hujan

533 90 7
                                    

"anak-anak udah tidur?" jeno yang baru selesai mandi bertanya kepada istrinya yang membuka pintu kamar. yeji yang memakai piyama tipis menganggukan kepala sebelum merebahkan tubuhnya di kasur.

"adek minta apa ke kamu?" jeno bertanya kepada istrinya. tahu sekali dengan tabiat si bungsu jika ia meminta mamanya untuk menemani dirinya tidur pasti ada sesuatu yang hendak ia minta karena ethan terlalu segan untuk meminta kepada jeno.

"dia minta ngikut nganter kakaknya daftar sekolah besok" yeji menjawab malas. Jeno menggelengkan kepala, sudah menduga kelakuan si bungsu yang terlalu ajaib itu pasti akan mengikuti kemana arkan pergi.

Jeno melangkah ke kasur setelah menutup jendela yang mulai berkibar karena angin. ia merebahkan tubuhnya di samping sang istri. "besok gue ajak adek kerja aja. Kayanya ngga ada kerjaan berat paling cuma patroli" jeno mengusulkan sebuah ide agar arkan dan ethan dipisah.

soalnya kasihan arkan yang kesulitan mengimbangi energi sang adik yang luar biasa.

adiknya kan mirip gasing, sekali digesek muternya lama :)

sementara arkan sendiri tidak boleh terlalu banyak aktivitas karena tubuhnya yang memang tidak sesehat anak anak lain seusianya. Jadi jeno dan yeji sering memberikan aktivitas yang berbeda. karena ethan dan yeji di dalam satu ruangan itu dijamin tidak akur, maka yeji menyerahkan urusan si bontot kepada ayahnya.

toh jeno dan ethan memiliki kesamaan, mereka sama sama senang aktivitas outdoor. bahkan jeno sering membawa anaknya hiking ke bukit atau membantu untuk mencari bebek yang hilang.

pokoknya ethan selalu senang kalau dibawa bapaknya kerja!

"ya udah besok lo berangkat duluan sama ethan, biar gue yang ngunci pintu sama mamas biar ethan ngga ngeliat gue pergi" yeji berujar. jeno menganggukan kepalanya setuju. mereka berdua sedikit terkejut ketika bunyi petir yang menggelegar apalagi rumah mereka berada dekat dengan sawah yang pasti akan terlihat dengan jelas kilat yang mengawali gemuruh hujan.

"udah masuk musim hujan ya?" yeji bergumam sambil masuk ke dalam selimut. jeno mengangguk, pelan pelan menarik tubuh istrinya mendekat. Tentu saja perlu waktu yang cukup lama bagi mereka berdua untuk sedekat ini dan jeno dengan sabar menunggu, bahkan mereka berhubungan badan kembali enam bulan setelan arkan lahir karena suaminya tidak mau memaksa yeji.

lagipula mereka juga sibuk mengurus ethan.

"mama" ketika mereka hendak terlelap, pintu kamar terbuka. Memang mereka jarang sekali mengunci pintu kamar kecuali sedang ada sesuatu yang harus mereka lakukan.

"adek sama siapa kesini? mamas mana?" yeji langsung bangun saat melihat anak bungsu nya datang sambil menguap, pasti ethan terbangun ketika petir tadi.

"sendiri. adek kaget petirnya bes--MAMA?" ethan sedikit berteriak ketika lampu tiba tiba padam.

"adek diam dulu disitu, papa ambil senter dulu" jeno bangkit, membuka lemari yang berada di samping kasur untuk mengambil senter.

ia menyalakan senter dan menahan tawa ketika ethan berdiri memegang gagang pintu sambil mematung. "udah sana ke mama, papa mau ambil lilin sama mamas" mendengar itu ethan langsung berlari ke ranjang orang tuanya dan merebahkan diri di sebelah mamanya, memeluk pinggang mamanya erat.

Jeno kembali dengan arkan yang ada di gendongannya sambil memegang senter. Arkan sepertinya masih terlelap karena kepalanya bersandar di bahu sang papa sementara ethan sudah kembali memejamkan mata karena merasa nyaman di tepuk tepuk pantatnya.

"ssshh" jeno mengusap usap anak sulungnya yang hendak membuka matanya. arkan berkedip sayu pelan sebelum kembali terlelap dengan membuka mulutnya.

jeno kemudian kembali ke luar dengan senter yang dia bawa untuk menyalakan lilin dan menutup gorden yang sudah mulai basah karena hujan akhirnya turun dengan deras.

memastikan lilinnya tidak berada di tempat yang tidak mudah terbakar, ia tersenyum melihat istri dan dua anaknya yang sudah terlelap. ia mendekat, menaikkan selimut hingga menutup dada anak anaknya kemudian mencium dahi mereka bertiga satu persatu sebelum ikut merebahkan tubuhnya di samping arkan.

