Pagi yang cerah untuk menyambut semester baru. Nizar telah rapi mengenakan seragam sekolahnya dan kini tengah sarapan bersama orang tua dan adiknya. Mereka mewarnai pagi itu dengan obrolan hangat, pun meyakinkan si bungsu di hari pertamanya sebagai siswa SMA. Tampaknya Aidan sedikit khawatir jika masa SMA-nya tak lebih menyenangkan dibandingkan ketika ia SMP.
"Tau nggak yang paling bikin males? Takutnya tuh aku nggak sekelas sama Ricky," ucap Aidan selagi menghabiskan sisa sarapannya. Ia sedari tadi menceritakan perasaan khawatirnya yang datang tiba-tiba. Sebab, ia tak merasakan itu selama liburan kemarin. Barulah ketika waktu tepat di depan mata, hal-hal itu mulai mengusiknya.
"Nggak sekelas pun masih bisa berteman, Dek. Toh nanti Adek juga ketemu sama temen-temen yang lain. Berdoa aja semoga dikasih temen-temen yang baik, syukur-syukur sekelas lagi sama Ricky," ucap Zafran untuk meyakinkan putranya. Ia cukup paham bagaimana kedekatan Aidan dengan sahabatnya sedari SD. Bahkan ketika hendak mendaftar SMA pun keduanya saling berdiskusi lebih dulu.
"Entah kenapa Abang yakin kalau kalian bakal sekelas lagi. Kalo beneran sekelas bakal lucu sih, fated." Nizar menatap sang adik yang duduk di sebelahnya. Ia lantas menepuk-nepuk pundak Aidan, menyalurkan semangat pada adiknya untuk menjalani hari baru.
Di tengah obrolan, tiba-tiba terdengar dering bel rumah, disusul samar suara yang familier bagi mereka.
"Suaranya Laksa bukan, sih?" gumam Nizar seraya bangkit dari duduknya. Ia lantas ke depan untuk membukakan pintu. Benar saja, wajah Laksa yang sumringah langsung menyapa pandangannya.
"Yuk, berangkat," ucap Laksa yang juga telah berseragam meski tak begitu rapi. Lelaki itu bahkan tidak memakai dasinya dengan benar.
"Gue sama Aidan masih sarapan," jawab Nizar seraya menatap motor milik Laksa yang terparkir di depan rumahnya. Ia juga tidak menduga jika Laksa akan menghampirinya. Semalam, sepupunya itu tidak mengatakan apa pun.
Laksa menyingkirkan tubuh Nizar yang menghalangi jalannya. Ia berniat untuk masuk dan menyapa yang lain. Padahal ia sudah bangun sangat pagi untuk berangkat awal, tapi ternyata sepupunya itu lebih malas darinya.
"Pagi, Ayah, Bunda, bocil."
"Loh, kamu ngapain ke sini?" tanya Zafran, membuat raut cerita di wajah Laksa seketika luntur. "Bukannya sekolah." Zafran berusaha menahan tawa melihat Laksa yang pasti sedang kesal.
"Ayah pikir aku mau nguli? Dah ganteng gini pake seragam," jawab Laksa seraya menarik kursi untuk ia duduki.
"Pake dasi aja kek ngiket sapi kok ngaku ganteng," sindir Nizar yang sudah duduk di sebelah Laksa.
Yang lain tertawa, seketika memperhatikan bagaimana cara Laksa menggunakan dasinya. Tampak hanya diikat asal-asalan. Sementara itu, Laksa betulan melepas dasi di kerah seragamnya. Di rumah tadi pun sebenarnya ia sudah ditegur oleh sang mama, tapi karena gugup, ia tidak mendengarkan wanita itu. Kini, malah dasinya jadi bahan tertawaan, sungguh sial.
"Sini gue kasih tutor." Nizar menyerobot dasi di tangan Laksa, berniat memakaikannya. "Pake dasi doang masih remed lo, Sa."
Laksa tertawa remeh, berani sekali Nizar meledeknya. "Apa gunanya pacar kalo gue pinter pake dasi?"
"Halah, pacar lo aja minta putus karena lo pindah sekolah."
Telak, Laksa tak dapat membantah ucapan Nizar yang satu ini. Pun ia merasa kesal karena diingatkan jika dirinya harus putus karena pindah sekolah. Hal paling berat yang harus ia relakan adalah pacarnya yang berada di sekolah lama. Kalau ditanya, sebenarnya pun ia masih sedikit jengkel dengan papanya yang memindahkan sekolahnya begitu saja.
"Waduh, iya kah? Ayah baru tahu berita ini loh." Zafran tertawa kecil, tak menyangka jika hubungan Laksa dengan pecarnya sudah pupus. "Nyari lagi aja di sekolah baru, di sana cantik-cantik juga kok, Sa," ucapnya, mendapat tepukan pelan dari Raline.
![](https://img.wattpad.com/cover/378511006-288-k540102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa Kasih✔️
Teen FictionKatanya, anak sulung adalah pilar yang kokoh. Maka untuk setiap kelemahan yang ia punya, Nizar begitu membencinya. Katanya manusia memang tidak ada yang sempurna, tetapi Nizar hidup di sekeliling orang yang utuh tentang segalanya. Berjalan di palin...