double trouble

304 62 8
                                    

"arkan, nak, buka mulutnya" yeji membuka mulutnya, membiarkan anak laki-lakinya mengikuti gerakan mulutnya. arkan yang menatap ibunya perlahan mulai membuka mulutnya dan kesempatan itu digunakan oleh yeji untuk memasukkan puree yang ia buat ke dalam mulut sang anak. 

karena rasanya yang dingin dan manis, arkan menggeleng gelengkan kepalanya senang sekali dengan makanan buatan sang ibu. Sebetulnya bukan makanan juga, hanya snack yang yeji iseng buat karena untuk urusan makanan yang dikonsumsi arkan itu urusan jeno yang sebentar lagi pulang bekerja. Biasanya jeno akan membuat makanan untuk arkan sebelum bekerja dan membiarkan yeji menghangatkannya nanti ketika ia hendak makan siang. 

yeji menepuk bahu anaknya. "enak?" 

arkan menganggukan kepala. Ia tidak mengerti apa yang ibunya ucapkan tapi wajah ibunya yang cantik membuatnya mengangguk. 

Arkan tidak bisa mendengar dan berbicara. Itu fakta pahit yang harus yeji dan jeno terima. Mereka tidak bisa mendengar suara arkan padahal teman teman sebayanya sudah berceloteh. ia bahkan tidak bisa mendengar suara yang bahkan terlampau keras. Pernah sekali anak sulungnya jatuh terguling di aspal padahal teman-temannya sudah meneriaki arkan namun arkan tidak bisa mendengar teriakannya. 

dalam hati yeji berpikir, setenang apa ya arkan di sana? 

yeji tersentak saat tangan kecil arkan memukul punggung tangannya sambil menunjuk pintu rumah yang terbuka. "oh papa pulang!" yeji berujar ketika suaminya kembali dari bekerja. ia melepas topi yang selalu ia gunakan untuk patroli dan melangkah ke dalam rumah, menghampiri anak dan istrinya. 

"wah arkan lagi mam apa?" ia mengambil arkan dari tempat nya duduk ke dalam gendongannya. arkan tersenyum lebar dan menunjuk mangkuk yang ada di tangan mamanya. 

jeno mengusap rambutnya sekilas kemudian mendekat ke arah yeji dan mencium dahi serta bibir istrinya secara sekilas. "dia hari ini rewel atau tantrum?" yeji menggelengkan kepala. "arkan hari ini jadi anak baik, tadi dia bangun terus main air sambil nemenin aku nyuci baju. terus ini ngemil habis ini minum susu terus tidur ya dek ya?" 

Arkan tantrum bukanlah hal yang asing bagi mereka berdua. terkadang anaknya memukul muku benda yang ada di sekitarnya, ia melempar balok-balok kayu, menggigit puting mamanya bahkan terkadang memukul dinding dengan dahinya sehingga yeji memerlukan perlakuan khusus untuk anaknya. 

karena itu pekerjaan rumah mereka dirubah. Yeji bertugas full menjaga anak, sementara jeno bekerja dan menyiapkan makanan. Apakah itu adil? oh tentu. Menjaga anak adalah hal yang melelahkan karena mereka harus fokus menjaga arkan yang sudah bisa melangkah. yeji harus paham bagaimana perubahan perasaan arkan yang tidak bisa arkan utarakan.

"tidur dia?" jeno bertanya, mengintip arkan yang tengah menyusu di dada istrinya. yeji menganggukan kepala, ia menepuk nepuk pantat arkan agar arkan tertidur lelap dan memindahkan arkan ke kasur yang sengaja diletakkan di ruang tengah. 

"mau masak apa?" yeji melangkah menghampiri suaminya. dalam urusan dapur, ia masih tidak bisa melakukan apapun karena ia benar-benar buruk. jadi tugasnya hanya membantu mencuci piring atau menyiapkan bahan makanan. 

"mau bikin sayur lodeh, sambal terasi, sama ikan asin. doyan ngga?" yeji menganggukan kepala. "doyan dong" ujarnya sambil menyaksikan bagaimana suaminya meracik bumbu untuk sayur lodeh.

namun ketika jeno menggoreng ikan asin, perutnya tiba-tiba bergejolak sehingga dia berlari menuju kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya. "ma, kenapa?" jeno memijat tengkuk istrinya yang memuntahkan seluruh makanan yang baru saja ia konsumsi hari ini. 

yeji menggelengkan kepala membiarkan seluruh isi perutnya keluar. Ia mengingat ingat terakhir kali dia muntah muntah seperti ini ya ketika ia hamil arkan. "ambilin testpack di kamar,  jen" 

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang