"bentar" san yang terlelap terpaksa bangun mendengar bunyi bel berbunyi. di rumah ini hanya ada dia dan keponakannya karena orang tuanya sudah pergi semalam untuk menjenguk om nya yang sedang sakit.
ia menatap tamu tamunya eengan malas. siapa lagi kalau bukan adik dan adik iparnya yang tersenyum tanpa merasa bersalah. "udah liburannya?"
yeji tersenyum lebar mengangkat tangan kanannya yang membawa bungkusan. "sarapan! gue bawa lontong sayur" ujarnya sambil melangkah melewati kakak laki lakinya yang memeluk gagang pintu dengan mata yang menajam.
yeji tertawa melihat san. masalahnya san saja dalam kondisi melek seratus persen matanya tidak terlihat saking sipitnya, ini sekarang dia setengah sadar plus menyipit apa ngga hilang mata abangnya?
"gila lo berdua!" san menggelengkan kepala melihat leher adiknya yang sudah tidak lagi putih mulus semalam. ada beberapa tanda kemerahan yang san jelas tahu itu apa.
"makin ganas aja lo" san berujar kepada adik iparnya yang ikut di dapur menyiapkan sarapab sementara yeji memilih untuk membersihkan diri dan melihat anak anaknya apakah sudah bangun atau belum.
"punya gue lebih parah dari itu" jeno menarik kaos miliknya ke bawah memperlihatkan dadanya yang penuh bitemark dari sang istri.
san menatapnya ngeri. "yang bener aja anjing. separah itu?" ia berbisik takut takut adiknya mendengar. jeno mengangkat bahu sambil memasukkan beberapa sendok ke dalam freezer. "dia semalem marah. salah gue juga sih soalnya gue kelupaan bawa dia"
"dia masih 'kasar'?" san memberi tanda petik dengan jari telunjuk serta jari tengahnya. jeno menganggukan kepala tidak ingin menjawab lebih detail namun sepertinya san sudah tahu artinya apa.
"biar nanti gue bilangin ke adek gue buat terapi lagi. kasian lo nya setiap berhubungan pasti ada aja" ujar san sambil menatap adik iparnya.
jeno menggelengkan kepala. "ngga usah. masih gue handle kok. paling nanti gue coba bilang mau terapi lagi apa engga karena gue ngga mau kecolongan lagi"
san menganggukan kepalanya setuju. "apapun keputusannya, semoga kalian yang terbaik deh" gumamnya sambil menumpuk sterofoam di tempat yang memang khusus disediakan.
"makan dulu aja lo, isi tenaga dulu mumpung anak anak belum bangun. semalem tidur agak telat sih soalnya asik buka buku baru" san berujar sambil membawa lontong sayur miliknya ke meja makan. jeno menyusul kakak iparnya, duduk bersandingan dengan san.
"PAAA" baru tiga suap, jeno menoleh ke arah istrinya yang menggendong si sulung. ia meletakkan sendoknya di mangkuk kemudian menaiki tangga, suara tangisan anak anaknya mulai terdengar bersahutan.
"kenapa?" jeno bertanya sambil melihat ke arah kamar dimana ethan masih menangis dengan wajah dan tangan yang muncul bentol bentol merah dan digaruk oleh si bungsu. "sakit papa huwaaa" ethan bereriak menunjuk bibir dan tangannya yang gatal-gatal.
jeno langsung menyambar ethan ke dalam gendongannya sementara yeji sudah mengambil barang barang bawaan mereka seperti tas dan kunci mobil karena arkan digendong san.
"bawa ke rumah sakit aja langsung" san berujar. ia menyambar kunci mobil, membiarkan adiknya menggendong si sulung. ketiganya bahkan masih memakai pakaian rumahan minus jeno yang belum sempat berganti pakaian. beruntung ada satpam di rumah mereka yang bisa menutup gerbang.
"no no jangan dipukul" yeji mencegah arkan memukul mukul telinganya. tubuh arkan sudah lemas karena demamnya cukup tinggi menurut yeji. untuk masalah demam sebenarnya bukan hal yang asing bagi orang tua yang memiliki anak kecil, namun arkan memukul mukul kepala dan telinga bahkan melempar alat bantu dengar miliknya sambil menangis kesakitan.
tadi yeji baru sempat melihat anak anaknya setelah mandi. niatnya hendak membangunkan anak anak namun ia terkejut melihat kondisi kedua anaknya yang tidak baik baik saja. kenapa tidak ada yang mendengar teriakan anak anak? san meletakkan keponakannya di kamar yeji yang notabenenya menjadi kedap suara setelah menikah sehingga suara anak anak tidak terdengar.
"adek, adek kemarin makan apa sama oma?" yeji bertanya sambil mencoba tenang, sepertinya ethan mengalami alergi. arkan duduk di dekapan suaminya yang memijat pelan bagian telinganya sementara ethan terus terusan menggaruk tangannya.
ethan tidak menjawab karena bibirnya terasa tidak enak. ia menunjuk bibirnya yang sengaja ia manyunkan. "sakit mama" ujarnya sambil mengadu.
san melirik dua keponakannya yang entah kenapa bisa sakit secara bersamaan. dia mengingat ingat apakah ada makanan yang tidak cocok di lidah mereka karena sepertinya mereka hanya memakan makanan rumahan.
"udah sampai, kalian masuk dulu. gue cari parkir mobil dan urus administrasinya" jeno dan yeji menganggukan kepala kemudian turun dari mobil menuju rumah sakit terdekat membiarkan san memarkirkan mobilnya.
san keluar dari mobil setelah memastikan tidak ada orang yang mengetahui keberadaan dirinya sebagai seorang publik figure yang bahkan masih memakai celana rumahan dan kaos polos. ia tidak tahu harus melakukan apa karena dia tahu jeno bisa mengatasi semuanya. jadi dia hanya duduk menunggu sambil mengisi pendaftaran sebisanya karena detail informasi ethan serta arkan yang sekarang tengah ditangani dokter.
ia melangkah mendekati ranjang tempat kakak beradik itu dirawat. beruntung ethan cukup kooperatif berbeda dengan arkan yang terus terusan berontak di pelukan ayahnya. jeno beberapa kali terkena pukulan anak sulungnya yang tidak terkendali.
"dedek, dedek sama om san dulu mau?" san menawarkan diri kepada ethan yang sudah mulai diam walau masih sesekali menggaruk tangannya. ethan menggeleng. "mau mamah" ujarnya tidak mau menjauh dari ibunya padahal dokter sedang memeriksanya.
yeji sesekali meringis melihat teriakan arkan yang benar benar terdengar pada ruangan tersebut. "adek, mama boleh tanya?"
ethan menganggukan kepala. "dedek makan nasi goreng buatan oma, salad buah, terus makan jeruk lemon yang ada di kulkas. adek juga makan ayam goreng, hiks mamah itu mamas mau dibawa kemana?" ethan kembali menangis saat ranjang arkan digendong jeno.
"arkan dirujuk, ini bukan yang pertama kalinya dia kaya gini. aku mau cek semuanya buat arkan dan disini ngga ada alatnya. kamu disini sama san terus ethan sampai ethan membaik ya? aku bawa arkan dulu ke rumah sakitnya mama. disana lebih besar dan lebih lengkap"
yeji menganggukan kepala, pokoknya ia mempercayakan semuanya kepada jeno. jeno tau yang terbaik untuk arkan, bahkan melupakan hubungannya dengan mamanya yang memburuk belakangan ini.
"mamaaa mau ikut mamass. itu mamas kenapa dibawa ambulans mama? dedek mau ikut mamas. mamas sendirian" ethan tahu kalau ambulans itu kendaraan yang membawa orang sakit. papanya masuk ke dalam ambulans dengan mamasnya. "mau ikut mamas, mama" ethan yang digendong yeji juga ikut berontak hendak turun dari gendongan tangannya.
beruntung san ada di samping adiknya, ia mengambil ethan dari gendongan yeji. "mamas lagi pindah rumah sakit"
"kenapa bukan disini?"
"disini alat buat mamas ngga ada. beda sama dedek. dedek ada"
"kenapa?" san sendiri kebingungan untuk menjawab. ia bingung harus menjelaskan keponakannya yang sudah menangis sesenggukan menunjuk ambulans yang sudah keluar dari rumah sakit dengan sirine yang berbunyi keras.
"nanti ya? adek sembuh dulu. gatal-gatalnya hilang dulu nanti kita susul mamas kesana. adek harus sehat dulu. oke?" san melirik wajah adiknya yang sudah tidak karuan. panik, takut, dan lelah menjadi satu.
ethan menatap om nya. ia menatap pria besar yang selalu ia percaya. "om janji sama dedek?"
san mengusap rambut keponakannya. "iya, om janji"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Family
Fanfiction"mama ku besok yang bakal masakin nasi kuning buat ulang tahun" "wah enak dong besok aku mau datang" "mama ku kalau masak ikan kakap sama kerang enak banget. kalian harus coba" "udah jelas mama mu kan buka usaha warung makan" "mama mu gimana?" "ma...