Huaa, akhirnya aku bisa kembali ke sekolah. Aku mengayuh sepedaku dengan penuh semangat, sudah tiga hari aku tidak masuk karena kejadian di dermaga.
Senang sekali rasanya bisa kembali ke sekolah, meskipun aku masih harus menghadapi kejahilan teman-temanku, setidaknya disini aku bisa menjadi gadis biasa, bukan gadis yang mengemban tugas menyelamatkan dunia. Hehe. Sepertinya aku agak berlebihan. Tapi yang jelas, aku harus menjaga liontin ini, aku meraba leherku yang tertutup jilbab, memastikan liontin sakura yang tadi pagi aku pakai masih ada di tempatnya.
Aku berjalan ke kelasku setelah memarkir sepeda di antara mobil-mobil mewah yang berjajar rapi. Mungkin aku belum mengatakannya, aku adalah satu-satunya siswa yang berangkat ke sekolah naik sepeda, teman-temanku yang lain tentu saja berangkat diantar oleh sopir pribadi mereka.
Sekolah sudah lumayan ramai ketika aku tiba, dan seperti biasa, semua memandangku dengan tatapan "aneh" ketika aku melewati mereka.
"Ohayou.", aku memberi salam setelah berada di kelasku. Hening. Semua menatap tajam kearahku. Ada apa dengan mereka? Baru tiga hari aku tidak masuk, apa mungkin mereka rindu menjahiliku?
"Ohayou, Ayumi.", aku menyapa Ayumi yang sedang duduk di kursinya. Dia tidak menjawab, malah sibuk memainkan game yang ada di ponselnya. Ayumi juga mengacuhkanku? Kenapa? Aaah, mungkin dia memang tidak menyadari kehadiranku, positif tinking saja ya Ai. Aku menghibur diri.
Aku duduk di kursiku dan menatap keluar jendela.
"Ohayou."
Eh? Apa barusan ada orang yang menyapaku?
Aku menoleh ke depan dan belakang, tidak ada siapapun.
"Uwaaa.", aku terkejut melihat Ryosuke yang tiba-tiba sudah ada di sampingku.
"O-ohayou.", aku membalas sapaannya. Walau sudah lebih dari sebulan aku mengenalnya, tapi aku masih belum bisa merasakan aura kehadirannya. Dan lagi-lagi, aku baru ingat kalau dia memang duduk di kursi yang ada di sebelahku.
Driit driit...
Ponselku bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk ke ponselku dari nomor yang tidak kukenal.
Jauhi Ryo-sama atau kau akan celaka!
Eeeh? Apa-apaan ini?
Aku mengedarkan pandanganku, mencari-cari orang yang mungkin mengirimiku pesan ini.
Tidak ada orang yang mencurigakan. Semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.
Sudahlah, mungkin hanya orang iseng.
***
Author's POV
"Liontin ke delapan?", suara di balik telpon itu terdengar kaget."Kau yakin itu bukan bualan yang mereka buat untuk mengecoh kita?"
"Tidak, saya yakin. Saya sudah meneliti bahwa liontin rainbow tears memang tidak akan berfungsi tanpa sebuah kunci lagi yang ada di liontin ke delapan.", yang ditanya menjawab dengan sopan.
"Segera cari liontin itu. Jangan buang-buang waktu atau kita akan kehilangan semuanya."
"Hai', Ares-sama."
***
"Kau sudah melihatnya?", bukannya membuka bekal makan siangnya, Rei malah menatapku khawatir.
"Melihat apa?", aku balik menatapnya.
"Sudahlah, lupakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah dan 7 Pangeran
Mystery / ThrillerHarus tinggal bersama 5 pemuda yang baru saja kukenal? Di rumah mewah semegah istana? Dan sekolah di SMA elit di Jepang? Jangan bercanda!! Aku tau ini kesempatan emas, dan aku pun punya impian untuk bisa hidup di negeri Sakura itu, tapi, agama, ras...