Chapter 17

494 36 0
                                    

"Yu-yuuri?", aku terkejut melihat sosok Yuuri yang berada di balik baju-baju di dalam lemariku. Terowongan bawah tanah yang tadi aku dan Ryosuke lewati ternyata berujung didalam lemari besar di kamarku, dan disinilah kami menemukan Yuuri.

"Daijoubu?", Ryosuke mengguncang tubuh Yuuri yang masih tampak ketakutan.

"Mereka merebut liontinku. Maaf, aku tidak bisa menjaganya. Maaf... Dan aku juga mendengar, permata itu, permata itu akan meledak malam ini, dunia ini akan hancur, aku akan mati, kita semua akan mati.", aku tahu Yuuri benar-benar takut dan panik, keringat dingin bercucuran di wajahnya.

"Daijoubu, semua akan baik-baik saja, insyaAllah.", aku berusaha menenangkannya. "Permatanya tidak akan meledak, karena kita akan menemukan dan menonaktifkannya, iya kan Ryosuke?"

Orang yang kutanya merespon dengan sebuah anggukan dan senyuman.

"Ikou, kita tidak punya banyak waktu.", Ryosuke membantu Yuuri berdiri. Dari luka yang kulihat di wajah Yuuri, aku menyimpulkan bahwa setelah merampas liontin Yuuri, mereka berusaha menangkapnya, tapi Yuuri berhasil melarikan diri dan bersembunyi disini.

Ryosuke membuka sedikit pintu kamarku, mencoba melihat keadaan di balik pintu bermotif sakura ini.

"Aman.", Ryosuke memimpin, aku dan Yuuri mengikuti di belakang.

"Tunggu.", aku menghentikan langkahku. "Aneh, kenapa tidak ada penjaga sama sekali disini?"

"Justru bagus kan? Kalau ada penjaga, kita tidak akan bisa bergerak leluasa.", Yuuri menjawab.

"Tapi lihat.", aku menunjuk aula utama. Semua orang yang datang ke pesta malam ini sedang tertidur dalam keadaan kaki dan tangan terikat. Ada lebih dari 200 orang yang ada di aula utama saat ini. "Siapa yang mengikat mereka semua? Jangan-jangan ini jebakan."

"Sudahlah, sekarang kita harus menemukan Rei dan yang lainnya dulu. Ayo cepat.", Ryosuke memberi komando.

Aku dan Yuuri hanya mengangguk dan mengikutinya.

***

Author's POV

"Bagaimana? Pilihan yang sulit ya?", pria tengah baya itu mengangkat ujung bibirnya.

"Percuma saja, kau tidak akan bisa menemukan permata itu tanpa semua liontin rainbow tears."

"Hahahaha, siapa bilang aku tidak memiliki semua liontin rainbow tears?", Ares menatap tajam ke arah Yuto, "mereka akan datang dan membawakanku liontin-liontin itu sebentar lagi, kita tunggu saja."

"Lepas! Lepaskan kami! Heii!", pintu terbuka, 3 remaja masuk dengan diseret beberapa penjaga berbaju serba hitam.

"Nah, benar kan apa kataku?"

Ketiga remaja itu diikat dan didudukkan di lantai yang dingin.

"Yuki-chan, ambil liontin-liontin itu."

"Hai', Ares-sama.", Yuki mendekati para remaja itu dan merampas liontin yang menggantung di leher mereka.

"Yoshida-san? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berpihak pada Tartarus?", Ai tampak tak percaya melihat wanita yang selalu menjaganya ada di pihak Tartarus.

"Aku hanya berpihak pada orang yang kuanggap benar.", Yuki beralih ke Ares yang sudah menunggunya dan menyerahkan dua liontin yang baru saja ia rebut.

"Arigatou na, Yuki.", Ares berdecak kagum memandangi liontin di tangannya. "Sekarang semua liontin sudah ada ditanganku. Aku akan memberi pilihan yang lebih mudah. Menyerahkan Diamond Corp padaku, atau mati bersama teman-teman kalian yang ada di aula utama. Bagaimana? Mudah kan? Aku yakin kalian cukup cerdas untuk bisa memilih pilihan yang terbaik."

Aisyah dan 7 PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang