"mamas, coba ini seragamnya terlalu besar apa engga" arkan yang tengah melihat lihat bunga yang berada tidak jauh dari ibunya yang sedang mengambilkan seragam baru untuknya menoleh.
ia tersenyum kemudian berlari mendekat namun terlsmbat menyadari kalau ada anak yang berlari hingga menabrak dirinya dan membuatnya terpental di bebatuan dan terjatuh.
"MAS, ASTAGA" yeji meletakkan seragamnya kemudian berlari ke tempat kejadian dimana ada dua anak usia enam tahun yang terkapar di lantai. Satunya menangis ketakutan karena membuat temannya terjatuh dan satunya hanya berbaring di bebatuan yang masih basah.
semua orang yang berada di sekitar keduanya langsung mendekat. yeji langsung mengambil alih arkan ke dalam pelukannya, ia memastikkan ada atau tidaknya luka di kepala arkan sementara arkan menyandarkan kepalanya di bahu sang mama karena terkejut dengan apa yang baru terjadi.
"bu, dibawa ke uks saja" karena memang ini bukan tempat lama dia tinggal, uks yang ada pun tidak sebesar uks di sekolahnya. Bahkan tidak lebih besar dari kamar mandi di rumah lamanya tapi setidaknya bisa menjauhkan arkan dari keramaian karena yeji sudah merasa arkan memukul kepalanya sendiri di dalam gendongannya.
"jangan dipukul sayang, jangan. nanti sakit" yeji berusaha menenangkan arkan yang memukul kepalanya dengan dua tangan, tepat di belakang kepalanya.
arkan tidak menjawab apa apa selain kembali meronta dan memukul telinga hingga kepalanya keras keras. telinganya berdenging begitu keras hingga dia berusaha untuk menghilangkan rasa sakitnya.
yeji menahan kedua tangan arkan dan memijat mijat pelan belakang telinganya. mengusap ngusap arkan yang mulai meronta.
"bu, arkan ngga papa? mau dibawa ke rumah sakit aja?" yeji menoleh ke arah kepala sekolah yang mengkhawatirkan kondisi arkan.
Yeji menggelengkan kepala. "ngga apa apa ibu, biar nanti saya dan suami saya saja kalau arkan kenapa napa"
arkan menyandarkan kepalanya di dada mamanya begitu dengung di telinganya reda. Ia menangis, sesenggukan karena suara tadi benar benar mengganggunya. Dan yeji, dengan mata yang berkaca memeluk arkan erat erat.
"biar saya yang bersihin lukanya?" yeji mempersilakan kepala sekolah di depannya mendekati arkan.
"ibu guru mau obati arkan. ngga papa?" yeji meminta izin. arkan menganggukan kepala mempersilakan ibu gurunya membersihkan lukanya sesekali meringis ketika rasa perih ia rasakan.
ia menggenggam pakaian mamanya erat saat merasa semakin perih namun tidak menunjukkan keinginan untuk kembali tantrum seperti tadi.
"permisi" yeji menoleh ke pintu dimana terdapat ibu dari anak yang tadi menabrak arkan berdiri menatap tidak enak dengan sang anak berdiri di balik kaki ibunya yang sepertinya menangis karena matanya.
"ini gaffi mau minta maaf" yeji tersenyum ramah melihat anak seumuran arkan yang berusaha melangkah walau menangis terisak isak.
"maaf hiks hiks tante. ha-harusnya gaffi liat biar ga nabra--HUA MAMAAA"
melihat gaffi membuat yeji tertawa pelan pun dengan ibu gaffi yang menatap yeji tidak enak.
"ngga papa, gaffi. arkannya udah sembuh. arkan udah baik baik saja tuh" arkan berkedip pelan, mata kucingnya begitu tajam menatap siapa yang ada di depannya walau sebenarnya dia tengah melamun.
"maaf ya arkan memang kesulitan untuk mendengar dan berbicara jadi arkan tadi tidak dengar kalau gaffi berteriak. gaffi ada yang sakit?" gaffi menggelengkan kepala.
"ngga apa apa. tante sama arkan ngga marah. lain kali gaffi hati hati ya? biar ngga kepleset lagi"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Family
Fanfic"mama ku besok yang bakal masakin nasi kuning buat ulang tahun" "wah enak dong besok aku mau datang" "mama ku kalau masak ikan kakap sama kerang enak banget. kalian harus coba" "udah jelas mama mu kan buka usaha warung makan" "mama mu gimana?" "ma...