NOTE: ASMARA JINGGA EKSTRA EPISODE 2 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Selamat membaca. :”)
***
Aku tidak bisa percaya.
Tepatnya, sulit meyakini fakta yang kini dibeberkan di sejumlah media sosial dan televisi. Beberapa hari ini televisi sibuk memberitakan mengenai penangkapan keluarga Ineke terkait penggelapan pajak dan perlakuan tidak manusiawi terhadap pekerja.
Sedari tadi aku duduk manis di sofa, tepat di depan televisi, dan ditemani Cipta yang justru lebih tertarik mengetik sesuatu di laptop yang ada di pangkuannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan pemberitaan yang ada di hadapan kami.
‘Apa ini ada kaitannya dengan Arga?’ pikirku.
Mungkin. Kupikir Arga pastilah memiliki dendam pribadi, tapi itu bukan urusanku.
“Cipta, kamu nggak pengin menjelaskan sesuatu?”
“Aku yang ngasih bukti penggelapan pajak ke pesaing bisnis keluarga Ineke,” Cipta mengaku. Pandangan matanya masih terfokus ke laptop. “Sisa pekerjaan dilakukan oleh oknum bersangkutan. Aku nggak ikut campur kok.”
Diriku bagai disambar petir. Bagaimana bisa? Suamiku yang lemah lembut dan cinta damai ternyata tidak keberatan menyerang lawanku?
Lekas kuketuk laptop, berdeham, dan meminta sedikit perhatian.
Perhatian yang bila tidak kudapatkan, maka akan kurebut laptop dan sisanya....
Akhirnya Cipta bersedia mengamini keinginanku. Dia memindahkan laptop ke meja. Sekali lagi, ia memberiku senyum manis. “Aku nggak suka ada yang berani menyakiti istriku.”
“Jadi, nanti malam boleh bobo manja, ya?” sindirku, genit.
Wajah Cipta merah padam. Dia bahkan meraih gelas, minum, dan seperti orang kebakaran.
Cih sulit sekali modes ke suami sendiri!
“Cipta, kamu nggak perlu bertindak sejauh ini.”
“Perlu,” Cipta mendebat, “dia orang yang nggak akan diam sebelum kita melakukan sesuatu. Ineke keterlaluan. Dia nggak tahu etika. Dengan menyerangmu, sama saja dia menyakitiku.”
Aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi televisi mendadak memberi pemberitaan baru. Kali ini aku melihat fotoku, Kenanga, dan kemudian tampilan berubah menjadi video Ineke yang digiring oleh sejumlah orang berseragam.
“Astaga,” kata Cipta, tidak percaya, “dia bahkan terkait dengan kematian seseorang? Sungguh luar biasa sekali keluarga ini.”
Arga. Pasti dia yang bertindak. Tidak mungkin orang lain. Hanya dia seorang yang mendapat informasi mengenai Kenanga. Aku hanya memberi sedikit dorongan. Tidak kusangka dia akan bertindak sejauh ini.
“Cipta, aku boleh menghubungi seseorang?”
“Kamu nggak perlu izin dariku. Kamu bebas menghubungi siapa pun.”
“Termasuk Arga?”
“...”
Nah! Cipta punya pendapat sendiri, ‘kaaaan?
Akan tetapi, Cipta tidak mempersulit diriku. Dia menghubungi seseorang, membantuku menghubungi Arga. Semua kontak lamaku telah kuganti gara-gara teror gosip. Merepotkan.
Pada dering kedua, aku langsung tersambung dengan Arga.
“Kamu yang melakukannya, ya? Arga?”
“Seharusnya kamu perkenalkan diri terlebih dahulu sebelum mencercaku dengan pertanyaan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Jingga (Tamat)
RomanceTidak peduli sebanyak apa pun usaha yang kukerahkan agar dicintai dan bisa diterima oleh keluarga maupun orang yang kukasihi, hanya berbuah pengkhianatan dan kepahitan. Bahkan hingga di ujung napas terakhirku, segalanya pun semakin jelas bahwa aku t...