Selama itu, cuaca terus cerah, jadi kami tidak hanya berdiam diri di asrama. George memang selalu duduk di sofa, tetapi Hugh, Simon, dan aku berjalan-jalan. Simon menunjukkan jalan menuju hutan tempat dia biasa jogging.
Setelah mengikuti rute itu, kami tiba di bagian dalam hutan, yang mengarah ke rawa Kelly. Rute jogging Simon sepi dan tenang, dan itu membuatku nyaman. Setelah berjalan, Simon dan Hugh bermain tenis beberapa kali. Karena aku tidak tahu cara bermain tenis, aku duduk di bangku untuk menonton.
Sungguh damai sekali. Namun, aku tidak bodoh untuk mengendurkan kewaspadaan. Aku juga tidak melupakan balas dendam yang sebenarnya. Jika Jerome tidak mendekat, itu bukan berarti aku akan membiarkannya begitu saja. Apa yang ku alami, harus dibayar kembali. Hal yang sama berlaku untuk Jerome.
Jika memungkinkan, aku ingin membalasnya dengan cambuk. Itu akan menjadi sesuatu yang sangat memuaskan dan menyenangkan. Jerome tidak akan mendapatkan penghinaan yang lebih besar dari itu. Aku ingin melihat apakah dia bisa tetap tersenyum setelah dipukul oleh cambuknya sendiri.
Tanpa terasa, minggu baru pun dimulai. Sambil mengamati Jerome yang sedang menunggang kuda di luar jendela sekolah, aku akhirnya menemukan peluang untuk membalas dendam.
Hari Selasa hujan turun. Cuaca itu pas dengan rencanaku. Sejak pagi, aku merasa senang. Ketika aku keluar dari kamar mandi, Simon sudah menunggu di dalam kamarnya. Sejak melihat lukaku, Simon setiap pagi akan menempelkan plester di memar setiap kali aku keluar dari kamar mandi. Dia tampak seperti ingin tahu mengapa aku lebih ceria dari biasanya, tetapi seperti biasa, dia tidak bertanya. Hari itu terasa sangat lambat dan menyiksa.
Setelah pelajaran matematika yang membosankan selesai, aku langsung berlari ke kandang kuda. Di dalam kandang, kelembapan akibat hujan membuat suasana menjadi tidak nyaman. Namun, aku tidak peduli dengan kelembapan itu. Aku mendapatkan sebatang tongkat tajam dan bersembunyi di belakang tumpukan jerami di pintu masuk kandang.
Jerome pasti akan datang meski harus mengenakan jas hujan. Dia pasti akan datang. Sekarang baru jam satu siang. Dia biasanya mulai berkuda sekitar jam dua. Ketika dia keluar menunggang kuda, aku berencana menusukkan tongkat itu ke bokong kuda.
Jika Jerome terjatuh dan terinjak kuda, bagaimana? Meskipun itu tidak mungkin terjadi, tetapi jika hal yang menyedihkan itu benar-benar terjadi, aku akan minta maaf terlebih dahulu. Lagipula, rencanaku bukanlah untuk membunuh Jerome.
Selama waktu itu, aku mengamati kebiasaan Jerome saat menunggang kuda. Jerome selalu memegang cambuk di satu tangannya meskipun dia tidak menggunakannya. Saat terjatuh, dia pasti akan menjatuhkan cambuknya. Dan alih-alih mengambil cambuknya terlebih dahulu, dia akan berusaha melarikan diri dari kuda yang bersemangat atau mencoba menenangkan kuda tersebut. Aku berencana untuk merebut cambuknya saat itu. Dan karena hujan, kabut di lapangan akan memudahkan aku untuk mempermalukan Jerome.
Rencanaku berjalan lancar. Menunggu Jerome bukanlah masalah. Begitu bel jam dua berbunyi, Jerome muncul di kandang. Seperti yang kuharapkan, karena hujan, tidak ada orang lain yang datang, jadi dia sendirian. Aku menahan napas dan mengawasinya dari balik tumpukan jerami. Jerome mengenakan pelindung kaki kulit yang keras dan jas plastik, serta topi. Ketika dia mengambil kuda dan menaikinya, ketegangan membuat leherku terasa kaku.
Kuda Jerome perlahan berjalan menuju pintu masuk. Suara derap kuku kuda membuat jantungku berdebar. Kuda itu melintasi tumpukan jerami seolah tidak ada yang terjadi. Kesempatan itu terlalu mudah untuk dilewatkan. Tanpa ragu, aku menusukkan tongkat ke bokong kuda yang besar dan kuat itu.
Kuda itu melolong kesakitan dan mengangkat kakinya. Jerome terjatuh dari pelana karena kejadian yang tidak terduga. Saat kuda berlari ke lapangan yang basah, aku juga melompat ke arah Jerome yang terjebak dalam lumpur. Saat itulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE
AcakSetelah dikurung oleh ibunya selama lima tahun, Raymond, dipindahkan ke sebuah sekolah asrama di pedesaan seolah-olah dia sedang diasingkan. Dia memulai kehidupan sekolah yang baru dengan empat teman asramanya. Simon, adalah seorang pria yang sanga...