liburan

460 95 13
                                        

"OM SAN" san yang sudah menunggu kedua keponakannya di depan rumah langsung tersenyum lebar saat melihat dua anak kecil turun dari mobilnya. keduanya berlari antusias menuju dirinya yang sekarang tengah berlutut dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedua keponakannya yang berlari ke arahnya.

"HAP" dengan sekali tarikan, dua anak laki laki itu terangkat di gendongan san. Keduanya terlihat begitu ringan sambil memeluk om nya yang sudah lama sekali bertemu.

"kalian udah berat hei, turun" yeji menegur kedua anaknya untuk turun dari gendongan san. untungnya keduanya mau menurut, mereka merosot turun dari gendongan om nya dengan denyuman lebar.

"ngga papa dong, om kan kuat ya?" arkan menganggukan kepala antusias pun dengan ethan yang langsung menggandeng tangan san. "oma manah?" tanya nya antusias.

"oma di belakang lagi bikin ayam bakar buat dedek sama sop ayam buat mamas. mau ke oma?" keduanya sepakat menganggukan kepala sebelum melangkahkan kakinya ke rumah utama bersama dengan om nya meninggalkan kedua orang tuanya yang hanya bisa menggelengkan kepala, anak anaknya bahkan tidak perlu repot repot mengajak mereka berdua masuk.

"kalau gitu gue berangkat dulu ya? biar nanti makan malam bisa di rumah. sekalian mau ambil alat bantu dengar buat mamas" jeno melepaskan rangkulan di pinggang istrinya setelah ia membawakan koper kecil berisi kebutuhan anak anak dan mereka ke pintu. "ngga mau makan dulu?" tanya yeji.

jeno menggelengkan kepala. "lebih cepat lebih baik kan?" ujarnya sambil melihat jam tangan yang sudah lama tidak ia pakai. ia mendekat, mencium dahi sang istri sebelum mencium bibirnya. "gue pergi dulu. kalau ada sesuatu nanti telepon gue aja"

yeji menganggukan kepala. "tenang aja. gue lagi ngga ada rencana kemana mana kok" ujar yeji. jeno menganggukan kepala. "sana masuk"

setelah memastikan istrinya masuk dan menutup pintu, ia mendekati mobil yang memang ia pinjam dari san. sebuah sedan milik san yang sebenarnya bukan keluaran terbaru tapi setidaknya bisa menyamarkan keberadaan dirinya. ia tidak bisa menaiki mobil yang san biasa pakai karena pasti banyak diketahui oleh orang-orang.

jeno menarik napas panjang setelah ia memarkirkan mobilnya di depan kantor polisi tempat dimana dulu dia bekerja. lagi lagi ia melirik jam yang ada di tangannya, terlalu malas untuk datang disana lebih awal karena belum tentu mereka tahu siapa dirinya. yakan?

Setelah jam sudah menunjukkan pukul satu lebih tiga puluh, jeno akhirnya keluar dari mobil. Ia melangkah dengan santai sambil membawa leather jacket di tangannya sementara ia membiarkan tubuhnya hanya dibalut kaos polos berwarna hitam yang membuat tubuhnya terbentuk dengan jelas. ia memakai kacamata hitam dan melangkah dengan tegap masuk ke dalam.

"selamat siang, jaemin ada?" jeno bertanya kepada salah satu polisi yang berada di dekatnya. "pak jaemin ada di lantai tiga, pak. ada keperluan mendesak? sepertinya pak jaemin sedang rapat"

jeno tersenyum dan menggelengkan kepala. "biar saya tunggu di atas. saya udah buat janji sama dia" ujarnya sambil melangkah menuju lift.

dia berdiri di ujung lift, berada di sekumpulan polisi yang sepertinya baru selesai makan siang. Kebanyakan dari mereka turun di lantai dua, hanya ada jeno yang turun di lantai tiga karena di lantai tiga hanya ada ruang rapat.

jeno duduk di depan ruang rapat, membiarkan jaemin menyelesaikan rapatnya sesekali ia melihat lihat apa yang berada di sepanjang lorong. ia tersenyum sinis melihat foto ayahnya yang terpasang disana bersama sama dengan orang orang penting di eranya. ayahnya sudah pensiun ternyata.

"loh jeno?" jeno menoleh saat namanya dipanggil oleh sanha yang baru keluar dari lift dengan membawa setumpuk kertas di tangannya. "hai"

sanha meletakkan kertas-kertas di tangannya sebelum menyalami kepala timnya kala itu. "wah akhirnya lo bener bener dateng" ia berujar senang. "gimana kabarnya?"

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang