16. Mansion

191 42 4
                                    

"Kamu sudah mengemasi barang-barangmu?" tanya Seth sewaktu memapah Nino untuk dibantu masuk ke mobil.

"Barang-barang apa? Aku dibawa ke sini dengan paksa, jangankan sempat membawa barang dari rumah, untuk mengganti celana dalam saja aku tidak bawa," gerutu Nino. "Semua yang kupakai 'kan kamu yang meminjamkan," tambahnya.

Ah, Seth lupa dengan itu. Benar memang ucapannya, ia dibawa ke rumah ini juga dalam keadaan pingsan. Bisa dikatakan kalau Nino memang diculik oleh komplotan Chris, dan barang yang dibawanya kini hanyalah tas ransel berisi mayat ponsel juga dompet yang isinya tak seberapa.

"Mm, aku akan memberitahukan Tuan untuk hal itu," jawab si sopir.

"Memangnya aku boleh pulang dulu ke rumah?" tanya Nino setelah masuk ke dalam mobil.

"Entah. Aku rasa Tuan akan membelikanmu barang baru ketimbang membiarkanmu kembali ke rumah," jawab Seth. Ia lantas membantu Nino memakai seatbelt sebelum menyalakan mesin kendaraan.

"Apa jarak Mansion dengan rumah ini jauh?" tanya Nino lagi.

"Lumayan. Di Stayville, jadi mungkin akan memakan waktu lebih dari satu jam. Itupun kalau tidak macet," papar Seth. Ia mulai mengemudi, membawa si manis serta keluar dari kawasan Yellow Wood.

"Dia punya rumah di daerah elit begitu? Terus kenapa membangun rumah di tengah hutan begini?" cecar si manis. Ia sempat menikmati indahnya alam pegunungan dan hutan yang ada di sisi kanan-kiri jalanan.

"Sebenarnya rumah hitam yang tadi bukan benar-benar ada di tengah hutan. Masih ada di pinggir lebih tepatnya. Jika kamu naik ke rooftop, kamu bisa melihat jalan tol di kejauhan."

Ah, benar juga sih. Kalau memang ada di tengah hutan pasti takkan mungkin bisa ditempuh dengan mobil begini, dan jalanannya juga pasti bukan aspal lagi.

Nino tak lagi bertanya kendati dua hunian sang tuan yang entah mengapa jaraknya berjauhan dan di kawasan yang berbanding terbalik. Ia memilih diam dan menikmati indahnya langit biru yang membentang di atas dengan awan putih berarak.

Mobil sport berwarna biru malam itu melaju cepat, memasuki jalan raya dan membaur dengan kendaraan roda empat lainnya.

Seth mengemudi sembari mendengarkan musik rock dan sesekali menyanyikan lirik lagu yang didengarnya. Nino tak begitu menikmati apa yang didengar karena ia tidak suka lagu dengan genre itu. Berisik dan menyakiti telinga.

"Kita isi bensin dulu, ya?" ucap Seth sembari berbelok kala melihat ada pom bensin di sisi jalan.

Nino hanya mengangguk mengiyakan, ia sedari tadi diam dan berusaha untuk tenang. Karena jujur saja ia takut serta gugup sekali saat Seth bilang akan membawanya ke Mansion tadi pagi.

Tak sampai sepuluh menit mobil itu pun kembali melanjutkan perjalanan. Sesekali Seth akan bertanya pada Nino hal-hal remeh seperti makanan yang ia suka atau wana favoritnya apa, dan Nino menjawabnya dengan kalimat yang terdengar lembut juga sopan.

Seth tahu Nino adalah anak yang cukup kritis dan penasaran dengan apa yang dilihatnya, walaupun ia kerap menutupi dan terlihat sedikit penyendiri. Terbukti dengan ia yang sempat bertanya sebenarnya Chris itu orang yang seperti apa, atau bagaimana keluarganya. Sepertinya selain kritis, Nino juga orang yang cukup berhati-hati lagi waspada.

"Aku tidak bisa bilang kalau dia orang jahat, tapi mengingat pekerjaannya ya seperti itu tentu kamu bisa menilai sendiri. Dia sebenarnya cukup lembut dan pemalu. Hanya saja tertutup dengan sifat dinginnya dan ucapan kasar. Kalau kamu penasaran coba perhatikan telinganya, Tuan setiap kali merasa malu telinganya akan memerah," cecar Seth.

"Kamu kenal banget sifat dia kayak gimana. Aku jadi penasaran berapa lama kamu bekerja untuknya," sahut Nino.

"Sebagai sopir? Belum lama, baru sekitar dua tahunan. Tapi kalau sebagai saudaranya bisa dibilang sudah lewat dari satu dekade," pungkas Seth.

Red Angel Dancing On The Bed [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang