kabar

473 84 2
                                    

“anak lo?” jaemin bertanya kepada jeno sambil menunjuk dua anak kecil yang tengah asik bermain air di air terjun yang berada tidak jauh dari sawah. ethan sudah berenang karena memang dia sudah lancar berenang sementara arkan duduk di bebatuan dengan kaki menendang nendang di air.

“iya. dua duanya” ujar jeno sambil melepas topi yang ia pakai. “ngga kerasa ya anak anak gue udah segede itu. itu yang sulung memang lebih butuh perlakuan khusus dibandingkan adiknya” jeno langsung menjawab apa yang menjadi pertanyaan jaemin.

“aah gue ngga tau kalau dia ngga bisa mendengar” jaemin merasa tidak enak. “tadi dia hampir ketabrak mobil gue karena jalannya agak ke tengah terus dia minta maaf karena ngga minggir” ujar jaemin menatap arkan kagum.

“berapa tahun umurnya?” jaemin kembali bertanya melihat perbedaan sifat kedua anak jeno yang luar biasa.

“yang besar mau enam yang kecil empat. mereka baru masuk tk jadi lagi senang senangnya sekolah. yang besar namanya arkan kalau yang adiknya ethan”

“beda banget ya? arkan lebih tenang terus adem pembawaannya. ni maaf ni ngga ngejek anak bontot lo, cuma keliatannya anak bontot lo ribut banget–eh anak lo itu tenggelam” jaemin panik melihat ethan masuk ke dalam sungai cukup lama.

jeno menggelengkan kepala. “dia bisa berenang” ujarnya dan benar saja ethan mengangkat sebuah ikan yang entah bagaimana dia dapatkan. ia menoleh senang ke arah papanya. “BOLEH DIBAWA?? DEDEK MAU PELIHARA!”

jeno menggeleng. “Ngga bisa dipelihara. bisanya dimasak nanti”

“ya udah nanti bikin ikan bakar ya, pa! dedek mau cari ikan yang banyak!” ujarnya senang kemudian meletakkan ikan yang berukuran sebesar telapak tangan orang biasa di ember entah milik siapa. pokoknya titip dulu nanti dibalikin kok embernya!

“om boleh ikut makan?” jaemin iseng bertanya kepada anak bungsu jeno yang bersiap hendak masuk kembali ke dalam air. “kalau om mau bantu cari ikan, boleh” ujarnya apa adanya kemudian berjalan mencari ikan ikan kecil yang bisa ia tangkap.  jaemin menggelengkan kepala melihat kelakuan anak bungsu dari temannya.

“jadi, lo kesini mau apa? pasti ada sesuatu yang bikin lo jauh jauh dari kota ke tempat ini” jeno langsung bertanya terkait dengan tujuan kedatangan jaemin ke tempat ini karena tentu saja bukan hal biasa teman temannya berkunjung ke sini terlebih karena memang tidak ada yang tahu tempat ini selain san dan teman teman yang bekerja di kepolisian.

jaemin membuka ponsel yang ada di tangannya sebelum memberikan kepada jeno beberapa foto. “maksudnya?”

“gue butuh bantuan lo nyelesaiin ini. cuma lo yang bisa ngerjain ini” ujar jaemin membuat gerakan jeno yang menggeser layar berhenti. Jeno menoleh ke arah rekan serta sahabatnya dengan alis kanan terangkat. “maksudnya? gue kan masih dihukum disini”

Jaemin tersenyum dan menggelengkan kepala. “hukuman lo udah selesai karena kita butuh bantuan lo. jadi selamat datang kembali, ndan”

***

“MAMA! DEDEK PULANG SAMA MAMAS SAMA PAPA JUGA” yeji yang sedang memasukkan adonan brownies ke dalam oven menoleh ke arah pintu dimana anak anak dan suaminya pulang. jeno tadi mengabari kalau arkan ada bersama mereka dan akan pulang terlambat.

“mama bikin apa?” ethan yang masuk dengan membawa pakaian basah miliknya mengintip. ia memeluk kaki mamanya sambil mengendus ngendus aroma apa yang bisa ia cium. “mamah masak brownies tapi buat nanti setelah mam siang. kalian mau main dulu terus makan atau mau bobok dulu habis itu makan?”

