"Kenapa kamu yang mengantarku? Kenapa bukan Chris?" Bocah kecil berusia lima tahun itu bersidekap di depan pintu rumah dengan tatapan nyalang. Kepala boneka berbentuk rubah merah kesayangannya terlihat menyembul dari dalam ransel yang senantiasa ia bawa.
"Maafkan saya, tapi Tuan sedang sibuk. Jadi saya yang harus mengantarmu hari ini," jawab Seth, sopir sekaligus asisten sang kakak yang selalu sedia kapan pun dan di mana pun juga.
Anak lelaki bernama Jonathan atau Jeo itu mencebik kesal dengan kaki dihentakkan kala ia menuruni tangga rumahnya, wajah muram dan gerutu tak jelas pun turut serta menyertainya saat hendak masuk ke dalam mobil.
"Aku tidak mau pergi denganmu!" teriak Jeo kencang.
"Tenang saja. Saya cuma mengantarkan, kok. Saya tidak akan ikut ke dalam kalau tidak diizinkan. Hari ini kan hari pertama sekolah. Ini pasti akan menyenangkan," ucap Seth seakan mengikrar janji.
"Enyahlah, aku tidak mau peduli dengan janjimu!" Tapi si 'tuan muda' kecil itu justru menyahuti dengan ketus dan galak, membuat Seth menghela napas panjang berusaha untuk sesabar mungkin menghadapinya.
Bukan tanpa alasan sebenarnya, Seth pun tahu mengapa adik kecil dari majikannya ini marah dan terlihat kecewa. Sebab hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Ia akan memulai perjalanan pertamanya menempuh pendidikan di sebuah taman kanak-kanak di pusat kota. Dan yang diinginkannya hanyalah satu; pergi ditemani sang kakak, yang sayangnya justru tak bisa mengabulkan permintaannya lantaran terhalang pekerjaan.
Sementara itu di salah satu ruangan yang kerap dijadikan tempat kerja, kakaknya; Christian Angelini Boggiano, atau Chris panggilan kesehariannya, sedang berbicara dengan seorang pemuda jangkung bertahilalat di bawah mata kirinya.
"Orang yang Tuan cari sudah ditemukan," kata Hyunley, atau kerap dipanggil Hyun nama si pemuda yang berdiri di depan meja kerja sang majikan. "Ini alamat yang saya dapatkan dari ponselnya," tambahnya sambil meletakkan sesuatu di sisi secangkir kopi milik sang tuan.
Chris, pria berambut ikal coklat jerami itu mendongakkan sedikit kepala. Iris amber itu menatap intens pada netra karamel si anak buah yang ditugaskan sebagai peretas dalam kediamannya.
"Bagus," jawabnya singkat. Ia lantas mengambil secarik kertas yang Hyun letakkan di atas meja.
"Sepertinya dia akan datang ke salah satu klub malam lagi," ucap Hyun lagi. "Saya melihat dari salah satu ruang chat yang ia gunakan di ponselnya, ia sedang membuat janji dengan seseorang di situ."
"Oh? Di mana?" Kening Chris mengernyit sama saat membaca sederet alamat yang ditulis oleh si ajudan.
"Chronosaurus Night Club," tutur Hyun.
"Suruh Charles untuk datang ke sana, dan katakan kalau orang itu harus membayar hutangnya. Atau aku akan memberinya perhitungan."
"Baik, Tuan ... mm, apakah saya perlu ikut serta mendampinginya?"
Chris tak menjawab, ia hanya diam dan menatap layar laptopnya sembari bergumam pelan, entah apa.
"Oh iya, Tuan. Untuk sindikat dari Levanter, ada kabar kalau kita berhasil menguasai pasar perdagangan mereka," ucap Hyun tiba-tiba.
"Apa Hans yang mengabarimu tentang itu?" tanya Chris seketika.
"Benar. Hans bilang ternyata selama ini mereka hanya menguasai pasar barang-barang mewah saja, tapi lemah di bagian penyelundupan dan perdagangan senjata api," tutur Hyun. "Kemarin malam gudang senjatanya juga sempat dirampok para gangster setempat."
"Bagus, tidak rugi aku menyuruh Hans untuk memantau mereka beberapa bulan ini," pungkas Chris. "Kita sepertinya butuh siasat baru untuk bernegosiasi agar bisa menguasai jalur barat sepenuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Angel Dancing On The Bed [Banginho]
Fanfic"You are devil! Fvckin devil!" "Too much info ... the devil is real, and he isn't a little red man with horns and a tail. He can be beautiful---like me---, because he's a fallen angel and he USED to be God's favorite!" "Go to hell!" "Oh, Bunny ... w...