Ayah memanggil Heeseung untuk masuk ke ruang pribadinya. Pintu terbuka, dan pria kelahiran Oktober tersebut melangkah masuk dengan langkah ringan, meski perasaan di hatinya sedikit cemas. Begitu ia menatap ayahnya, wajah sang kepala keluarga tersebut terlihat berbeda hari ini-sumringah dan penuh kebanggaan. Senyum itu membuat Heeseung merasa seolah ada beban yang terangkat dari pundaknya.
"Heeseung, masuklah," kata ayah dengan suara lembut namun tegas. "Kerja bagus, nak," ujar ayah, suaranya penuh kekaguman. "Kita memenangkan tender kali ini. Ayah bangga padamu. Terus seperti ini, ya? Ayah yakin kamu bisa lebih baik lagi."
Heeseung hanya tersenyum tipis, sedikit gugup, tapi hatinya terasa hangat. Ia merasa senang mendengar pujian dari ayahnya, yang selama ini selalu menuntut yang terbaik dari dirinya. Namun, senyum tipis itu tetap tersembunyi di balik kerendahan hatinya, menyadari bahwa pencapaian ini adalah hasil dari kerja keras tim dan juga dorongan dari sang ayah.
Ayah kemudian berdiri dan memeluk Heeseung erat-erat, seolah ingin menyalurkan kebanggaan dan cintanya langsung melalui pelukan itu. "Terus seperti ini, nak. Ayah percaya padamu." Heeseung merasa terharu, meski hanya bisa membalas dengan senyum yang penuh makna. "Terima kasih, Ayah. Heeseung akan terus berusaha," jawabnya pelan.
Bagi Heeseung, momen ini bukan hanya tentang kemenangan dalam bisnis, tetapi juga tentang bagaimana ia berusaha untuk selalu menjadi anak yang membuat ayahnya bangga.
____________________________________________________________
Ni-ki melihat bundanya sangat sibuk di dapur, memotong sayuran, mengaduk adonan, dan meracik bumbu dengan penuh semangat. Banyak bahan masakan yang sudah disiapkan-terlihat berbagai macam sayuran, daging, dan bumbu yang tertata rapi di meja. Ni-ki penasaran, belum pernah ia melihat bundanya memasak sebanyak ini. "Bunda mau masak sebanyak ini?" tanyanya sambil mendekat dan melihat-lihat.
Bundanya tersenyum penuh bangga. "Iya, Nak. Perusahaan kita memenangkan tender besar," jawabnya, matanya berbinar. "Jadi, malam ini kita rayakan dengan makan malam bersama keluarga dan beberapa teman dekat." Ni-ki tersenyum senang mendengar kabar itu. Ia tahu betapa keras para orang tua bekerja demi perusahaan mereka. "Boleh Ni-ki bantu, Bunda?" tanyanya antusias. "Wow, terima kasih, Nak. Bisa banget, Bunda butuh bantuan untuk menyiapkan meja dan membuat hiasan supaya suasananya lebih meriah," kata bundanya.
Dengan senang hati, Ni-ki mengambil piring dan gelas, lalu mulai menata meja makan dengan rapi. Ia juga menambahkan lilin kecil dan beberapa bunga segar di meja agar terlihat semakin cantik. Sementara itu, bundanya terus memasak dengan penuh semangat.
Malam itu, keluarga mereka berkumpul menikmati hidangan lezat hasil masakan sang bunda. Mereka semua berbahagia dan bersyukur atas pencapaian tersebut, dan Ni-ki merasa bangga bisa membantu bundanya dalam perayaan yang istimewa ini.
Saat semua sudah berkumpul di meja makan, hidangan yang lezat tersaji, dan ruangan penuh dengan aroma makanan yang menggugah selera. Begitu Ayah duduk, Jay berdiri sambil tersenyum lebar dan berkata dengan lantang, "Ayah, selamat ya atas tender besarnya!" Ia bertepuk tangan, dan yang lain pun ikut-ikutan, bersorak dan memberi selamat dengan semangat.
Ayah tersenyum haru melihat kehangatan keluarganya. "Terima kasih, semuanya. Tender ini bukan hanya kerja keras Ayah, tapi juga berkat dukungan dari kalian semua," ujarnya penuh rasa syukur. Jake, yang duduk di sampingnya, menambahkan, "Ayah, kami bangga sama Ayah. Semoga sukses terus, ya!"
Senyum di wajah si kepala keluarga semakin lebar, dan ia mengangguk sambil memandang keluarganya dengan rasa bangga. Suasana makan malam pun semakin hangat. Mereka semua menikmati hidangan dengan lahap, tertawa, dan berbagi cerita sambil bersulang untuk kesuksesan yang diraih. Di tengah-tengah makan malam, Bunda mengangkat gelasnya, "Mari kita bersulang untuk keberhasilan ini dan untuk kebahagiaan serta kesehatan kita semua."
Seluruh keluarga ikut mengangkat gelas mereka. "Untuk keluarga dan kesuksesan kita bersama!" seru mereka dengan semangat. Malam itu, rasa syukur dan kebahagiaan memenuhi hati semua orang.
Ni-ki yang duduk di samping Heeseung, memperhatikan raut wajah Hyung-nya yang tampak sangat lelah. Meskipun Heeseung ikut tersenyum saat semua orang bersorak dan merayakan keberhasilan itu, Ni-ki bisa merasakan bahwa di balik senyum itu ada kelelahan yang dalam. Perlahan, Ni-ki mensejajarkan mulutnya di telinga Heeseung dan berbisik dengan tulus, "Selamat Heeseung Hyung atas kerja kerasnya. Ni-ki bangga sama Hyung dan jaga kesehatan selalu." Ia tersenyum lembut, kemudian memeluk Heeseung dengan erat, ingin menunjukkan dukungan dan rasa sayangnya.
Heeseung terkejut sejenak, namun kemudian senyum kecilnya terlihat lebih tulus. Ia menepuk punggung Ni-ki pelan, seolah menyampaikan terima kasih tanpa kata. "Terima kasih, Ni-ki. Kamu selalu perhatian," katanya sambil tersenyum tipis, namun matanya penuh rasa syukur. Dukungan dari adik-adiknya dan keluarga benar-benar berarti baginya, terutama di saat ia merasa lelah dan butuh semangat. Dalam momen itu, Heeseung merasa beban yang ia pikul sedikit lebih ringan, dan ia menyadari bahwa apa pun yang terjadi, keluarganya akan selalu ada di sisinya.
to be continue
6 November 2024Thank you for your vote 🫶
maaf banget baru update 🥲 janji hari ini update beberapa part deh 🤣👍
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG | ON GOING
FanfictionTujuh bersaudara tinggal dalam satu rumah, tetapi masing-masing menyimpan luka batin yang tidak terlihat. Mereka tumbuh dengan cara yang berbeda dalam menghadapi tuntutan dan harapan dari keluarga. Kakak tertua merasa harus selalu sempurna, yang lai...