Chapter 3

843 50 0
                                    

"Tok tok tok.", sebuah ketukan lembut terdengar dari balik pintu kamarku, disambung dengan suara seorang wanita yang aku yakin adalah Yoshida-san, "Ai-sama, sarapan sudah siap."

"Haaiii', aku segera turun.", aku menyahut. Setelah sekali lagi memastikan penampilanku di cermin, aku mengambil tas sekolahku, membuka pintu kamar, menyapa Yoshida-san, dan mengikutinya menuju meja makan.

Ini adalah hari pertamaku ke sekolah. Gugup? Tentu saja. Diamond International High School, disanalah aku akan melanjutkan pendidikan SMAku, aku belum mencari informasi lebih tentang sekolah baruku ini, yang aku tahu, sekolah ini juga berada di bawah asuhan Diamond Corp. dan termasuk salah satu sekolah favorit di Jepang.

Dua dari lima tuan muda Diamond -itu sebutan yang aku buat untuk mereka, anak angkat pemilik Diamond Corp.- juga sekolah disana. Aaargh, aku jadi ingat respon para tuan muda Diamond ketika kami memperkenalkan diri kemarin malam.

Kouta-sama, wajahnya tenang dan berwibawa, tampaknya dia yang tertua di antara semua tuan muda Diamond. Ketika aku dan Rei memperkenalkan diri, dia hanya memberi kami tatapan yang menurutku artinya "Cepatlah, jangan membuang-buang waktuku yang berharga.". Yang membuatku sedikit bingung adalah ekspresinya ketika melihat kak Kei, ekspresi terkejut, seperti tidak yakin dengan apa yang baru dilihatnya. Ketika makan malam pun beberapa kali aku memergoki Kouta-sama melirik ke arah kak Kei. Mungkin Kouta-sama pernah bertemu kak Kei sebelumnya, kak Kei kan bekerja di salah satu cabang perusahaan permata milik Diamond Corp.

Yang kedua, Hikaru-sama, kesan pertama yang kudapat darinya adalah "ramah". Dia satu-satunya tuan muda yang menyambut kami dengan senyuman lebar, memamerkan gingsul yang membuat senyumannya terlihat lebih manis.

Ketiga, Yuuri-sama, awalnya aku mengira dia perempuan, tingginya hanya berbeda beberapa centi dariku, tubuhnya juga bisa dibilang mungil, wajahnya manis, elegan, dan tampak sangat cerdas.

Yang keempat, Yuto-sama, menyebalkan, itu kesan pertamanya dimataku. Dia memanggilku "Ninja-chan", menertawakan cara berpakaianku, dan membuat Hikaru-sama dan Yuuri-sama juga ikut-ikutan memanggilku ninja-chan. Oke, aku tahu di Jepang sangat jarang menemui wanita yang berjilbab, tapi bukan berarti dia bisa menertawakanku seperti itu kan?

Dan yang terakhir, Ryosuke-sama. Sepertinya dia orang yang sulit ditebak, dia hanya mematung dan sama sekali tidak merespon ketika aku, Rei, dan kak Kei memperkenalkan diri. Auranya dingin dan misterius. Atau mungkin aku hanya belum mengenalnya dengan baik.

"Ohayou ninja-chan!", aku melihat Yuto melambaikan tangannya padaku. Rei dan kak Kei juga sudah duduk menghadap meja makan. Mereka melemparkan sebuah senyuman kepadaku, seolah berkata "Sabar ya Ai". Tak apa, aku sudah biasa diejek sejak kecil, jadi walau seribu Yuto membullyku, aku yakin masih bisa mengatasinya.

Satu persatu kursi di ruang makan terisi, semua sarapan dengan tenang. Bagaimana dengan makanan yang kami makan? Tenang, Umar-san, kepala koki di rumah ini berasal dari Pakistan, beliau muslim. Sebelum makan siang kemarin beliau menyapaku dan meyakinkanku bahwa semua makanan yang dihidangkan di rumah ini halal. Beliau merasa sangat senang ketika melihatku, mudah sekali mengenaliku sebagai seorang muslim karena jilbab yang kukenakan. Tuh, jilbab memang berfungsi untuk menjaga dan membuat kita mudah dikenali, kan?

Awalnya aku mengira Umar-san juga salah satu kejutan yang disiapkan oleh Kirishima-sama, tapi ternyata tidak, beliau sudah bekerja di rumah ini sejak 5 tahun yang lalu. Lagi-lagi, Allah memudahkan dan melindungi kami. Alhamdulillah.

Usai sarapan, kami mulai beranjak dari meja makan. Kak Kei dan Kouta-sama ke kantor pusat Diamond Corp., kak Kei akan mulai bekerja disana, membantu Kou-sama (aku sengaja menyingkatnya agar lebih mudah menyebutkannya, hehe). Sebelum berangkat, tentu saja kak Kei tak lupa pamit dan memberi salam kepadaku dan Rei.

Aisyah dan 7 PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang