13. Kembali bersama

9 0 0
                                    

"Gimana apel yang gue kasih? Enak?" tanya Rajaesh seraya memperhatikan Rachel yang tengah mengunyah beberapa potong apel pemberiannya. Mata cokelatnya menatap penuh harap, menanti jawaban dari gadis yang duduk di hadapannya.

Rachel mengangguk perlahan, rambut hitamnya yang tergerai bergoyang lembut. "Enak banget, manis," jawabnya singkat sambil tersenyum kecil.

Sebuah senyuman terukir di wajah Rajaesh, matanya berbinar melihat reaksi Rachel. "Itu belum seberapa. Masih ada apel yang jauh lebih manis," ujarnya dengan nada misterius.

"Oh iya? Apel apa?" Rachel menatapnya dengan rasa penasaran, menghentikan kunyahannya sejenak untuk mendengar jawaban Rajaesh.

"Apelagi kalau bukan kamu," ujar Rajaesh dengan nada menggoda, sembari mengedipkan sebelah matanya jenaka.

Mendengar rayuan itu, Rachel tak kuasa menahan tawanya. Pipinya bersemu merah. "Apa-apaan! Gajelas!" serunya sambil memukul pelan bahu Rajaesh.

"Jangan marah. Nanti cepat menua," goda Rajaesh kembali, tangannya mengacak lembut rambut Rachel.

"Biarin!" balas Rachel ketus, meski senyum kecil masih tersisa di sudut bibirnya.

"Kalau begitu, gue akan ikut marah," sahut Rajaesh, memasang ekspresi cemberut yang dibuat-buat.

Rachel mengerutkan dahinya, menatap Rajaesh dengan heran. "Lah, kenapa?"

"Biar bisa menua bersama," jawab Rajaesh dengan lembut, tatapannya penuh kelembutan saat memandang Rachel.

Tawa renyah pun memecah keheningan kantin sekolah. Momen manis itu menghangatkan suasana jam istirahat yang biasanya membosankan. Beberapa hari ini mereka semakin dekat, menghabiskan waktu bersama di setiap kesempatan. Rachel bahkan sudah lama tidak berbicara dengan Nathan karena waktunya lebih banyak dihabiskan bersama Rajaesh. Entah sejak kapan, kehadiran Rajaesh telah mengisi hari-harinya dengan tawa dan kehangatan yang tak terduga.

"Eh, udah bel nih," ujar Rachel sambil melirik jam tangannya. "Balik ke kelas yuk."

"Tunggu," Rajaesh menahan tangan Rachel yang hendak beranjak. "Pulang sekolah nanti... Mau pulang bareng?"

Rachel terdiam sejenak, matanya bertemu dengan tatapan penuh harap Rajaesh. Ia menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Boleh," jawabnya singkat.

Senyum Rajaesh mengembang, membuat matanya menyipit. "Oke, nanti gue tunggu di parkiran ya."

Mereka berjalan beriringan menuju kelas, tidak menyadari tatapan Nathan yang mengikuti setiap langkah mereka. Dari balik jendela kelas, Nathan memperhatikan Rachel dan Rajaesh yang berjalan bersama di koridor. Tangannya terkepal erat, menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya. Ia tak pernah menyangka akan melihat pemandangan seperti ini.

"Woy, bengong aja lo!" Suara Setma memecah keheningan, membuat Nathan tersentak kembali ke realita. "Kenapa sih? Dari tadi kayak orang linglung."

Pemuda itu menggeleng pelan, memaksakan seulas senyum yang tak mencapai matanya. "Nggak apa-apa, cuma lagi mikirin tugas aja," dustanya, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menggerogoti hatinya.

Setma yang sejak tadi memperhatikan, menyikut lengan sahabatnya itu dengan tatapan penuh arti. "Halah, bohong lo! Gue tau lo lagi merhatiin Rachel sama Rajaesh kan?" Nadanya mengejek, namun ada secercah kekhawatiran terselip di dalamnya. "Udah lupain aja bro, Rachel lebih milih temenan sama pembunuh kaya dia."

Helaan napas berat meluncur dari bibir Nathan. Matanya masih terpaku pada dua sosok yang perlahan menghilang di belokan koridor, seperti bayangan yang memudar ditelan cahaya. "Lo tau sendiri kan, gue udah kenal Rachel dari SMP. Kita udah temenan lama banget."

Memories Rajaesh 2010 (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang