alasan

222 72 9
                                    

"dek buka mulutnya, aaa" yeji yang biasanya membiarkan anaknya makan sendiri terpaksa harus menyuapi si bungsu karena si bungsu sedang mengerjakan 'proyek' bersama sang ayah.

mereka berdua entah melakukan apa tapi tubuh mereka sudah basah kuyup karena masuk ke dalam saluran irigasi.

"sana makan dulu. ini biar ayah yang nyelesaiin. nanti kita makan disana sama ibu sama mamas" jeno yang sedang sibuk dengan tali di tangannya menyenggol si bungsu. walaupun enggan, ethan akhirnya keluar dari saluran irigasi.

"makan dulu dek sama sayur asem nih terud sama tempe goreng. adek suka kan?" yeji menunjukkan isi piring yang ia bawa hari ini. Arkan sedang sibuk dengan sketchbook miliknya bahkan suara ribut di sebelahnya tidak mengganggu dirinya yang sedang mwnggambar sesuatu.

ethan dengan pakaiannya yang basah kuyup mendekat kemudian melihat mama dan mas nya yang sedang sibuk menggambar di sketchbook miliknya.

bukannya mendekat dan langsung membuka mulut, ethan menatap sayur asem di mangkuk berwarna biru muda bergambar domba yang sebenarnya milik arkan namun arkan punya mangkuk lebih besar jadi ini diturunkan ke sang adik yang memang senang senang saja.

ethan menatap mamanya "ini masakan siapa?"

nah ini. permasalahan ini bermula saat ethan sudah mengenal rasa di lidahnya. Ethan selalu menghabiskan makanan makanan yang dibuat oleh jeno tapi giliran makanan buatan yeji pasti langsung di keluarkan lagi setelah satu detik menyentuh lidahnya. emang anak kurang ajar!

yeji menatap anak bungsunya masam. "masakan papa. nih coba cicipin dulu" yeji menyodorkan sendok berwarna biru kepada ethan. bukannya membuka mulutnya lebar lebar, ethan malah memajukan bibirnya layaknya bebek yang sedang menyeruput air.

ia mengecap ngecap pelan. "iya ini mah masakan papa" setelah tau itu masakan papanya, ethan kemudian duduk di samping mamanya dan mau membuka mulutnya lebar lebar mengabaikan ekspresi mamanya yang sudah bersiap menerkam dirinya.

"kamu tuh kenapa sih ngga doyan masakan mamah? kan mamah tuh udah usaha" jeno yang juga baru naik menggelengkan kepala melihat yeji dan fotokopiannya berinteraksi. ia mendekat ke arah si sulung sambil mengambil satu tempe goreng.

ethan menelan nasi yang ada di mulut kecilnya. "makanan buatan mama tuh ngga enak. kadang asin kaya air laut kadang ngga ada rasanya kaya air sumur"

yeji langsung melirik suaminya yang tertawa karena kejujuran si bungsu yang bahkan berbicara tanpa perlu dimanis maniskan. "tapi papa sama mamas doyan kok" bela nya.

"mamah, mamas itu sebenarnya ngga suka juga cuma mamas ngga pernah ngomong karena mamas ngga mau mama tau masakan mama ngga enak, kalau papa mah lidahnya kuat. rumput aja kalau bisa dimakan papa pasti papa makan"

tidak tahan diroasting habis habisan oleh si bungsu, tangan yeji perlahan maju untuk mencubit pipi tembam sang anak. "enak banget ya ngomongnya ni satu. kamu beneran umur empat tahun?"

Ethan mengangkat bahu. ia membuka mulut sebelum menerima suapan terakhir dan berbicara. "kan mamah juga gitu. ya udah dedek ikutin mamah gimana"

sialan!

***

"ARKAN, ETHAN, CUCI TANGAN BUKAN MAIN AIRR" nah ini sudah waktunya mandi dan waktunya tidur siang, ethan dan arkan malah asik main air di wastafel sehingga mau tidak mau yeji mengeluarkan nyanyiannya.

"mama marah" arkan membulatkan matanya sebelum cepat cepat turun dari kursi wastafel dan mengelap tangannya karena ia sudah melihat kedatangan mamanya dengan matanya yang sudah diusahakan melotot.

"tidur siang!"

arkan mengangguk, pelan pelan ia melangkah mendekati sang papa yang menggelengkan kepala di belakang mamanya. jeno dengan senang hati membawa arkan ke dalam gendongannya. beda dengan arkan, ethan benar benar hadir untuk menguji kesabaran yeji. dengan sombongnya si anak berbicaran "moh!"

