Sore itu, udara terasa hangat di kediaman Rajaesh. Rumah yang biasanya sunyi kini dipenuhi gelak tawa dan seruan-seruan riang. Rajaesh dan kelima sahabatnya -Nathan, Riki, Setma, Tino dan Tama- tengah berkumpul di ruang tengah, menjadikan rumah itu sebagai markas mereka untuk bermain dan bersantai.
Rajaesh menatap teman-temannya dengan senyum tipis. Ia tak keberatan rumahnya menjadi tempat berkumpul, tapi dalam hati ia mengeluh memikirkan sampah-sampah yang akan tertinggal nanti. Bungkus makanan dan botol minuman yang berserakan selalu menjadi tugasnya untuk dibereskan setelah mereka pulang.
Kelima remaja itu asyik tenggelam dalam permainan video, sesekali mengambil buah-buahan dan roti yang telah Rajaesh sediakan. Suara-suara dari layar bercampur dengan obrolan ringan dan tawa mereka.
Tiba-tiba, saat permainan berakhir, Setma memecah keheningan dengan nada menggoda, "Rajaesh, lo makin deket aja ya sama si Rachel."
Riki tertawa, menimpali dengan antusias, "Pepet terus, Esh!"
"Udah jarang dia nyuruh-nyuruh Rachel ngerjain PR-nya. Padahal dulu setiap hari," tambah Tino, matanya berkilat jahil.
Rajaesh hanya menghela napas panjang, enggan menanggapi godaan teman-temannya. Ia tahu mereka telah memperhatikan gerak-geriknya akhir-akhir ini, dan jujur saja, ia merasa tidak nyaman dituduh dekat dengan Rachel.
Nathan, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara, "Ja, lo kenapa dah? Setelah Rachel balik dari rumah sakit jadi perhatian banget. Lo naksir sama dia?"
"Ya nggaklah, najis," tegas Rajaesh, nada suaranya sedikit meninggi.
Tawa geli memenuhi ruangan. Riki kemudian mengeluarkan ponselnya, membuka galeri dengan antusias. "Eh, lo semua tau ga? Ada anak kelas 10 IPS 3 namanya Rea. Dia cantik banget sumpah, manis, paling cantik di kelas. Tapi dia jarang banget keluar kelas. Untung gue sempet motoin dia dari jauh. Nih, liat!"
Semua mata tertuju pada layar ponsel Riki, kecuali Nathan yang masih fokus pada gamenya. Ekspresi kagum terpancar dari wajah mereka saat melihat foto gadis itu.
"Wah, mantep. Cewek baru gue nih," ucap Setma dengan percaya diri.
Tama langsung memukul kepala Setma, protes, "Enak aja, gue lah!"
Tino kembali fokus pada gamenya, tidak tertarik dengan pembicaraan ini. Ia merasa sudah cukup puas dengan pacarnya yang menurutnya lebih cantik.
"Gimana, Ja? Siapa yang kira-kira dapetin Rea?" tanya Riki, matanya berbinar penuh harap.
"Make nanya, gue lah," jawab Rajaesh dengan bangga, seringai lebar menghiasi wajahnya.
"Kita bersaing aja dengan sehat, siapa yang bakal dapetin dia," usul Riki.
Semuanya mengangguk setuju, kecuali Nathan yang masih tenggelam dalam dunianya sendiri. Udara di ruangan itu kini dipenuhi dengan semangat persaingan.
♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛
Keesokan harinya, mentari senja menyinari halaman sekolah dengan cahaya keemasan yang hangat. Rajaesh, dengan jantung berdegup kencang, bersembunyi di balik pilar gedung sekolah, matanya awas mengamati pintu kelas X IPS 3. Ia menunggu dengan sabar, berharap bisa melihat sosok yang telah memenuhi pikirannya sejak kemarin.
Tak lama kemudian, pintu kelas terbuka. Satu per satu siswa keluar, namun bukan sosok yang ia cari. Rajaesh mulai gelisah, takut kehilangan kesempatan. Namun akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul. Seorang gadis cantik berambut hitam panjang terurai, dengan pita merah muda yang manis menghiasi rambutnya, melangkah keluar kelas dengan anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Rajaesh 2010 (ON GOING)
FanfictionCinta sering kali seperti labirin, kita terjebak dalam perasaan yang saling bertentangan, berusaha menemukan jalan keluar, tetapi semakin dalam kita masuk, semakin sulit untuk kembali. Seperti yang dialami Rajaesh Kavindra terhadap Rachel Natalia...