“mau tidur, ma. cape” arkan berujar sambil menunduk. ia menyeret tas nya kembali ke kamar dengan lesu. yeji menatap arkan lama, tidak biasanya dia bersikap seperti ini. apa mungkin karena kelelahan ikut ayahnya bekerja?

“ya sudah. nanti mama bangunkan kalau makan siang ya?” arkan menganggukan kepala kemudian masuk ke dalam kamarnya.

setelah arkan masuk dengan lesu, kini yeji mengerutkan keningnya melihat suaminya yang memejamkan matanya di sofa dengan tangan melepas satu per satu kancing kemejanya. “cape jen?”

jeno berdehem. “ada pesanan?”

yeji menganggukan kepala sebelum menarik loyang brownies dimana anak bungsunya sudah siap menjilat adonan belum matang itu. “jangan dimakan! jorok. sana kamu tidur siang dulu nanti bantu anter sama papa”

berbeda dengan papa dan mamasnya yang lesu, si aktif ini masih saja ceria. “oke! tapi dedek minta lapis nya ya!” ujarnya sambil melangkah ke kamar untuk tidur siang meninggalkan kedua orang tuanya di ruang tengah.

“istirahat dulu jen” ujar yeji sambil membuat adonan donat pesanan ibu carik untuk kegiatan nanti malam.  jeno menggelengkan kepala, ia melangkah mendekat. “ada yang bisa gue bantu?”

“ambilin telor dong sama itu pengembang” ujar yeji membiarkan jeno membantunya. ia tentu saja percaya dengan suaminya karena kemampuan di dapur bahkan jeno lebih unggul. “pesanan buat berapa orang?”

“lima puluh” nah ini alasan sebenarnya yeji membiarkan anaknya bekerja bersama jeno karena dia harus mengerjakan 50 dus snack yang isinya bervariasi. “lo bikin isian risol aja deh, lebih enak tau. itu udah gue potong-potong wortel sama kentangnya”

“luka ga?” jeno bertanya kepada istrinya. yeji menggelengkan kepala. “ngga dong. udah sana biar selesai semua”

membiarkan yeji menyelesaikan donat buatannya, jeno mulai memasak untuk isian risol. Mengandalkan gaji dari pekerjaan jeno saja sebenarnya cukup jika hanya mereka berdua yang tinggal, tapi sekarang mereka memiliki dua anak yang harus mereka biayai hingga dewasa. tabungan mereka juga harus lebih banyak karena tidak ada yang murah untuk anak anak, jeno dan yeji bahkan tidak mau anak anaknya merasakan apa yang disebut kekurangan dalam hidup mereka yang sederhana ini.

“tadi jaemin kesini” jeno bercerita saat ia sudah membuat isian risol, ia kemudian duduk di lantai untuk menggulung dengan kulit yang sudah dibuat oleh istrinya.

yeji mengangkat alisnya. “jaemin?” dia mengingat ingat, namun tak kunjung ingat. “jaemin siapa sih?”

“temen gue di kepolisian” jeno menjawab apa adanya. “terus? dia jauh jauh kesini mau apa? kok ngga mampir dulu”

jeno meletakkan risol yang sudah digulung di wadah. “gue ajak kesini ngga mau karena buru-buru” ia menjawab kemudian menoleh ke arah istrinya. “gue diminta balik kesana. ada satu kasus yang dulu dipegang sama gue sebelum gue kesini. tersangkanya kabur dari sel dan belakangan terdeteksi ada kejadian yang sama makanya gue diminta balik karena gue yang ngerti. menurut lo gimana?”

yeji terdiam sejenak. “kita balik kesana?”

“sebenarnya engga sih, kita disana selama gue selesai kerja. kalau kalian ngga betah, kita bisa balik kesini lagi” ujar jeno sambil menatap istrinya yang terdiam. “kalau emang lo masih ngga mau, lo sama anak anak bisa disini biar nanti gue yang bolak balik”

yeji menghela napas, sudah tujuh tahun dia kabur dari semua orang tanpa meninggalkan jejak. haruskah dia kembali ke tempat aslinya? apakah dia sudah siap?

————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang