brother

417 78 8
                                        

"MAMASS?? MAMAS SUDAH SEMBUH?" yeji terpaksa menutup mulut si bungsu karena berteriak terlalu keras di ruangan mamasnya. mamasnya tengah diperiksa oleh dokter.

"jangan berisik, mamas nya masih sakit" balita empat tahun yang kulitnya masih merah merah karena gatal itu menutup mulutnya sendiri kemudian turun dari gendongan mamanya dan berlari mendekati mamasnya yang sedang diperiksa oleh dokter.

"om dokter, mamas nya dedek diapain?" yeji dan jeno menepuk dahinya ketika si bungsu memeluk kaki dokter yang tengah memeriksa arkan. dokter spesialis tht yang tengah mengecek kondisi arkan tersenyum melihat kaki kirinya terasa berat karena ada yang nyangkut.

"mamas nya lagi diperiksa masih sakit apa sudah sembuh. kalau kamu masih sakit belum?" ethan melengos dengan kedua tangan di depan dada. "sudah dong! dedek kan sepedermen"

kelakuan si bungsu membuat beberapa dokter dan perawat yang melakukan visit tertawa. "emang katanya dokter, kamu kenapa?" merasa seperti cucunya sendiri, dokter senior itu menggendong ethan yang mengangguk mantap. "ngga boleh mam kecap asin, ngga boleh mam duren, ngga boleh mam sushi, ngga boleh mam apa lagi ma?"

ethan tidak tahu kalau yeji sudah memelototi dirinya untuk turun dari gendongan pak dokter yang baru pertama kali. "dek, turun. pak dokternya harus periksa orang lain lagi" jeno menegur ethan.

"oh iya. minta tolong turunin di kasur ya om dokter" jeno meringis karena kelakuan ethan tapi untungnya dokter itu adalah teman mamanya yang sudah mengenal jeno jadi dokter itu hanya bisa tertawa dan meletakkan ethan di ranjang mamasnya yang tersenyum tipis karena tubuhnya lemas.

"kakak perawat punya permen, tapi cuma satu. gimana nih?" seorang perawat mencoba mengalihkan perhatian

jeno kemudian melangkah bersama dokter untuk membicarakan kondisi arkan membiarkan istrinya dan satu perawat mengalihkan perhatian ethan.

"mamas mau?" arkan menggelengkan kepalanya. "buat dedek aja" bahkan untuk berkomunikasi rasanya sulit karena tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa berat, bahkan untuk makan saja ia tidak merasakan apapun di lidahnya.

"bilang apa dek?"

ethan yang tengah mengambil permen di tangan perawat menghentikan gerakannya kemudian tersenyum. "terimakasih kakak, nanti dedek makannya kalau mamas udah sembuh" ia berbalik, melompati kakaknya yang berbaring di ranjang sebelum memeluk mamanya malu-malu. "ini disimpan"

yeji mengusap rambut si bungsu kemudian memasukkan satu permen itu ke dalam sakunya. "dedek mamam dulu sama mamas ya?"

"oh iya bekal pikachu dedek" ujar arkan mengambil bekal yang dimasak oleh omanya. masa iya mamanya yang masak. tidak mungkin lah. mamanya kan tidak bisa memasak apalagi membuat bento pikachu seperti ini?

"mamas makan rumah sakit. itu buat dedek aja" yeji berujar sambil membuka makanan untuk arkan yang sudah disediakan rumah sakit untuk anak sulungnya. ia duduk di kasur membiarkan arkan bersandar di tubuhnya, suhu badannya masih sangat tinggi dan yeji takut kalau arkan akan kejang lagi jika terus terusan panas.

"anak-anak, ada tamu" yeji yang sedang menyuapi anak anaknya bergantian menoleh dan melihat seorang perempuan dengan rambut kecoklatan yang dicepol menghampiri bersama jeno.

"siapa mah?" bisik ethan. yeji mengusap rambut ethan. "tante ital. sana salim dulu" ethan menganggukan kepalanya, ia menelan chiken nugget di mulutnya.

"halo, namanya siapa?"

"aku ethan ini mamas arkan" arkan tersenyum tipis sambil mengunyah pelan makan siang miliknya. "halo ethan. akhirnya kita ketemu, ya?" krystal mengusap rambut keponakannya yang kebingungan menyadari siapa wanita di depannya.

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang