Sebulan kemudian ....
Tak terasa sudah empat minggu Nino tinggal di mansion ini. Sudah banyak kejadian yang terlewat, dari yang lucu hingga menguras emosi dilaluinya. Sudah selama itu juga ia memerhatikan keadaan keluarga sang don seperti apa.
Secara garis besar semua yang tinggal di bawah atap rumah ini adalah anggota dari Wolfgang, sebutan untuk organisasi dibawah kepemimpinan Chris. Seperti Signora Jennie, wanita sebaya dengan Liza itu ternyata bukanlah kepala pelayan biasa. Ia dikenal dengan Black Flower, lantaran dahulu sebelum bekerja dengan Chris ia adalah seorang ilmuan dan ahli racun. Ia tahu benar bagaimana cara melenyapkan musuh dengan cara 'bersih' hanya dengan dua atau tiga tetes sianida, juga bahan kimia berbahaya lain.
Hyunley, lelaki yang nyaris sukar ditemui selama Nino berada di mansion ini adalah seorang peretas ulung, seorang black hat yang rajin mondar-mandir di darknet. Nino baru mengetahui itu setelah Seth kelepasan menceritakan keahliannya.
Charles, lelaki bertubuh pendek namun kekar seperti Popeye adalah 'tukang jagal' di organisasi Chris. Ia ulung dalam bela diri atau menggunakan senjata tajam. Pedang bernama dwaekki adalah istri yang paling disayanginya. Ia juga seorang bandar narkoba yang pandai menyelundupkan barang tanpa ketahuan aparat polisi.
Hans, pemuda yang usianya sepantar dengan Frinz itu tak bisa dianggap remeh. Meski keahlian bela dirinya tak setangkas Charles akan tetapi ia ahli dalam senjata api. Laras panjang dari mulai yang klasik seperti Avtomat Khalasnicova 1947 yang pernah dipakai Chris sewaktu menembak kaki Nino, sampai sub machine gun lain dengan kaliber besar serta dinamit adalah mainannya setiap hari.
Liza, ia mungkin hanya seorang pengasuh anak di sini, tapi siapa sangka kalau dirinya yang diklaim anggota pengasuh elite juga punya sepak terjang yang cukup berbahaya di dunia mafia. Setidaknya, ia dan Signora Jennie bisa dikatakan partner in crime yang paling bisa diandalkan di antara wanita-wanita lain di rumah ini. Liza bahkan pandai berkuda, Nino pernah melihatnya menunggang kuda bersama Jeo sewaktu mereka berjalan-jalan di sekitar danau.
"Sejauh ini yang kulihat cukup berbahaya baru lima orang termasuk Chris. Aku tidak benar-benar percaya pada Seth tapi aku juga tidak benar-benar mewaspadainya. Hal yang sama dengan Frinz, ia tidak terlihat seperti kakaknya, tapi bukan berarti aku mengklaimnya aman," gumamnya sembari mencoret-coret buku catatannya sendiri. "Jeo sendiri ... anak ini bisa dibilang cukup pintar dan mungkin dapat dikategorikan jenius, tapi aku belum memastikannya." Tambanya, lalu menyudahinya sebelum dimasukkan ke dalam laci.
Ini hari Minggu, tidak ada agenda belajar dengan si bungsu dan Nino nampak muram melihat isi kamarnya yang berantakan.
Ah, ya, seperti yang dikatakan Seth di hari pertamanya datang ke rumah ini dulu, Chris memberikan Nino sebuah kamar pribadi yang minimalis namun cukup nyaman. Tak hanya itu saja, beberapa stel baju dan celana baru, sampai pakaian dalamnya juga, serta sebuah ponsel.
Benar, Chris memberikannya ponsel baru yang jauh lebih bagus dari ponsel lama Nino yang hancur. Walaupun sebenarnya Nino sendiri bingung akan dipakai untuk apa lantaran ia tak punya orang-orang penting yang harus dihubungi.
Tapi setidaknya ia bisa menyimpan beberapa foto yang dirasanya lucu untuk kenang-kenangan. Seperti foto Jeo di hari pertamanya sekolah, Liza mengirimkannya pada Nino karena wajah anak itu nampak sangat menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Angel Dancing On The Bed [Banginho]
Fanfiction"You are devil! Fvckin devil!" "Too much info ... the devil is real, and he isn't a little red man with horns and a tail. He can be beautiful---like me---, because he's a fallen angel and he USED to be God's favorite!" "Go to hell!" "Oh, Bunny ... w...