hari pertama sekolah

269 74 6
                                    

setelah perdebatan dan pemikiran yang begitu panjang, akhirnya ethan sepakat untuk masuk sekolah bersama dengan mamasnya walau mereka berbeda kelas.

sekolah mereka tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 750 meter dari rumah sehingga mereka bertiga bisa berjalan bersama. tadinya jeno mau mengantar mereka ke sekolah namun ada pekerjaan yang membuatnya harus bekerja kareana ada yang mencuri kambing di rt sebelah sehingga dia tidak bisa mengantar anak anaknya berangkat sekolah.

"woaah banyak teman yah?" ethan melompat gembira. tas besarnya bergerak gerak seiring dengan lompatan si kecil sementara mamas nya tersenyum lebar menghadap ke depan dengan memegang tas miliknya.

yeji berlutut, ia merapikan seragam si sulung serta merapikan sebuah notebook dan pensil kecil yang ia kalungkan sebagai alat berkomunikasi. "senang?"

arkan menganggukan kepala. "mama pulang?"

yeji menganggukan kepala. "mama harus cuci baju. nanti mama jemput ya? mamas berani kan?" lagi lagi arkan menganggukan kepala sambil mengangkat telunjukknya.

"jangan pukul orang sembarangan, dedek" ia bergantian menasehati si bungsu untuk tidak menggunakan kekerasan.

si bungsu mengangguk walau tidak mengiyakan. ia menggandeng lengan mamasnya. "ayo mamas" keduanya melangkah bergandengan. yeji mengabadikan hal itu agar dapat ia kenang ketika anak anak nya sudah besar.

"dadah mama. kita nanti pulang sendiri" ethan melambaikan tangan dan tersenyum lebar sebelum ikut berbaris dengan teman teman barunya. yeji menghapus air matanya.

kenapa anak-anaknya cepat besar?

***

"minggir" yeji yang tengah memangku cookies buatannya sambil duduk di sofa menunggu anak anak dan suaminya pulang bekerja menatap jeno sebal karena suaminya tiba tiba duduk di sofa dan berada di depan kipas.

"ishh panas. lo tuh habis keringetan" yeji menggeser lengan suaminya. "ga boleh pelit" ujarnya sambil merebahkan kepalanya di bahu sang istri, tangannya mengambil kue kue gosong buatan istrinya yang memang jarang sekali diberikan kepada anak anak.

"kok lo udah balik sih? malingnya ketemu?" yeji bertanya kepada suaminya yang sekarang mendengus kesal. "maling apanya. tuh orang lupa ngiket kambingnya sendiri yang disalahin maling"

mendengar suaminya nampak kesal, bukannya ikut bersimpati yeji malah tertawa terbahak bahak mendengar keluhan suaminya hari ini.

"gue biasanya ngurusin penjahat kelas kakap sekarang harus ngurusin kambing? lama lama kita bisa bikin kandang kambing dan pelihara sendiri buat bisnis" jeno mengeluh.

semakin tahun mereka bersama, semakin terbuka pula sikap suaminya apalagi ketika mereka berdua. Jeno sering mengeluh tentsng pekerjaannya ia bahkan mengeluh ketika janda kampung sebelah terang terangan menggoda dirinya dan membuat jeno kabur meninggalkan mobil patroli karena merinding bukan main.

dan lagi lagi istrinya hanya bisa tertawa terbahak bahak hingga menangis saking semangatnya menertawakan penderitaan yang dialami suaminya setiap hari.

"kayanya bukan ngga mungkin kalau kita jadi juragan kambing. ide bagus. lumayan buat beli louis vuitton terbaru"

"dulu lo beli tas gara gara pemotretan besok kita beli tas kalau kambing kita laku ya?" dan yeji hanya bisa tertawa menanggapi ocehan asal keduanya.

pernikahan mereka yang hampir menginjak tahun ke delapan benar benar merubah semuanya. sekarang bahkan mereka lebih sering membicarakan hal hal asal daripada membicarakan hal hal serius. menurut yeji, yeji sudah sembuh dan lebih baik setelah hari harinya dipenuhi tingkah laku anak anaknya yang luar biasa.

jeno juga berhasil menumbuhkan rasa percaya dirinya. ia bahkan sudah mampu menekan rasa malu dan tidak percaya dirinya.

"anak anak pulang!" yeji berujar setelah alarm di ponselnya berbunyi. ia menutup toples di tangannya sebelum bangkit membiarkan jeno mengaduh karena kepalanya terbentur sofa.

"ayo anak anak pulang" yeji menarik tubuh suaminya untuk bangkit dan menyambut kedatangan anak anak yang baru pulang sekolah untuk kali pertama.

"gue kangen mabok deh" yeji berujar saat jeno merangkul bahunya. jeno meliriknya. "tumben? udah lama sih lo ngga mabok ya?"

"anak anak lahirnya mepet. ya kali gue harus minum begitu waktu menyusui. mana kepikiran gue minum tapi lama lama gue kepengen juga"

mereka berdua terdiam kemudian saling pandang. "san!"

"nanti gue telepon san deh biar san kesini dan jaga anak anak" yeji mengusulkan sebuah ide yang disetujui oleh suaminya.

"MAMAAA PAPAA" mereka berdua menoleh ke sumber suara. benar saja dua anak mereka sudah pulang bergandengan tangan dengan seragam yang sama, tas yang sama, bahkan sepatunya pun sama. yang membedakan bahwa di tubuh ethan semuanya terlihat kebesaran.

"jangan lari" jeno menegur anak anaknya yang berlari antusias. ia membiarkan ethan menubruk tubuhnya sebelum jeno angkat ke dalam gendongannya sementara arkan memeluk tubuh mamanya.

"ginana sekolahnya? senang?"

arkan menganggukan kepalanya. ia melepas buku di tangannya. "aku punya teman baru"

"oh ya?"

arkan mengangguk, ia memberikan buku di tangannya agar mamanya bisa melihat. ada gambar gambar asal di buku yang diberikan kepada anak sulungnya.

"dedek senang waktu main boleh ikut sama mamas. jadi mamas ngga kesepian" ujar ethan bercerita di gendongan sang ayah.

"oh ya? dedek main apa?"

"main ular naga dedek yang ditangkap karena dedek paling kecil. teman teman  dedek umurnya lima. cuma dedek yang empat" ethan menunjukkan empat jarinya.

"dedek berani, mama. dia berani pimpin barisan" arkan bercerita di rangkulan mamanya.

"kalau mamas?"

arkan mengangkat bahu. "mamas lebih suka di belakang"

yeji menghela napas sambil berusaha tersenyum tipis. "gimana kalau kita makan malam diluar nanti?" ujarnya memberikan penawaran.

"boleh?" ethan langsung tertarik. ia bergantian menatap tiga orang yang lebih tua dengan mata yang berbinar.

arkan pun sama, dia menatap papa dan mama nya antusias.

jeno menganggukan kepala memberikan persetujuan. "asalkan kalian mau tidur siang nanti malam kita pergi ke pasar malam buat cari makanan apapun yang kalian mau"

"YEYYY" ethan bersorak kegirangan. ia kemudian meminta turun dari gendongan sang papa dan berlari ke kamar disusun arkan yang melambaikan tangan sebelum berlari ke kamarnya dengan senyuman lebar.

jeno dan yeji tersenyum membalas lambaian tangan si sulung. "oh alatnya datang sebentar lagi?" yeji menoleh ke arah suaminya.

jeno menganggukan kepala sambil tersenyum tipis. "iya. sebentar lagi arkan bisa mendengar"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang