Author's POV
"Kei, berjanjilah...uhuk uhuk...berjanjilah untuk menemukan dan melindungi mereka."
"Hiroki-sama, bertahanlah."
"Ini...aku mohon berikan surat ini pada gadis itu..."
"Anda yang harus memberikan surat ini sendiri kepadanya."
"Tidak...uhuk uhuk...waktuku tidak banyak. Aku percayakan semuanya padamu, Kei..."
***
3
...
"Berikan padaku!", Sato-sensei merebut paksa kotak yang ada di tanganku.
2...
Tidak!! Waktunya...
1...
Bugh! Sato-sensei terjerembab. Aku melihat sosok Ryosuke yang memukul tengkuknya dengan sebatang kayu. Kotak di tangan Sato-sensei terlempar.
Ya Allah, permatanya...
0...
DUAARRR!!!
***
Author's POV
5 menit yang lalu...
"Kau yakin tidak ingin menyerahkan permata itu padaku?"
"Tidak akan pernah, Ares."
"Orang-orangku sudah membunuh semua anggota tim khusus kalian, dan tentu saja, kami juga sudah memusnahkan formula hasil penelitian yang bertahun-tahun kalian lakukan itu. Aku rasa kau sudah tidak punya pilihan lain, serahkan permata itu padaku jika kau tidak ingin mati sia-sia, Kirishima Keinan."
"Lebih baik aku mati daripada menyerahkan permata ini padamu."
Ares mempermainkan sebuah remote di tangannya, "Wah, berani sekali. Hiroki-sama memang tidak salah memilih orang sepertimu. Tapi apa kau tahu, Kei-kun?", Ares berjalan perlahan mendekati Kei, ia berbisik, "Aku menyebar 12 bom di berbagai penjuru istana ini. Silahkan pilih, kau ingin aku meledakkan bom yang ada di gerbang depan tempat adik dan teman-temanmu berada, atau bom di aula utama tempat 200 orang siswa SMA yang sedang tertidur pulas, atau... "
"Kau...", Kei menggertakkan giginya.
"Oooh, lihat, waktu kita tidak banyak, kau hanya punya satu menit untuk menentukan pilihan.", Ares menunjukkan jam antik dari saku jasnya.
Kei masih terdiam, berusaha untuk menentukan pilihan yang tepat. Menyerahkan permata ini pada orang seperti Ares sama saja dengan membiarkan nyawa orang-orang tak berdosa melayang begitu saja. Tapi, jika ia tidak menyerahkan permata itu, ia, keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang yang bekerja padanya juga akan mati.
"30 detik lagi...", Ares terus memburu.
Kei masih menggenggam erat permata berwarna hitam di tangannya.
"20 detik lagi. Ayolah, apa kau ingin aku menekan tombol di remote ini?", Ares tampak mulai panik, nyawanya juga dipertaruhkan disini.
"Remotenya... berikan remote itu padaku.", Kei akhirnya bersuara.
10 detik lagi...
"Baiklah. Aku hanya butuh permata itu."
Ares memberikan remote yang ia pegang dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menerima Hell Diamond dari Kei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah dan 7 Pangeran
Misteri / ThrillerHarus tinggal bersama 5 pemuda yang baru saja kukenal? Di rumah mewah semegah istana? Dan sekolah di SMA elit di Jepang? Jangan bercanda!! Aku tau ini kesempatan emas, dan aku pun punya impian untuk bisa hidup di negeri Sakura itu, tapi, agama, ras...