Abang, Cahayaku di Tengah Kegelapan
Bagi diriku, sosok abang adalah lebih dari sekadar saudara kandung. Dia adalah pahlawan tanpa jubah yang selalu hadir dalam setiap babak kehidupan. Abang adalah sosok yang pertama kali mengajarkanku mengendarai sepeda, berbagi rahasia terdalam, dan menjadi pendengar setia saat aku merasa sedih. Suaranya yang berat namun lembut selalu menenangkanku, bagai lullaby yang menuntunku ke alam mimpi.
Abang bagaikan pohon besar yang menaungiku dari terik matahari. Di bawah rindangnya, aku merasa aman dan terlindungi. Setiap kali aku merasa tersesat atau ragu, abang selalu ada untuk membimbingku. Nasihat-nasihatnya yang sederhana namun sarat makna menjadi kompas yang menunjukkan arah tujuan hidupku.
Ingatan masa kecilku begitu lekat dengan sosok abang. Kami sering menghabiskan waktu bersama bermain di halaman belakang rumah, membangun istana pasir di tepi pantai, atau sekadar bersepeda keliling kampung. Saat itu, abang adalah teman bermain sekaligus guru yang sabar mengajariku berbagai hal.
Seiring berjalannya waktu, ikatan batinku dengan abang semakin kuat. Dia bukan hanya saudara, tetapi juga sahabat sejati yang selalu ada untukku dalam suka dan duka. Aku seringkali iri dengan kedewasaannya, keberaniannya menghadapi tantangan hidup, dan ketulusannya mencintai keluarga.
Abang adalah cerminan diriku yang ingin kucapai. Dia adalah inspirasi yang selalu memotivasi aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku berharap, suatu saat nanti aku bisa menjadi seperti abang, seseorang yang bisa diandalkan, dicintai, dan dihormati oleh orang-orang di sekelilingnya.
Selasa, 10 Desember 2024
YOU ARE READING
Aku, Kamu, Kita : Simfoni kehidupan
PoetryPernahkah kamu merasa ada yang kurang dalam hidupmu? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kamu merasa seperti ini atau seperti itu? Mungkin saja jawabannya terletak pada keluarga, tempat di mana kita pertama kali belajar tentang cinta, kehilangan...