"udah tidur siang dulu yuk, nanti main lagi sore kalau ngga hujan" bujuk jeno sambil mengusap ngusap punggung arkan yang sepertinya sudah mengantuk.

ethan menggelengkan kepala. "moh! dedek moh bobo!" dan ajaibnya anak itu berhasil lari melalui sela sela kaki mamanya yang memang memakai celana pendek.

"ETHAN! SINI KAMU!"

lagi lagi jeno menghela napas. ia membiarkan istri dan anak bungsunya berlarian di rumah sementara dia bertugas menidurkan si sulung yang lebih mudah. arkan itu terlalu mandiri, bahkan hanya dipeluk dan diusap usap ia sudah bisa tidur. arkan juga sepertinya kecapean karena tadi ikut main air sebentar setelah makan.

Jeno mengambil sketchbook milik arkan yang ternyata sudah hampir habis. mungkin ketika ia ke kota ia akan membelikan beberapa sekaligus. bibirnya terangkat melihat gambar gambar anak sulung nya yang cukup indah di umurnya. ia tersenyum melihat gambar dirinya dan ethan yang digambar oleh arkan dengan indah bagi anak seusia arkan, mungkin setelah ini ia memasukkan anaknya ke tempat les menggambar kalau mereka pindah ke kota.

jeno menoleh ke arah pintu dimana istrinya tengah menggendong si bungsu sambil tertawa terbahak bahak. akhirnya tertangkap juga si nap hater kita.

"sssh mamas tidur" jeno menegur anak bungsu dan istrinya. keduanya kemudian menutup mulut sambil mengendap masuk dan merebahkan diri di ranjang yang berada di samping arkan.

"dedek tadi bikin apa sama papa?" yeji bertanya sambil membuka jendela, membiarkan semilir angin masuk ke dalam kamar si bungsu. ia juga melepas kaos ethan agar si ethan tidak kepanasan.

ethan menoleh ke arah papanya. "apa tadi pa?"

"turbin"

"tu.."

"turbin"

"oh tubrin, mama" yeji langsung tertawa terbahak bahak mendengar anaknya yang mengucapkan huruf dengan terbalik. "turbin dedek" jeno membenarkan pelafalan anaknya namun si bungsu hanya mengangguk. "iya,pa. tubrin"

jeno terpaksa harus menepuk pantat istrinya karena istrinya membuat arkan hampir terbangun karena tertawa sehingga jeno harus mengusap usap arkan yang matanya mulai terbuka untuk kembali tidur.

"dek, kamu nih masih ngomong juga dedek baru bisa masa udah minta sekolah? tahun depan aja ya biar dedek di rumah dulu setahun gantian sama mamas sekolahnya"

ethan langsung cemberut. ia bangkit dari rebahannya dan duduk menatap mamanya serius. "kalau tahun besok nanti aku ngga bisa sekelas sama mamas?"

"tahun sekarang juga ngga bisa. kan kamu masih empat tahun. masih tk a. kalau mamas udah tk b"

"tahun depan?"

"tahun depan mamas udah masuk sd, dek"

"ah gamau. kan dedek mau satu sekolah sama mamas. dedek mau sekolah aja mamahhhh" rengek ethan. yeji menggelengkan kepala. "emang kenapa harus sama mamas? kan sekolah mamas deket nanti juga mamas pulang sebelum siang"

"nanti mamas disana main sama siapa kalau ngga punya teman? kan mamas ngga bisa berteman sama siapa siapa. bu gurunya juga ngga tau kalau mamas ngomong apa"

mendengar alasan si bungsu, jeno akhirnya tersenyum tipis. "udahlah ma, masukkin sekolah aja. beli tas sana nanti"

yeji berbalik dan menggelengkan kepala. "tunggu dulu, pa. ini bukan alasan ethan. coba dek kasih tau dulu kenapa kamu mau sekolah sama mamas?"

ethan mengerutkan dahinya. "biar nanti kalau teman teman mamas ngga suka sama mamas bisa dedek pukul kepalanya pake batu atau kayu"

jeno menatap si bungsu tidak percaya. kenapa dari sekian banyak sifat dari sang papa kenapa malah yang turun ke ethan adalah kebringasannya sih?

sementara suaminya terkejut, yeji tersenyum tipis. "sudah kuduga" ia kemudian mendorong dahi ethan agar ethan terlelap dan menutup mata ethan dengan telapak tangannya. "wes turu'o"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang