Chapter 25

19 3 0
                                    

Di tengah hutan lebat yang dipenuhi pohon-pohon tinggi dan dedaunan hijau, berdiri sebuah rumah pohon yang agak besar, terbuat dari kayu alami yang warnanya sudah sedikit pudar oleh cuaca. Rumah ini bertengger di atas pohon ek tua yang kokoh, dengan akar yang menancap kuat di tanah hutan, memberikan kesan stabil dan abadi.

Rumah pohon ini berbentuk persegi dengan atap miring yang ditutupi daun-daun kering sebagai pelindung alami. Dindingnya terbuat dari balok-balok kayu yang disusun rapi, sementara jendela-jendela kecil dengan bingkai sederhana memberi pemandangan langsung ke hutan sekitarnya.

Di salah satu sisinya, ada balkon kecil yang dilengkapi dengan pagar kayu, tempat seseorang bisa duduk sambil menikmati udara segar hutan dan suara burung-burung yang bersahutan.

Tangga kayu melingkar menghubungkan rumah pohon ini dengan tanah, dan ada tali tambang yang menggantung sebagai pengaman tambahan.

Dekorasi sederhana, seperti lentera gantung dari anyaman bambu dan potongan kayu untuk dudukan, memberikan nuansa nyaman dan menyatu dengan alam.

Seperti surga kecil yang tersembunyi, rumah pohon ini menawarkan kedamaian yang sempurna di tengah rimbunnya hutan.

Di dalamnya, seorang laki-laki tampan bersandar di kepala ranjang dengan tangan kanan yang terborgol di tiang sebuah tempat tidur yang berada di sana. Cahaya matahari yang menyelinap melalui celah dinding kayu memberikan suasana yang remang dan dramatis.

"tolong lepaskan aku, aku ingin pulang" lirih laki-laki itu

"akhh, bisakah kau diam. aku tidak tidur nyenyak semalaman karenamu" kesal seseorang laki-laki manis yang sedang tidur di sampingnya.

"aku lapar" cicit laki-laki tampan itu pelan.

Laki-laki manis itu memutar matanya malas "ck, menyusahkan"

Kemudian laki-laki manis itu beranjak dari tidurnya lalu berjalan menuju dapur untuk membuat makanan.

Selang beberapa menit laki-laki manis itu kembali dengan membawa sepiring makanan.

"nih, makanlah" ucap fourth seraya memberikan sepiring makanan itu pada gemini

"aku tidak makan dengan tangan kiri"

Fourth menggeram kesal "ck, biar kusuap"

Laki-laki manis itu kemudian mengarahkan sesendok makanan ke arah gemini

"nih, cepat makan"

"huh, kenapa kau galak sekali"

"aku tidak akan galak jika kau tidak menyusahkan ku"

"siapa suruh menculik ku"

"aku tidak menculik mu, jika bukan karena kakak ku aku tidak sudi menjaga mu di sini" kesal fourth

Setelahnya keheningan menyelimuti mereka, gemini mulai makan dengan diam. Dia tidak ingin berdebat lagi dengan laki-laki manis dihadapannya itu.

+++

Pria itu duduk di belakang meja besar di ruangannya yang luas dan megah, dengan dinding-dinding yang dihiasi oleh lukisan klasik dan rak-rak buku tinggi penuh koleksi.

Dia mengenakan jas hitam berkualitas tinggi, dengan postur tubuh yang tegap dan ekspresi tenang namun penuh otoritas. Di depan mejanya, ada beberapa dokumen tersusun rapi, dan di sebelahnya terdapat segelas minuman yang belum tersentuh.

Cahaya lampu kuning hangat di ruangan itu menyoroti garis-garis tegas pada wajahnya, menunjukkan kedewasaan dan pengalaman.

Di sudut ruangan, seorang pria berdiri, sosok yang sedikit lebih muda dan berpakaian serupa, yang merupakan tangan kanan sang bos. Dengan langkah mantap, tangan kanannya mendekati meja, menyodorkan laporan penting yang dijinjingnya dengan sikap penuh penghormatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StartelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang