"Dunia Kecilku"
Aku, sebagai anak tunggal laki-laki, tumbuh dalam sebuah dunia yang terasa begitu personal. Rumah adalah kerajaan kecilku, lengkap dengan istana (kamar) yang selalu siap menampung segala imajinasiku. Tak ada suara riuh rendah dari saudara kandung yang mengusik ketenangan. Justru, keheningan ini memberiku ruang luas untuk mengeksplorasi diri.
Setiap sudut rumah bagaikan buku cerita yang terbuka, menunggu untuk dibaca. Setiap hari adalah petualangan baru. Dinding kamar menjadi kanvas imajinasiku, di mana aku melukis petualangan luar biasa. Mainan-mainanku adalah teman setia, menemani hari-hariku yang penuh dengan tawa dan kadang, sedikit kesunyian.
Kehadiranku sebagai satu-satunya anak lelaki seringkali menjadi pusat perhatian. Setiap keberhasilanku dirayakan dengan meriah, setiap kegagalanku dihadapi dengan kesabaran. Orang tuaku adalah pahlawan superku, selalu ada untuk mendukung dan membimbingku.
Namun, menjadi anak tunggal juga memiliki sisi lain. Terkadang, aku merindukan sosok yang seumuran untuk berbagi cerita dan bermain. Aku sering bertanya-tanya, bagaimana rasanya memiliki saudara kandung? Apakah seru bertengkar lalu berbaikan sekejap?
Dalam sudut pandangku, menjadi anak tunggal adalah anugerah sekaligus tantangan. Aku belajar mandiri sejak dini, memecahkan masalah sendiri, dan menghargai setiap momen yang ada. Aku juga belajar untuk menjadi pendengar yang baik, karena orang tuaku seringkali mencurahkan isi hati mereka padaku.
Walaupun begitu, aku tetap bersyukur atas keluarga kecilku yang hangat. Aku yakin, setiap pengalaman, baik suka maupun duka, membentukku menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.
YOU ARE READING
Aku, Kamu, Kita : Simfoni kehidupan
PoetryPernahkah kamu merasa ada yang kurang dalam hidupmu? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kamu merasa seperti ini atau seperti itu? Mungkin saja jawabannya terletak pada keluarga, tempat di mana kita pertama kali belajar tentang cinta, kehilangan...