rumah sakit

506 88 6
                                        

jeno berlari dengan sekuat tenaga membawa anak sulungnya ke dalam rumah sakit yang merupakan milik keluarganya. rumah sakit swasta yang sekarang pamornya sedang naik dengan drastis.

tubuh anaknya panas dan sempat kejang tadi di ambulans membuat jeno cepat cepat berlari tanpa menunggu perawat. arkan baru pertama seperti ini, tidak pernah dia melihat anak sulungnya demam hingga separah ini.

"mas jeno?" jeno menoleh ke arah perawat di emergency room yang menyadari keberadaan dirinya. "mbak, tolong anak saya" ia meletakkan tubuh anaknya yang kembali kejang di ranjang rumah sakit.

"dia dari kapan kaya gini?"

"kejangnya tadi di ambulans. tadi di rumah dia demam terus ngeluh telinganya sakit. tadinya di bawa ke rumah sakit dekat rumah jadi lebih baik jeno bawa kesini karena jeno mau ngecek semuanya" ujar jeno memberikan penjelasan.

perawat wanita di depannya menganggukan kepala, beberapa dokter mendekat membuat jeno menyingkir namun masih berada di arah pandang anak sulungnya yang perlahan terpejam.

jeno duduk tidak jauh dari ruang anaknya yang tengah diperiksa. ia tidak repot repot mengurus administrasi, kasih saja nama belakangnya pasti mereka memberikan keringanan. nanti, nanti dia akan mengurusnya setelah dokter menyatakan semuanya baik baik saja.

jeno mengambil ponsel miliknya dan menelepon san untuk bertanya apakah ethan baik baik saja disana karena dia bahkan tidak fokus kepada si bungsu. sedikit merasa bersalah namun mereka harus adil, tidak mungkin mereka harus fokus  merawat salah satu diantara keduanya padahal mereka berdua anak anaknya.

"arkan gimana?" san langsung bertanya kepada adik iparnya. jeno menghela napas. "lagi diperiksa dokter. sempat kejang. badannya terlalu panas. ethan gimana? dia nangis?" jeno bertanya karena tadi sempat mendengar tangisan anak bungsunya.

"nangis dia minta nyusul. tapi sekarang udah tenang dia digendong yeji. kita balik dua sampai tiga jam lagi, ethan baik baik aja. dugaan dokter dia alergi sama kecap asin" jeno mendesah lega, ia mengingat ingat kalau memang selama ini ia memasak jarang sekali hampir tidak pernah memakai kecap asin. pantas saja tidak tahu alergi anak bungsunya.

"kemarin kita makan sushi, jen. mama sama papa minta maaf ngga tau kalau ethan alergi" jeno memijat hidungnya. "udah ngga papa. bilangin mama sama papa ngga apa apa. emang ethan jarang makan makanan pake kecap asin di rumah jadi kita semua ngga ada yang tahu. bilangin mama jangan merasa bersalah, ngga papa. ethan toh baik baik aja"

"terus dikasih obat?"

"iya dikasih obat sama salep. nanti nunggu beberapa jam dulu disini kalau misalnya emang udah ngga kambuh bisa dibawa pulang. cuma permasalahannya dia minta dibawa ke mamasnya. arkan bisa dijenguk?"

"belum tau, san. ini masih di ER. nanti gue kabarin kalau udah ada hasilnya. san, minta tolong lagi buat beliin makan. yeji belum makan. dia nanti drop karena dari semalem belum sempat makan"

"oke. nanti gue kesitu gantian kalau ethan udah balik"

jeno menyandarkan kepalanya di tembok, setidaknya satu anaknya sudah ia ketahui kabarnya. ethan hanya alergi. sekarang kita tunggu arkan semoga arkan baik baik saja.

***

"papa, mamas mana?" ethan dengan keras kepalanya yang luar biasa menangis minta untuk menjenguk mamasnya di rumah sakit.

"mamas lagi tidur, dek. tuh. mamas istirahat dulu. dedek kok ngga istirahat?" jeno langsung mengambil alih gendongan ethan dari yeji yang sudah panik. "sana kamu ke arkan gantian takutnya arkan bangun"

yeji menghapus air matanya kemudian melangkah ke kamar rawat inap dimana anak sulungnya berbaring di rumah sakit, tidak tanggung tanggung jeno langsung memesan ruang vip agar anaknya nyaman. tahu sendiri arkan berbeda kan? jeno tidak mau anaknya harus menelan terlalu banyak omongan orang.

"dedek mau lihat mamas, papa!" protes ethan sambil meminta untuk masuk. jeno mengambil gendongan ethan dan memakainya sehingga ethan digendong berhadapan dengan dada papanya. "ngintip sedikit aja ya? jangan berisik, mamasnya kecapean" ethan menganggukan kepala, ia menutup mulutnya kemudian masuk dan melihat mamasnya tengah tertidur dengan infus di tangannya.

"kenapa mamas di colokin papah?" ethan bertanya sambil mengusap lengannya, mulai menggaruk kulitnya yang ditahan jeno. jeno langsung mengusap kulit anaknya. "dicolokin gimana, dek?"

"itu. kaya hp punya papah" dengan telunjuknya, ethan menunjuk botol infus. jika saja jeno tidak lelah, ia akan tertawa terbahak bahak. "itu bukan colokan, dek. itu infus eh udah ngantuk ya?" ethan menguap menyandarkan tubuhnya di dada papanya.

jeno keluar dari ruangan, membiarkan istrinya yang menunggu arkan. ia tahu yeji menangis, tapi ia tidak mau mengganggunya dulu. jadi ia lebih memilih untuk menimang nimang anaknya yang matanya tersisa lima watt.

"jen" jeno menoleh saat namanya disebut. ia berdiri berhadapan dengan wanita yang tidak lagi berhubungan dengannya selama hampir tujuh tahun. mamanya.

mamanya masih sama seperti kali terakhir pertengkarannya di rumah. jeno yang dengan tegas memprioritaskan keluarganya dibandingkan dengan rencana ayahnya benar benar membuat keputusan yang memutuskan hubungan keluarga.

"ini anakmu?" jeno menganggukan kepala, rasanya aneh ketika ia melihat wanita yang sudah kepala enam itu menatap dirinya dengan berkaca. "anakku yang bungsu. lagi sakit dua duanya. cuma ini ngga mau dipisahin sama mamasnya jadi mau ikut kesini. nanti kalau ngga mau pulang, biar nanti jeno nambah bed"

"jeno.. nak.." jeno membiarkan mamanya memeluk dirinya dari samping karena tubuh bagian depannya ada ethan yang tengah tertidur dengan lelap. "jeno, ayo pulang"

ibunya mengintip ke wajah cucunya yang memerah, matanya bengkak karena usai menangis dan wajahnya sangat mirip dengan jeno kecil. "pulang kemana? rumahku disini. wanita yang di dalam, itu rumahku. jeno mohon. sudah ma, sudah. jangan ganggu keluarga jeno lagi"

jeno kembali menimang ethan yang bergerak tidak nyaman. ia bergeser kemudian sedikit menundukkan kepalanya. "saya ayah dari pasien rumah sakit anda, mohon bantuannya"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang