Chapter 9

514 32 2
                                    

"Huuufft. Tinggal sedikit lagi.", aku berhenti sejenak dan melihat peta yang ada ditanganku. Sudah hampir satu jam aku berjalan. Lelah? Tentu saja. Lapar? Apalagi, sudah pasti aku sangat lapar, aku belum makan malam dan energiku sudah terkuras habis untuk berjalan.

"Hey, Ai!", sebuah suara mengagetkanku.

Siapa? Siapa? Siapa yang memanggilku? Aku menoleh ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang. Tidak ada siapa pun.

"Hey, apa yang kau lakukan disitu?", dari dalam mobil yang entah sejak kapan berhenti tak jauh dariku, keluar seorang pemuda yang wajahnya sudah tak asing di mataku.

"Ryosuke! Alhamdulillah...", aku berseru riang.

"Cepat masuk.", dia membuka pintu mobilnya dan mempersilahkanku masuk.

"Arigatou.", aku masuk dan mengistirahatkan kedua kakiku, nyaman sekali rasanya.

"Bagaimana kau bisa ada disini?", aku bertanya padanya.

"Hanya kebetulan lewat.", dia menjawab sambil tetap menatap pemandangan di balik kaca jendela mobil.

"Kau...baik-baik saja?"

"Eh? Un.", aku mengangguk, "aku baik-baik saja, hanya sedikit lapar, hehe."

"Nih.", dia menyodorkan sekantong plastik.

"Nani kore?", aku melihat isi plastik yang Ryosuke berikan. "Waaah, makanan.", ada roti dan beberapa buah apel disana.

"Tadi aku mampir ke supermarket. Makanlah kalau kau mau.", dia menjawab pelan.

"Arigatou, hontou ni arigatou.", aku tersenyum lebar dan mulai melahap makanan yang ada di hadapanku.

***

Author's POV

Malam sudah semakin larut ketika Kei keluar dari kamarnya. Ia membaca kembali pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

"Apa yang ingin dia bicarakan malam-malam begini?", Kei bergumam, kakinya melangkah menuju air mancur yang ada di halaman depan gedung utama. Sesosok bayangan terlihat dari kejauhan. Kei mempercepat langkahnya, tak ingin membuat sosok itu menunggu terlalu lama.

"Ryosuke, apa yang ingin kau bicarakan?", Kei melontarkan pertanyaan ketika jaraknya sudah cukup dekat dengan sosok itu.

Ryosuke, sosok yang ada di hadapannya menatapnya tajam.

"Kau tahu liontin ini?", Ryosuke menunjukkan liontin yang biasa ia pakai.

"Itu liontin milikmu kan?"

"Ini liontin yang membuat keluargaku tewas dibantai."

***

Kak Kei mau kemana malam-malam begini? Kakiku memang masih terasa sangat lelah, tapi aku mencoba memaksakan diri dan mengikuti kak Kei.

"Ryosuke?", apa yang kak Kei dan Ryosuke lakukan malam-malam begini di tempat seperti ini?

Aku mengendap-endap dan bersembunyi di balik pohon tak jauh dari tempat kak Kei dan Ryosuke bertemu. Aaah, lagi-lagi aku menguping pembicaraan orang lain. Sepertinya ini bukan perilaku yang baik, apa sebaiknya aku pergi saja ya?

Ya, sebaiknya aku tidak menguping pembicaraan mereka. Ini pasti pembicaraan penting yang tidak boleh didengar oleh sembarang orang, termasuk aku.

Aisyah dan 7 PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang