Bab 4: Amarah yang Membara

147 8 0
                                    

Di sebuah penginapan mewah milik keluarga Ning Rongrong, para murid Akademi Shrek kini berbaring dengan wajah-wajah memar dan luka-luka yang diperban. Penginapan itu tampak elegan dan nyaman, tetapi suasananya penuh dengan bisikan marah dan ekspresi kekecewaan. Ning Rongrong dan Oscar, yang tak sepenuhnya kehilangan kesadaran dalam pertempuran tadi, dengan susah payah membawa rekan-rekan mereka yang tak sadarkan diri kembali ke penginapan untuk dirawat.

Perlahan, satu per satu dari mereka mulai sadar. Tang San membuka matanya lebih dulu, merasakan nyeri di pipinya yang masih bengkak. Bayangan pukulan Lin Feng yang keras dan dingin terlintas di benaknya, membuat amarah menggelegak di dadanya.

"Berani sekali dia..." gumam Tang San, kepalan tangannya bergetar. "Dia bahkan tidak memberi kesempatan untuk berbicara. Hanya manusia tak beradab yang bertindak tanpa peringatan seperti itu!"

Xiao Wu, yang duduk di sebelahnya, menatap bayangan dirinya di cermin kecil dengan air mata di pipinya. Rambutnya, yang tadinya lembut dan tebal, kini terlihat agak berantakan dengan beberapa helai yang rontok, hasil dari bantingan Lin Feng yang tak berperasaan. Tangannya gemetar saat menyentuh helai rambutnya yang tersisa, matanya berkaca-kaca, dan isak tangis kecil mulai terdengar.

"Rambutku..." Xiao Wu meratap. "Dia tak hanya memukul, tapi juga merusak rambutku! Aku tak akan pernah memaafkannya!" Tangannya mencengkeram lengan Tang San, yang hanya bisa menatapnya dengan ekspresi muram. Dalam hati, amarah Tang San semakin membara.

Zhu Zhuqing duduk di sudut ruangan dengan wajah gelap. Rasa sakit masih terasa di tubuhnya, terutama di bagian dadanya yang sempat dihantam oleh Lin Feng. Dia menghela napas tajam, menahan sakit dan marah yang bercampur. Dalam hati, dia sudah bersumpah bahwa Lin Feng akan membayar untuk penghinaan ini.

"Dia bahkan tidak menghargai kami sebagai sesama master roh..." gumam Zhu Zhuqing dengan penuh kemarahan, suaranya dingin namun penuh tekad. "Jika ada kesempatan, aku sendiri yang akan menghabisinya."

Di sisi lain ruangan, Dai Mubai yang dikenal berjiwa petarung sejati sudah merasakan amarah mendidih di dalam dadanya. Rasa sakit di dada yang terhantam masih membekas, tetapi lebih dari itu, keangkuhan dan harga dirinya yang terluka adalah hal yang paling menyakitkan. Wajahnya memerah saat membayangkan momen memalukan itu.

"Dia berani memperlakukan kita seperti itu!" teriak Dai Mubai dengan geram. "Kita akan buktikan padanya bahwa kita bukan sekadar sasaran empuk yang bisa dipermainkan begitu saja. Jika kita bertemu lagi, aku sendiri yang akan menghajarnya sampai dia menyesal pernah merendahkan Shrek!"

Ma Hongjun, yang duduk di samping Dai Mubai, mengangguk keras. Pipi gempalnya masih bengkak akibat tendangan Lin Feng, dan rasa sakit itu memicu kemarahannya yang semakin memuncak. Sambil menggenggam cermin kecil di tangannya, dia mengamati wajahnya yang bengkak dengan geram.

"Lihat saja wajahku sekarang! Siapa yang berani membuat wajah tampanku jadi begini?" gumam Hongjun dengan penuh emosi. "Pria itu takkan punya tempat untuk sembunyi setelah kita pulih. Aku akan membakarnya habis dengan Phoenix Api-ku!"

Ning Rongrong, yang duduk di kursi dengan wajah cemberut, sesekali menyentuh pipinya yang bengkak. Sebagai putri kecil dari klan Tujuh Harta Glazed Tile Pagoda, tak pernah sekali pun ia diperlakukan seperti ini. Amarah dan keangkuhannya terpancar jelas, wajahnya berubah semakin suram.

"Aku sudah mengirim surat kepada keluargaku," katanya sambil menatap teman-temannya yang lain. "Orang sepertinya tidak akan lolos setelah berani menyentuhku. Aku akan pastikan ayahku tahu tentang penghinaan ini. Dunia akan melihat bahwa tak ada seorang pun yang bisa melukai Ning Rongrong dan hidup untuk menceritakannya!"

Oscar, yang duduk di dekat Ning Rongrong, menggenggam tangannya dengan kesal. Meski dirinya tidak sekuat rekan-rekannya dalam hal roh serangan, dia merasa tersinggung dan marah tak kalah besarnya. Wajahnya memerah, dan matanya memancarkan kemarahan yang biasanya jarang terlihat pada Oscar yang ceria.

"Aku akan ikut mendukungmu, Rongrong. Orang itu harus dibawa ke pengadilan roh atau dipermalukan di depan umum. Dia harus tahu akibat dari menghina Akademi Shrek dan keluarga Ning!" kata Oscar, menggenggam tangan Ning Rongrong dengan tekad penuh.

Namun, di tengah-tengah semua amarah dan perdebatan, Zhao Wuji tetap duduk dengan wajah muram, memijat pelipisnya, sementara kemarahan berkobar di hati para muridnya. Namun, berbeda dari mereka, Zhao Wuji tidak hanya merasakan amarah-ada rasa cemas yang perlahan-lahan menyusup ke dalam pikirannya. Sebagai seorang Spirit Emperor berpengalaman, Zhao Wuji tahu bahwa kekuatan pria tadi sangat tidak biasa.

Akhirnya, dia menghela napas berat dan berkata dengan suara rendah, "Dengar, aku tahu kalian semua marah dan merasa terhina. Tapi ada yang harus kalian pahami. Pria itu... kekuatannya tidak normal. Jika dugaanku benar, kita mungkin saja berhadapan dengan seorang Title Douluo."

Ruangan itu hening seketika. Para murid Shrek terdiam, ekspresi terkejut terpancar di wajah mereka. Mereka semua tahu apa itu *
Title Douluo-sebuah gelar yang begitu langka dan hanya dicapai oleh mereka yang memiliki kekuatan roh di atas level 90. Bagi orang biasa, gelar ini bagaikan legenda, dan bagi para master roh, gelar ini adalah impian yang nyaris mustahil diraih.

Zhao Wuji mengusap wajahnya, merasa sedikit lelah, "Nasib sial apa ini... Title Douluo seharusnya jarang muncul, namun sepertinya keberuntungan selalu membawaku bertemu dengan orang-orang yang lebih kuat. Berdoa saja agar kita tidak bertemu dengannya lagi."

Tang San dan murid-murid lainnya mendengarkan kata-kata Zhao Wuji dengan penuh perhatian, meski di dalam hati mereka amarah masih belum mereda. Namun, kenyataan bahwa pria itu mungkin seorang Title Douluo mulai menimbulkan rasa gentar di hati mereka.

Douluo : Saya sudah menjadi title douluo tapi sistem baru datang ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang