Oryza Stevia Dilara. Perempuan cantik berusia 23 tahun yang baru saja kehilangan pacar nya di hari anniversary ke -4 mereka.
Janggala Zerga Alaskar mengalami kecelakaan tepat di depan mata sang pacar dan meninggal di tempat.
Setelah kematian Jangga...
Hay para pembaca yang masih tungguin kelanjutan dari kisah Oryza dan Janggala✋🏻✋🏻
Maaf baru up lagi sekarang🙏🏻🙏🏻 untuk menebus kesalah Author yang lama up nya hari ini author akan up dua bab.
Siapa yang masih nunggu kelanjutan dari Oryza dan Janggala angkat tangan🫸🏻
Jangan lupa comen dan remehkan kolom komentar. Jangan jadi silence rider yang datang ngendap ngendap. Satu vote dan comen dari kalian sangat berarti banget buat author
Happy reading
*
*
*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tatapan mata Oryza tertuju pada kaca jendela yang mulai basah tertampar air hujan. Rintik rintik mengalun indah di atas atap berawal dari rintikan kecil hingga sekarang ini membasahi sepertiga bumi.
Oryza berdiri dari duduknya, sepasang kakinya berjalan keluar melihat secara nyata air yang membasahi bumi. Salah satu tangan Oryza terangkat menampung pada tetesan hujan.
Gemuruh petir dan angin saling bersahutan, pepohonan menari mengikuti hembusan kencang angin malam ini. Kepala Oryza mengadah sebentar ke atas, melihat betapa kelam dan mencengkeramkan langit di atas sana.
Pandangan Oryza teralih pada jalanan yang sepi, tak ada satupun makhluk hidup yang terlihat. Hingga bayangan dari kejauhan terlihat semakin mendekat ke arahnya.
Janggala. Sosok yang begitu Oryza nantikan kehadirannya berlari menuju ke arahnya. Kedua tangan terangkat ke atas guna melindungi kepala lengkap dengan satu kantong kresek di tangan kanannya.
Janggala tersenyum samar dengan tatapan tak pernah lepas dari Oryza. Tangannya mengibas baju yang basah oleh air hujan. Setelahnya pandangan Janggala turun menatap kedua manik hazel Oryza dengan teduh.
"Kenapa di luar, Za?"
Oryza mendongakkan kepalanya hingga tatapan keduanya beradu. Tak ada yang bersuara, keduanya hening menyelami ke indahan mata lawan mereka. Tangan Oryza terangkat mengusap lembut pipi basah Janggala.
"Kenapa harus hujan hujanan, Janggala? Kenapa nggak pake payung atau jas hujan ke sini?"
"Hujan itu pengantar kesedihan, Za. Makanya gue nggak pakai payung. Gue mau menikmati hujan secara langsung," balas Janggala sambil menikmati tangan Oryza di pipinya.
"Apa kamu suka dengan hujan? Bahkan sebagian orang membenci hujan, Janggala. Hujan dianggap mala petaka, hujan yang datang tak terduga menghambat setiap aktifitas manusia."