17. Hangat dalam hujan

3 1 0
                                    

Malam itu, hujan deras mengguyur Jakarta tanpa ampun. Tetes-tetes air yang berat menghantam atap dan jendela, menciptakan simfoni alam yang menenangkan sekaligus menggelisahkan. Di tengah kegelapan kamar kostnya yang hanya diterangi cahaya redup dari layar ponsel, Rajaesh duduk termenung di tepi tempat tidur.

Jemarinya bergerak cepat di atas layar, matanya terpaku pada percakapan grup kelas di WhatsApp yang sedang ramai. Setiap notifikasi baru membuat jantungnya berdegup kencang. Topik yang dibicarakan membuat darahnya berdesir kejadian tadi siang saat Rachel disekap di gudang.

Rajaesh membaca setiap pesan dengan seksama, berusaha memahami situasi yang terjadi. Nama Rachel terus muncul dalam percakapan, membuatnya semakin gelisah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegelisahan Rajaesh semakin memuncak seiring berjalannya malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kegelisahan Rajaesh semakin memuncak seiring berjalannya malam. Setelah berkali-kali mencoba menghubungi Rachel tanpa hasil, ia merasa tak bisa lagi hanya berdiam diri. Dengan tekad yang membara, Rajaesh bangkit dari tempat tidurnya.

Ia bergegas mengenakan jas hujan birunya yang mencolok, meraih payung putih dari sudut kamar. Tangannya sedikit gemetar saat membuka pintu rumah, disambut oleh deru hujan yang semakin deras.

♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛

Angin dingin menerpa wajahnya, membuat tubuhnya sedikit menggigil. Namun, tekadnya tak goyah. Dengan cepat, ia membuka payungnya dan mulai berjalan menyusuri jalan yang sepi.

Jalanan Jakarta malam itu seperti sungai kecil. Air menggenang di mana-mana, memantulkan cahaya lampu jalan yang redup. Sesekali, mobil lewat, mencipratkan air ke trotoar. Rajaesh terus melangkah, matanya fokus ke depan.

Pikirannya dipenuhi bayangan Rachel. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya, mendorongnya untuk bergerak lebih cepat.

Setelah berjalan selama hampir setengah jam, akhirnya Rajaesh tiba di depan rumah Rachel. Rumah itu tampak gelap, hanya ada satu lampu yang menyala di teras. Dengan jantung berdebar kencang, ia mendekati pagar.

Memories Rajaesh 2010 (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang