Malam telah tiba. Kejadian yang menimpa Judy menjadi gosip yang menyebar ke seluruh sekolah dalam setengah hari. Asrama perempuan memang selalu memiliki dua pengawas, tetapi setelah kejadian Judy, jumlahnya digandakan menjadi empat. Petugas keamanan bahkan berjaga di pintu masuk asrama, mengawasi siswa yang lewat.
Sebagian besar siswa yakin bahwa pelakunya ada di dalam sekolah. Seorang anak laki-laki yang terlalu bersemangat untuk menegakkan keadilan bahkan berteriak mengusulkan adanya pemeriksaan internal saat makan malam di ruang makan
Awalnya, semua orang menertawakannya. Namun, sedikit demi sedikit, siswa-siswa lain mulai setuju dengannya. Dengan munculnya kasus seperti ban yang bocor serta insiden Judy baru-baru ini, suasana di sekolah yang sudah tegang akibat ujian menjadi semakin kacau, sehingga seruan anak laki-laki itu untuk pemeriksaan internal berhasil meyakinkan banyak orang.
Di tengah-tengah anak laki-laki yang marah itu, aku penasaran bagaimana para anak lelaki di lantai 4-B akan menghadapi "pemeriksaan internal" ini. Tentu saja, jika mereka tidak bodoh, mereka pasti sudah menyembunyikan seragam dan pakaian dalam itu di tempat yang tidak akan ditemukan....
Tiba-tiba, sebuah pikiran buruk muncul. Pandanganku menjadi kabur. Bagaimana jika mereka menyembunyikan barang-barang Judy di kamarku...? Di bawah tempat tidurku atau di dalam lemari...?
Firasat buruk itu langsung menguasai seluruh tubuhku. Aku menyeka keringat dingin di tanganku dan mencoba untuk tetap tenang. Aku membeku. Hugh duduk tenang di meja anak laki-laki yang pertama kali menyerukan "pemeriksaan internal".
Hugh meninggikan suara bersama siswa lainnya, lalu diam-diam menoleh dan menatapku. Dia tersenyum sampai matanya hampir tertutup, lalu mengangguk sebagai sapaan. Sebelum sempat bereaksi, para siswa itu, yang terbawa suasana, mulai berdiri dari meja dengan tergesa-gesa. Suara kursi bergeser di lantai terdengar riuh. Ketika sadar, beberapa saat kemudian aku sudah ikut terbawa arus anak-anak yang sedang marah itu menuju asrama di lantai atas.
Asrama putra terdiri dari gedung A hingga E, dan biasanya setiap lantai dihuni dua belas hingga enam belas orang. Di antara semuanya, gedung B tempatku tinggal adalah yang paling sedikit penghuninya. Bangunan gedung B berbeda dengan asrama lain karena menggunakan bangunan biara tua. Dahulu, gedung ini merupakan tempat tinggal bagi mereka yang berpangkat tinggi seperti bangsawan atau keluarga kerajaan, sehingga pada setiap lantai hanya terdapat dua kamar.
Saat ini, para siswa di gedung B tinggal berempat di setiap kamar, namun ada satu pengecualian, yaitu Jerome. Sesuai dengan statusnya, Jerome masih menikmati kemewahan menggunakan kamar luas untuk dirinya sendiri, dan kamarnya direnovasi dengan mewah. Aku pernah satu kali mengunjungi kamar Jerome, dan itu adalah pemandangan yang langka di sekolah ini—dinding kamarnya halus berlapis marmer, bukan batu kasar seperti kebanyakan kamar lainnya.
Aku berjalan bersama para siswa menuju gedung B lantai dua, ke arah kamar Carl, sambil memandang tajam punggung Hugh yang berjalan di depanku. Jelas sekali bahwa Hugh-lah yang membuat masalah ini menjadi sebesar ini. Bahkan sekarang, dia masih berbicara dengan antusias di sebelah anak yang pertama kali menyerukan "pemeriksaan internal," memanaskan suasana di antara para siswa. Tingkah laku Hugh membuatku semakin tidak tenang. Aku merasa takut dengan alasan Hugh untuk memperbesar masalah ini.
Bagaimana jika mereka benar-benar menyembunyikan barang-barang itu di kamarku...?
Namun, aku tak bisa naik dan memeriksanya terlebih dahulu. Karena kami saling mengawasi, jika ada satu orang yang pergi, kecurigaan akan langsung menyebar.
Aku tak bisa berbuat apa-apa di antara para anak lelaki itu dan akhirnya sampai di asrama lantai 2. Penjaga asrama yang berdiri di pintu masuk hanya melihat mereka yang berlarian naik tanpa bertanya apa pun. Para staf sekolah sangat menghindari campur tangan terhadap siswa, dan sekarang kelemahan kebijakan itu terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE
RandomSetelah dikurung oleh ibunya selama lima tahun, Raymond, dipindahkan ke sebuah sekolah asrama di pedesaan seolah-olah dia sedang diasingkan. Dia memulai kehidupan sekolah yang baru dengan empat teman asramanya. Simon, adalah seorang pria yang sanga...