***

"yah.. hujan.." ethan membeo saat membuka jendela ruang tengah. Hujan turun dengan derasnya membuat dirinya terbangun saat jam menunjukkan pukul 10 dimana mamasnya sudah selesai mendaftar sekolah bersama sang papa.

namun mereka tidak mau membahas karena nanti si bungsu pasti akan tantrum karena tidak diajak. Arkan pun mau diajak untuk tidak membicarakan hal ini kepada ethan karena tahu adiknya seperti apa.

"dedek sudah bangun?" yeji yang baru saja mengambil muffin dari oven menoleh ke arah si bungsu yang manyun duduk di depan jendela sementara anak sulungnya tengah mandi dan berganti pakaian bersama papanya.

ethan menganggukan kepala. "kol hujan? dedek mau sekolah, mama" bibir si bungsu melengkung turun membuat yeji sedikit merasa bersalah.

ia mendekat ke arah si bungsu, mengusap rambutnya. "dedek mau makan dulu? papa bikin sop ayam kesukaan dedek loh. dedek boleh makan sendiri sambil lihat hujan. mau mama angetin?"

ethan menganggukan kepala. ia kemudian melompat turun dari kursi tempat dia duduk. Jeno memasang papan kecil sebagai meja makan kedua anaknya sengaja menghadap ke belakang rumah dan memberikan kursi kecil untuk mereka makan disana.

"ethan! mau kemanaa?" yeji berteriak kepada ethan yang berlari keluar rumah.

"SEPATU MAMAS BASAH, MAMA! MAMAS KAN SUDAH MENABUNG BUAT SEPATU MAMAS" ia berusaha membuka slot pintu dan keluar. melihat anaknya yang keluar, jeno yang baru mandi karena basah segera berlari mengikuti kemana anaknya melangkah.

ia tersenyum ketika ethan memegang sepatu milik mamasnya dengan masing masing tangannya kemudian meletakkannya di dalam rumah. "hap! kena!" jeno langsung menggendong ethan ketika anaknya mulai menginjakkan kakinya di kubangan air.

"papa!"

"jangan sekarang hujan hujanannya ya! ini hujan pertama nanti dedek sakit" ia menggendong anaknya kembali ke dalam dimana anak sulungnya tengah membantu menata muffin buatan mamanya di wadah. "mamas aja ngga hujan hujanan tuh"

ethan merengut kesal. "tapi mamas basah! pasti habis hujan hujanan itu! kok dedek ngga diajak?"

ketika jeno hendak beralibi. yeji datang membawa semangkuk sop ayam hangat dan nasi untuk si bungsu. "ya mamas sama papa mandi lah. mama juga udah mandi. Emang dedek yang bangunnya siang"

jeno menggelengkan kepala melihat anaknya yang menatap sebal ke arah mamanya walaupun begitu ia mulai mengambil sendok dan memakan supnya dalam diam.

jeno menoleh ketika arkan menepuk bahunya. "mamas mau duduk disitu" ujarnya sambil menunjuk kursi di samping ethan. jeno mengangguk bergeser saat arkan duduk dengan piring sama seperti adiknya. Tadi pagi mereka hanya sarapan seadanya karena terburu buru, yeji membuatkan roti bakar rasa keju untuk anak dan suaminya yang tentu saja tidak cukup mengganjal perut arkan.

jeno menyingkir membiarkan dua anak laki lakinya duduk di tempat makan. Membiarkan bagimana kuah sop yang melompat kemana mana karena ethan belum terlalu pandai memegang sendok dan membiarkan ethan menghabiskan makanannya sendiri.

"mau ayam nya lagi?"  arkan memberikan potongan ayam miliknya kepada ethan yang diberikan anggukan. "terima kasih"

arkan menganggukan kepala dan tersenyum melihat adiknya yang moodnya kembali bagus, terlihat dari posisi duduknya yang ikut bergoyang karena kakinya yang bergoyang.

arkan memakan sop ayamnya dalam diam menatap lurus ke depan. adiknya selalu suka ketika hujan.  kata ethan suara hujan enak sekali untuk menemani tidur namun arkan tidak tahu apakah itu betul atau tidak karena ia belum pernah mendengar suara hujan di dalam hidupnya.

semuanya hening di telinganya.

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang