Pukul enam pagi, aku menuju ke ruang makan. Meskipun masih pagi, beberapa siswa yang begadang belajar berkumpul untuk sarapan ringan. Aku bergabung dengan mereka dan memaksa diriku untuk sarapan. George juga mengatakan hal yang sama, "Makanlah yang banyak agar cepat sembuh," katanya. Karena makanan itu tidak dicampur obat, aku memakannya dengan tenang.
Setelah makan, aku menyeret tubuhku yang lelah ke asrama. Simon tidak ada di kamar. Mungkin dia pergi joging. Aku tidak peduli. Satu permainan telah berakhir, masih ada waktu sampai permainan berikutnya.
Jujur saja, aku benar-benar kehabisan tenaga. Aku bangun pagi sekali kemarin, bergegas ke perpustakaan untuk mencari kumpulan foto itu, lalu terlibat perkelahian dan bahkan diperkosa, kemudian aku tidak bisa tidur semalaman karena mencoba untuk menerima semua hal yang terjadi padaku.
Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Setelah mengambil bundel foto yang kusimpan di pergelangan kakiku, aku menyembunyikannya di belakang rak buku. Tanpa melepas sepatu, aku berbaring di tempat tidur dan tertidur tanpa menutupi tubuhku dengan selimut.
Aku terbangun karena suara lonceng jam. Aku tertidur sepanjang hari, dan begitu mendengar suara lonceng, mataku langsung terbuka. Tubuhku seakan ingat bahwa itu sudah pukul empat sore. Simon tidak ada di sana. Saat aku bangun, selimut yang menutupi tubuhku jatuh. Sepatuku juga sudah dilepas. Pasti perbuatan Simon. Aku menyingkirkan selimut dan keluar dari kamar dengan kaki telanjang.
Saat melihat pemandangan di ruang tamu, aku langsung membeku. Jerome, entah sejak kapan, duduk di sandaran sofa, kakinya di atas sandaran tangan, menikmati pemandangan di ruang tamu. Simon duduk di sofa yang sama, menikmati pemandangan itu bersamanya.
Hugh bertanya padaku.
"Kau sudah bangun. Bagaimana rasanya setelah tidur? Sedikit lebih baik?"
Dia memberi isyarat kepada George. George menarik napas dalam-dalam dan menyembunyikan wajahnya ke lantai.
"Bawa dia kemari."
Kata Hugh, dan sebelum aku sempat bereaksi, Simon sudah menangkapku.
Dia menarik tengkukku dengan kasar dan memaksaku duduk di depan George. Aku tidak punya pilihan selain berlutut di depan George. Kepalaku terasa pusing, seperti baru saja dipukul cambuk Jerome.
George berbaring di atas karpet, wajahnya menempel ke lantai, tidak bersuara sama sekali meskipun Hugh dengan kasar menyodomi dirinya dari belakang. Aku tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi.
"Baiklah, aku akan mengajukan tawaran, George."
Hugh berkata sambil terus bergerak.
"Jika kau memperkosa orang itu sekarang juga, aku akan melepaskanmu. Jika tidak, kau akan mendapat jatah dua kali lipat."
"Aku akan melakukannya."
Jawab George langsung.
"Apa?"
Tanyaku seperti orang bodoh.
"Apa katamu?"
Hugh menarik diri dari George. Sebelum aku bisa sepenuhnya memahami apa yang terjadi, Simon sudah membantingku ke lantai. Aku tidak bisa menghindar. Mereka menarik celana dan celana dalamku, lalu melebarkan kakiku dengan paksa. Simon memegang kaki kiriku, dan Hugh memegang kaki kananku, membuatku terentang lebar. Saat George memasukkan penisnya yang ereksi, barulah tubuhku merinding.
Aku memberontak dan menggeliat, tetapi mereka menekan pundakku dengan lutut mereka sehingga aku tidak bisa bergerak. George, dengan wajah tanpa ekspresi, menatap mataku lurus-lurus dan langsung memasukkannya ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE
RandomSetelah dikurung oleh ibunya selama lima tahun, Raymond, dipindahkan ke sebuah sekolah asrama di pedesaan seolah-olah dia sedang diasingkan. Dia memulai kehidupan sekolah yang baru dengan empat teman asramanya. Simon, adalah seorang pria yang sanga...