Part 13

1 0 0
                                    


Aku selalu bilang jika anak ini unik dan suka bertingkah konyol. Tetapi menurutku itu lucu, sepertinya aku butuh orang-orang seperti dia walaupun hanya anak-anak. Ada getaran hati yang menurutku itu tidak wajar. Terra memang anak-anak yang dan masih butuh bimbingan orang tua, dalam hal apa pun. Ceritanya tidak masuk akal, tetapi aku menyukainya. Dia memang benar, aku butuh seorang kekasih, ingat hanya pria dewasa. Aku melihat dia bertubuh anak kecil sehingga dalam pikiranku mustahil bisa menggandeng tangan Terra bukan karena seorang kakak perempuan. Tidak dipungkiri bahwasanya aku memang suka dengan karakter ini, asyik, bercanda dan suka sekali humor. Aku terlalu dalam kesedihan, ceritaku tidak menyenangkan sehingga ketika bertemu dengannya seperti obat.

Dia anak yang hilang, mungkin bukan hilang, lebih tepatnya melarikan diri dari kenyataan. Dia berasal dari dunia yang tidak pernah kami kenal. Mereka dari bangsa yang hidup di bawah telapak kaki manusia. Aku tidak terlalu percaya dengan cerita itu jika aku belum melihat secara langsung. Jika hanya soal cerita, siapa pun bisa mengarang bahwa dirinya adalah alien dan punya kekuatan. Tetapi jika tidak bisa membuktikaan sama juga bohong. Dari beberapa yang pernah aku lihat, Gor, ballos dan tanah liat yang pernah mengobati kakiku, sepertinya dia benar. Dia memang tidak normal, setelah aku menemuinya baru sadar jika dia termasuk anak yang kuat. Bertahan hidup dengan sedikit makanan yang dibawa secukupnya. Terra terlihat tidak banyak bicara jika tidak diajak biacara dulu. Diam pendiam seperti Bumi. Sifat tanah seperti sudah melekat pada dirinya. Wajahnya datar, jarang sekali terlihat senyum, ketawa atau marah. Mungkin kemarahannya akan berbuah bencana.

Mulut Terra masih banyak sisa makanan. Aku pikir dia sedang membakar rusa hutan. Menikmati seorang diri tanpa hambatan. Bagaimana dia bisa menemukan makhluk sebesar itu kemudian memotong cincang. Aku tidak bisa menahan perutku yang meronta-ronta. Isi perutku nyaris keluar semua setelah sarapan bubur. Apa yang aku pikirkan sangat tidak sesuai apa yang aku liat. Hewan yang selama ini membuatku jijik justru dimakan oleh Terra. Sedangkan Gor hanya terpaku melihat Terra sedang berpesta pora. Aroma itu sangat khas dan telah membuat tubuhku lemas. Aku tidak tahan dengan aroma itu justru Terra semudah itu menelan sedangkan sisa potongan cacing sebesar lengan masih ada.

"Kenapa kau muntah? Estelle, ini enak sekali. Lebih enak dari ballos. Tidak aku sangka aku bisa menemukan Bar-bar di sini. Hemm, ini enak sekali."

"Kau sangat tidak waras, Terra. Kami tidak memakan cacing. Apalagi..." Kalimat Estelle terpotong. Dia berlari menjauhi Terra yang tenang. Di sepanjang jalan cairan putih tercecer. Terdengar Estelle berusaha keras mengluarkan isi perutnya. Ini sangat tersiksa dan tidak bisa melihat Terra mengunyah daging itu.

"Hewan itu sangat membuatku tersiksa. Berhentilah makan cacing. Makanlah daging yang layak seperti ayam, kambing, domba, sapi dan hewan ternak lain."

"Ok. I am fine. I will do it for woman."

"Kau tidak pernah menemukan orang makan cacing di sini," ungkap Estelle kesal.

"Lihat itu!"

Estelle tidak percaya apa yang dia lihat. Ternyata Terra membagi daging yang dibakar dengan sejumlah orang. Terra berbagi dengan tiga orang pengemis. Lahap sekali mereka makan, bahkan mereka tidak akan menemukan makanan di luar sana. Berharap dengan orang untuk memberinya sedikit dolar pun tidak pasti. Tidak semua orang ringan dalam memberikan secuil roti untuk mereka. Justru kebahagian mereka didapatkan dari Terra. Tetapi menurut Estelle itu sangat tidak layak. Sebenarnya mereka juga tidak mengkonsumsi makanan tersebut. Wajah-wajah pemalu itu dapat dibaca oleh Estelle jika mereka sangat menikmati.

"Kalian membuatku sangat tidak nyaman."

"Aku berjanji akan makan yang kau suka, Estelle."

Terra tidak punya pilihan selain menggali tanah untuk mendapatkan daging. Karena sebenarnya Terra hanya makan hewan-hewan yang berada di dunianya. Bahkan itu hanya mencoba membantu para pengemis yang kelaparan karena Terra masih bisa bertahan menggunakan kulit yang menyerap energi alam. Estelle menjauh sedangkan Terra mengikuti. Estelle tidak mau terlalu lama menyiksa diri. Tidak tahan oleh pikirannya sendiri. Langkah cepat dan membuat Terra harus kerja keras untuk menyusul. Gor pun harus meningkatkan kecepatan untuk tetap bersanding dengan Terra. Hutan terlalu lebat, banyak ranting dan kayu. Fokusnya hanya pada Estelle sehingga kurang berkonsentrasi melihat jalan. Secara tidak sengaja Terra tertusuk ranting tajam.

Underground!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang