"mama, bisa bantu aku?" yeji yang tengah bersantai di ruang tengah karena akhirnya anak bungsunya tidak ada di rumah. Ethan, si setan kecil itu tengah dibawa papanya untuk mengunjungi kebun karena ada laporan kehilangan hasil panen membuatnya hanya berdua dengan sang sulung.
ia meletakkan mangkuk keripik di tangannya sebelum menjawab pertanyaan dari si sulung dengan bahasa isyarat. "ada apa?"
Arkan, si sulung langsung menarik tangan mamanya untuk mengikuti dirinya kembali ke kamar. Ia menunjukkan sebuah buku yang berisi tentang keluarga.
Arkan menoleh. "aku ngga paham ini. mama bisa bantu jelaskan?"
yeji mengambil buku di tangannya membacanya sekilas kemudian menganggukan kepala. ia menepuk bagian kasur yang kosong. "sini duduk sama mama biar mama yang cerita"
enam tahun lalu, mereka berdua pindah dari kota besar menuju sebuah desa kecil yang jauh dari gemerlap kota tempat mereka berada. Yeji dan jeno benar benar membangun semuanya dari awal.
Tentu saja, mereka berdua mengalami masa masa sulit berdua.
bagaimana tidak? yeji yang biasanya hidup dengan berlimpah kekayaan kini harus tinggal di sebuah rumah kecil dengan trauma yang ia dapatkan. Beruntung mereka mendapatkan tetangga yang mau membantu mereka.
Pekerjaan jeno sebagai seorang polisi mengharuskan dirinya patroli setiap hari. Jika ia biasanya menyamar, kali ini dia lebih sering membantu orang-orang yang kesulitan. Bahkan kasus pertama jeno adalah mengejar sapi yang lepas dari ikatannya. Karena banyak yang mengenal jeno, mereka juga terkadang membalas bantuan jeno dengan membawa beberapa bahan makanan yang bisa mereka olah di rumah.
hingga pada suatu hari jeno pulang dengan membawa pisang cukup banyak di bahunya disambut dengan yeji yang menangis sambil memukul mukul perutnya. tentu saja hal ini membuat dirinya panik karena yeji tidak pernah kambuh belakangan. bahkan tergolong sudah membaik.
jeno berlari setelah meletakkan pisang yang ia bawa di sembarang arah. ia berlari memeluk tubuh sang istri dan menahan tangan nya yang berusaha memukul mukul perutnya. "hei hei, kenapa? ada masalah?" jeno berusaha menahan yeji yang berontak.
di pelukan suaminya, yeji berhenti berontak malah menangis begitu keras. "aku.. hamil"
"aku hamil jeno! aku hamil dan ngga tau ini anak siapa. aku hamil jeno" jeno menahan tubuh yeji yang kembali berontak, ia memeluk tubuh sang istri dan membiarkan istrinya memukuli punggungnya sebagai ganti daripada terus terusan memukul perutnya. "ayo gugurin bayi ini! ayo gugurin jeno"
jeno tidak menjawab apapun, ia terus menerus memeluk yeji mengabaikan air matanya yang juga ikut turun karena tidak tega dengan sang istri.
Merasa yeji sudah tenang, jeno menarik istrinya untuk duduk di pangkuannya. "ssst ngga boleh gitu. siapa tau ini anak aku?" bisiknya sambil mengikat rambut istrinya yang berantakan.
"jangan digugurin ya? kamu bisa janji buat aku? anak ini ngga salah apapun. setidaknya jangan melukainya sampai statusnya jelas. kalau kamu ngga suka anak ini sampai lahir, ngga apa apa biar nanti aku yang rawat dia. Tapi tolong ya, biarkan anak ini hidup"
Selama delapan bulan lebih tiga minggu yeji mengandung seorang bayi yang sangat ia benci kehadirannya. Bahkan ia beberapa kali nekat mengonsumsi nanas di bulan bulan terakhir, rasanya begitu menyiksa di dada melihat bayi sialan ini terus tumbuh di perutnya.
bayi ini harus segera lahir dan nanti yeji berikan entah kepada siapa yang membutuhkan, dia tidak peduli.
dan hari yang ditunggu tunggu yeji tiba, perutnya mulas bukan main dari jam delapan malam sehingga ia harus membangunkan suaminya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit terdekat. Jeno mengantarkan istrinya dengan mobil patroli karena mereka belum sempat membeli mobil kembali karena memang belum ada gunanya juga mereka membeli mobil lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Family
Fanfic"mama ku besok yang bakal masakin nasi kuning buat ulang tahun" "wah enak dong besok aku mau datang" "mama ku kalau masak ikan kakap sama kerang enak banget. kalian harus coba" "udah jelas mama mu kan buka usaha warung makan" "mama mu gimana?" "ma...