaelan mengikuti di belakang, merasakan ketegangan yang sama, tetapi juga harapan akan apa yang akan mereka pelajari.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka sampai di sebuah area terbuka di tengah hutan, dikelilingi oleh pohon-pohon raksasa yang memberikan perlindungan dari pandangan luar. Di tengahnya terdapat sebuah batu besar, tempat yang ideal untuk memulai pelatihan.
“Ini adalah tempat yang tepat,” kata Elysia, berhenti dan mengamati sekeliling. “Di sini, kita bisa berlatih tanpa gangguan.”Aurora memandang sekeliling, merasa sedikit lebih tenang. “Apa yang harus kita lakukan pertama kali?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar karena antisipasi.
Elysia melangkah mendekat. “Sebelum kita mulai, kau harus memahami kekuatan dalam dirimu. Pedang Terkutuk ini bukan sekadar senjata; ia adalah bagian dari dirimu. Kau harus membangun koneksi dengan pedang itu.”
“Aku belum siap untuk melawan,” ujar Aurora, masih merasa ragu.
“Pelatihan tidak selalu berarti bertarung,” Elysia menjelaskan. “Kita akan memulai dengan meditasi untuk menyatukan pikiran dan jiwamu dengan kekuatan pedang. Fokus pada napasmu dan biarkan energi mengalir.”Aurora mengangguk, mencoba menenangkan diri. Dia duduk di atas tanah, melipat kakinya, dan menutup matanya. Kaelan duduk di sampingnya, siap memberikan dukungan.
“Tarik napas dalam-dalam,” Elysia membimbing. “Bayangkan cahaya dari Pedang Terkutuk mengalir ke dalam dirimu. Rasakan energi itu. Biarkan semua ketakutan dan keraguan menghilang.”Aurora mengikuti instruksi Elysia, berusaha fokus pada napasnya. Dia membayangkan cahaya lembut dari pedang itu, berkilau di dalam pikirannya. Namun, pikirannya terus diganggu oleh bayangan Lord Malakar dan ambisinya untuk menguasai pedang itu.
“Tenangkan pikiranmu, Aurora,” suara Elysia terdengar lembut namun tegas. “Kau lebih kuat dari yang kau kira. Bayangan hanya akan menghalangimu jika kau membiarkannya.”
Aurora mencoba mengusir semua pikiran negatif dan membiarkan cahaya dari pedang mengalir ke dalam dirinya. Perlahan, dia merasakan kehangatan menyebar di sekujur tubuhnya. Sebuah energi kuat mengalir, memberi semangat baru. Tiba-tiba, Aurora membuka matanya, melihat Kaelan yang memandangnya dengan penuh perhatian.“Bagaimana rasanya?” tanya Kaelan, suaranya rendah.
“Aku merasa… lebih tenang,” jawab Aurora. “Seolah ada sesuatu yang terhubung di dalam diriku.”
“Bagus!” Elysia tersenyum. “Sekarang, mari kita lanjutkan dengan latihan fisik. Kau harus belajar bagaimana mengendalikan pedang itu.”Aurora berdiri dan mengangkat Pedang Terkutuk. Dalam genggamannya, dia merasakan kekuatan yang mengalir, tetapi juga beban tanggung jawab yang besar. Elysia menunjukkan gerakan dasar, bagaimana cara memegang pedang dengan benar dan melakukan serangan sederhana.
“Jangan hanya fokus pada kekuatan fisikmu,” Elysia menekankan. “Kekuatan magis dalam pedang ini harus seimbang dengan tubuhmu. Seranganmu harus mengalir, bukan memaksa.”
Aurora mencoba mengikuti gerakan Elysia, berusaha untuk menggabungkan gerakan fisik dengan aliran energi dari pedang. Meski masih pemula, dia mulai merasa percaya diri. Kaelan menyemangatinya dari samping.
“Bagus, Aurora! Ayo, teruskan!” teriaknya, wajahnya bersinar dengan kebanggaan.Setelah beberapa saat berlatih, Aurora mulai merasakan keajaiban pedang di tangannya. Setiap gerakan terasa lebih halus, lebih terhubung dengan kekuatan yang ada di dalamnya. Dia merasakan aliran energi yang membantunya beradaptasi dengan cepat, dan rasa percaya dirinya pun tumbuh.
Namun, di tengah pelatihan, Aurora mendengar suara gemuruh yang mengejutkan. Suara itu datang dari arah hutan yang lebih dalam. Aurora menoleh, dan Elysia tampak serius.
“Aku merasakannya juga,” kata Elysia, memusatkan perhatian ke arah suara. “Ada sesuatu yang tidak beres.”
“Apa itu?” tanya Kaelan, wajahnya mulai terlihat khawatir.
“Saya tidak tahu. Tetapi kita harus siap,” Elysia menjawab, menyiapkan diri. “Aurora, pegang pedangmu erat-erat. Apa pun yang datang, kita akan menghadapi bersama.”Aurora menggenggam Pedang Terkutuk dengan lebih kuat, merasakan energi yang mengalir dalam dirinya. Dia berusaha menenangkan diri, mengetahui bahwa kekuatan pedang ada di tangannya.
Ketika suara itu semakin mendekat, sosok-sosok hitam muncul dari balik pepohonan—sekelompok makhluk kegelapan yang tampak seperti bayangan, dengan mata merah menyala. Mereka adalah pengikut Lord Malakar, siap untuk menyerang.
“Aurora, siap!” Elysia berteriak. “Jangan takut. Ingat pelatihanmu!”
Aurora berdiri tegak, menatap makhluk-makhluk itu dengan tekad. Dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang tidak akan pernah dia lupakan. Bersama Kaelan dan Elysia, mereka akan menghadapi apa pun yang menghalangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora and Cursed Sword (Tamat)
FantasyBegitu menyentuh pedang itu, Aurora mendapati dirinya terlibat dalam perang besar antara kekuatan cahaya dan kegelapan. Kekuatan luar biasa yang berasal dari pedang mulai mengalir di dalam dirinya, namun bersamaan dengan itu, ancaman dari Lord Malak...