"Liza, apa kamu menyimpan barang-barang Nino sewaktu dia datang ke Red Light District kemarin?" tanya Seth di telepon sembari menyimpan piring kotor bekasnya makan.
"Barang-barang Nino? Nino siapa?" Liza membeo pelan.
"Nino. Anak yang waktu kemarin itu kamu rias ajang pole dance, masa lupa?" gerutu Seth.
"Oh, dia ... ada, aku simpan tas dan pakaiannya."
"Dia nanyain ponselnya, kamu simpen juga 'kan?"
"Iya, ada kok. Aku simpan di sana. Mau kamu ambil?"
"Ya sudah nanti aku ambil."
"Oke."
Panggilan pun terputus dan Seth menyimpan gawainya di atas meja pantry, bersamaan dengan itu Hyun yang sedang sarapan nasi goreng di depannya tiba-tiba membeo pelan padanya, "Dia nanyain ponselnya?"
"Hm? Oh, iya, pagi tadi dia sempet nanyain ponselnya buat nelpon pemilik sanggar tempatnya ngajar nari," pungkas Seth. "Aku baru tau kalau Nino itu guru," sambungnya.
"Dia guru tari buat anak-anak kecil gitu," jawab Hyun.
"Kamu tau?" Seth menarik kursi dan duduk di dekatnya.
"Aku nemuin profil data dirinya waktu itu." Angguk Hyun sembari terus menyuap nasi goreng sosis buatannya sendiri.
"Berarti kamu tau dong kalau dia punya pacar atau belum?" tanya Seth lagi.
Ucapannya itu membuat kening temannya mengernyit samar dan menatapnya bingung. Ditelannya lebih dulu sebelum menjawab, "Setauku dia masih single."
"Serius? Muka kayak gitu masih single?" cecar Seth.
"Muka kayak gitu masih single ya terus memang apa salahnya? Kita juga sama 'kan?" balas Hyun.
"Jangan samakan dia dengan kita. Lagian siapa yang mau memangnya sama orang kayak kita?" keluh Seth.
Hyun menanggapi itu dengan tawa kecil. Tak ada yang lucu sebenarnya, tapi tawa itu ia tunjukkan padanya sendiri yang merasa lucu akan hidupnya ini. Ya, benar kata Seth. Memangnya siapa yang mau dengan orang-orang sepertinya? Berbahaya.
Di tengah pembicaraannya tiba-tiba saja Chris muncul, ia turun dari lantai dua di mana kamarnya berada dan melewati Seth serta Hyun dengan cara berjalan yang ... agak kurang wajar?
"Selamat pagi, Tuan," sapa keduanya serempak, tapi bosnya itu hanya menggumam kecil tak menanggapi, dan malah terus berjalan ke arah basement dengan membawa sesuatu di tangan.
"Apa yang dibawanya?" tanya Seth pelan ke arah Hyun kala Chris sudah menghilang.
"Entah, seperti kotak kado," gumam temannya itu. "Kurasa Tuan mau memberikan sesuatu untuk si Bunny," tambahnya.
"Kado? Setelah dia melukai anunya dan membuat para *capo kaget mendengarnya?! Aku tidak yakin," gumam Seth pelan.
👼🏻👼🏻👼🏻
"Dia tidur dengan nyaman sekali setelah melukaiku? Bisa-bisanya!" gerutu Chris saat masuk ke dalam Limbo dan mendapati Nino yang tidur dengan tubuh sudah berganti pakaian.
Chris sibak selimut yang menutupinya dari ujung kaki hingga ke batas leher dan melihat piyama satin biru tua kini telah membalut tubuhnya. Piyama milik Seth, lebih tepatnya.
Ia melihat sesaat kotak hitam yang dibawanya, lalu diletakkan di atas nakas sebelum duduk di tepi ranjang dan memandang wajah Nino dengan intens. Sedari awal melihat fotonya Chris sudah mengakui kalau anak ini memiliki kontur wajah yang mungil dan cantik. Ia juga sepertinya tak banyak tingkah selayak pemuda baru dewasa seperti lainnya. Hanya saja tak menyangka jika ternyata tubuhnya begitu ringkih di usia yang baru seperempat abad ini. Terhitung sejak dibawa ke sini ia sudah pingsan lebih dari dua kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Angel Dancing On The Bed [Banginho]
Fanfiction"You are devil! Fvckin devil!" "Too much info ... the devil is real, and he isn't a little red man with horns and a tail. He can be beautiful---like me---, because he's a fallen angel and he USED to be God's favorite!" "Go to hell!" "Oh, Bunny ... w...