11. Langkah awal

10 0 0
                                    

Rajaesh bersembunyi di sebuah warung kecil yang terletak tak jauh dari SMA Garuda Bangsa, tempatnya menuntut ilmu. Warung itu sederhana, dengan atap yang sedikit bocor dan dinding yang dicat dengan warna merah pudar. Di dalamnya, aroma kopi dan gorengan menyatu, menciptakan suasana yang hangat meskipun cuaca di luar cukup terik. Ia menunggu dengan penuh harap, matanya tertuju pada gerbang sekolah, menantikan sosok yang ingin ia jumpa.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 12.05, sosok itu pun muncul. Rachel, gadis berambut pendek yang selalu menarik perhatian banyak orang, kini melangkah keluar dari gerbang sekolah dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya. Rajaesh merasakan detak jantungnya bergetar lebih cepat. Dalam sekejap, semua keraguan dan rasa cemas menghilang, tergantikan oleh keinginan untuk berbicara dengan Rachel.

Dengan mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya, Rajaesh melangkah mendekati Rachel, berusaha menutupi kegugupannya. "Ra, apa kabar?" sapanya, suaranya sedikit teredam oleh masker yang ia kenakan, namun cukup jelas untuk didengar Rachel.

Rachel terkejut melihat pria di depannya. Meskipun wajah Rajaesh tertutup, ada sesuatu dalam aura dan gerak-geriknya yang membuatnya mengenali. Seperti magnet, ia tak bisa menahan diri untuk tidak merespons. "Ja?" panggilnya, nada suaranya penuh keheranan. Tanpa ragu, Rachel menarik tangan Rajaesh dan mengajaknya menjauh dari keramaian sekolah, berusaha mencari tempat yang lebih tenang untuk berbicara.

"Ja, ngapain kesini?" tanya Rachel, kebingungan. Ia merasa ada yang tidak biasa dengan percakapan ini, ada ketegangan yang mengisi udara di antara mereka.

"Mau ketemu lo. Ada yang mau gue omongin," jawab Rajaesh, nada suaranya serius, seolah ada beban yang ingin ia sampaikan.

"Soal apa?" Rachel bertanya, rasa ingin tahunya semakin membara. Ia merasa jantungnya berdegup kencang, seolah ada sesuatu yang penting menanti untuk diungkapkan.

"Jangan disini. Di toko buku waktu itu, ayo," Rajaesh mengisyaratkan dengan kepala ke arah toko buku yang tak jauh dari situ. Dengan cepat, ia menyalakan motornya dan melaju bersama dengan Rachel yang masih penasaran dengan apa yang akan disampaikan Rajaesh.

♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛

Setibanya di toko buku, Rajaesh memarkir motornya dan mengajak Rachel masuk. Ruangan yang dipenuhi rak-rak buku dan aroma kertas yang khas itu memberikan suasana tenang, seolah dunia luar tidak ada. Mereka melangkah lebih dalam, menjauh dari pandangan orang-orang, mencari sudut yang lebih privat untuk berbicara. Rajaesh berhenti di sudut yang sepi, di mana hanya ada beberapa meja dan dua kursi dengan buku-buku yang berserakan di atasnya.

"Duduk, Ra," tawar Rajaesh sambil menyingkirkan buku-buku yang menghalangi. Ia berusaha menciptakan suasana yang nyaman, meskipun hatinya berdebar-debar.

Rachel duduk, menatap Rajaesh dengan penuh perhatian. "Jadi lo mau ngomong apa?" tanyanya, rasa ingin tahunya semakin membara.

Rajaesh menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Gue mau minta maaf atas sikap gue yang udah ngerusak ponsel lo dan udah ga percaya sama lo," ungkapnya, nada suaranya penuh penyesalan. Ia tahu bahwa tindakan impulsifnya telah menyakiti Rachel, dan ia ingin memperbaiki kesalahan itu.

"Ohh, santai aja, Ja. Gue gapapa kok, cuma sakit hati dikit hehe," jawab Rachel, mencoba tersenyum meskipun ada kesedihan yang tersimpan di matanya. Namun, Rajaesh bisa merasakan bahwa ada lebih dari sekadar "sakit hati" yang ia ungkapkan.

"Ra, itu bukan hal sepele. Gue seharusnya lebih percaya sama lo. Gue terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mendengar penjelasan lo," kata Rajaesh, menatap mata Rachel dengan serius. "Gue bener-bener nyesel."

Memories Rajaesh 2010 (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang