"Aira, kamu tahu kalau yang menikah ini mantan istrinya Kalla?"
Desisan pelan dari Mami yang mengusahakan agar suaranya tidak terdengar mereka yang ada di sekeliling Mami membuatku sedikit geli. Dibandingkan dengan apa yang tengah Mami bicarakan, Mami yang berbisik seperti ini yang justru menarik perhatianku.
Jarang-jarang Mami berbisik seperti ini, biasanya Mami akan mengeluarkan suara tegasnya yang sangat kontras dengan tubuh kecil beliau. Aku yang tengah menggandeng tangan Mami seketika mengangguk.
"Tadi di mobil Bang Kalla sempat cerita kalau resepsi yang mau kita datangi ini mantan istrinya. Mami nggak usah ngekhawatirin dia, dari tadi aku tanyain reaksinya juga gitu kok. Dia kayaknya bener-bener nggak apa-apa Mi."
Mami mendengkus, tidak percaya dan sekali lagi dia melirik pada Bang Kalla yang menepati janjinya untuk berada di tepi venue, dari tempatku berdiri sekarang aku bisa melihatnya berdiri dengan ajudan lainnya.
"Tapi hati siapa yang tahu, Aira. Mereka dulu pisah karena mantan istrinya si Kalla ada main gila sama atasannya waktu Kalla ada tugas ke luar kota, Mami agak nggak percaya dia baik-baik saja melihat mantan istrinya menikah dengan selingkuhannya, nggak tahu apa motivasi Papimu yang justru mengirim Kalla menemanimu."
Bohong jika aku tidak terkejut mendengar apa yang Mami katakan, sebelumnya Bang Kalla hanya mengatakan jika jalan terbaik untuknya dan mantan istri adalah berpisah namun aku tidak menyangka jika alasannya sefatal itu. Berselingkuh, dengan atasannya, dan sekarang dua sejoli peselingkuh itu menikah? Benar yang dikatakan Mami, pria itu tidak mungkin baik-baik saja, atau bisa jadi.....
Aku menatap Mami, melihat ke wajah manis khas perempuan Solo yang menurunkan fotogenicnya untukku. "Justru pisahnya karena ketahuan berselingkuh, Mi. Makanya ilfeelnya udah sampai ke tahap mentok. Mami sendiri waktu sama mantan pacar Mami juga langsung ilang rasa begitu tahu kalau Om Satya selingkuh sama Tante Ratna, kan?!"
Mamiku dan Papi ini sudah menikah puluhan tahun, bahkan sudah memiliki aku namun kisah cinta mereka seolah menjadi gosip yang tidak lekang oleh waktu. Mami yang digantung, dan Papiku yang ugal-ugalan mencintai pacar sahabatnya, jika kalian tidak good looking dan good rekening, jangan coba-coba meniru apa yang Papi lakukan jika tidak mau berakhir menyedihkan menunggu sesuatu yang tidak pasti. Jadi, meski aku tidak mendengar langsung kisah mereka langsung dari orangtuaku sendiri, namun aku mendengarnya dari mereka yang ada disekelilingku.
"Bisa jadi, tapi kasihan juga ya lihat si Kalla. Dulu dia yang ada di pelaminan sama Salma, sekarang di pernikahan Salma dia ada di pinggir sana." Mendapati keprihatinan Mami aku hanya mengangguk, setuju dengan yang Mami katakan, kasihan sekali dengan hidup Bang Kalla yang penuh dengan ironi, wajah tampannya menolak redup meski ada di pinggiran. "Coba kamu ajak Kalla gabung kesini, Ra."
Mamiku ini, seorang Ibu Guru dan juga seorang Ketua Yayasan Kemanusiaan, tentu saja jiwa Ibu Peri beliau seketika meronta-ronta saat mendapati anggota suaminya dalam situasi yang tidak oke, dengan cepat aku ingin menolaknya namun apa yang ingin aku katakan terinterupsi dengan sosok gempal Ibu-ibu yang menyapa Mami dengan akrab.
"Ya ampun Bu Jendral, ketemu kita disini."
Hampir saja aku tergilas oleh tubuh subur Bu Tatiek Winanta, aku ingat betul beliau adalah istri dari seorang Tentara juga yang seingatku berdinas di Jawa Barat namun entah apa tepatnya, satu hal yang membuatku sangat mengingat beliau adalah sosok putranya, yang benar saja tebakanku, seseorang yang tidak ingin aku temui tersebut justru menolongku dari tubrukan maut Bu Tatiek.
"Mama, hati-hati Ma, hampir saja bikin Aira jatuh."
Entah reflek menolongku atau pria ini memang cari-cari kesempatan, dia memegang bahuku agar aku tidak limbung dan tatapan matanya yang penuh dengan pengertian saat menegur Ibunya justru menjadi hal horor dalam pandanganku.
"Terimakasih Kak Haris......" tidak ingin dipegang-pegang oleh pria yang bertugas di Polda Metro Jaya ini aku segera mundur sejauh dan sesopan yang aku bisa.
Senyuman penuh makna terlihat diwajahnya yang menurut banyak orang tampan namun sukses membuatku bergidik ngeri. Haris Winata ini seorang Polisi muda yang sangat terkenal dikalangan Selebgram, dia banyak memacari para influencer terkenal tapi percayalah, yang dia incar untuk menjadi istri adalah perempuan yang bisa memperkokoh posisinya sebagai calon jendral Polisi, itulah alasan terbesar kenapa aku sangat tidak menyukainya.
"Ya ampun, Maafin Tante, Aira! Tante terlalu antusias ketemu sama Mamimu sampai nggak lihat ada kamu, habisnya kamu makin cantik, sih! Udah setinggi Papimu juga, ya ampun Tante pangling."
"Aaaaahhh Jeng Tatiek bisa saja kalau muji." Basa-basi itu dilontarkan oleh Bu Tatiek, Mami yang mendengar aku dipuji-puji tentu saja sangat senang, beliau seketika melupakan tentang keprihatinan beliau soal Ajudan Papiku yang terlupakan. Sungguh inilah yang tidak aku sukai jika harus ikut Mami dalam acara-acara seperti ini. Basa-basi yang ujungnya......
"Beneran Bu Jendral, nggak peres saya! Ini Aira sudah punya pacar belum? Atau Bu Jendral sudah punya calon buat Aira? Kalau belum Aira mau nggak sama Haris, Haris juga belum ada calon loh. Serasi sekali kalian kalau Tante lihat."
Nah ini nih yang sangat tidak aku sukai, selalu ada obrolan tentang perjodohan, bisa nggak sih basa-basinya nggak melulu soal dijodohin, bukan aku sok kecakepan atau sok laku, tapi ya ampun, apalagi laki-lakinya sosok yang sering dibicarakan para selebgram heboh. Berurusan dengannya hanya akan memancing keributan.
"Loh Kak Haris belum ada calon? Terus sama Fani BA Nuglow itu nggak pacaran, Kak?"
Dengan polosnya aku bertanya, berita kedekatan Haris ini sama selebgram sensasional tersebut sangat hits di Sosmed, mustahil jika Tante Tatiek tidak tahu, Haris yang sudah berpengalaman dalam dunia buaya tentu saja dengan mudahnya mengelak.
"Itumah gorengan netizen, Aira. Tahu sendiri kan gimana barbarnya fans-fans selebgram. Cuma ketemu disebut jadian, papasan di edit-edit di kasih lagu romantis."
Ciiiihhh, bisaan ya ngelesnya Kadal satu ini.
"Jangan percaya gosip-gosip murahan itu, Aira. Haris nggak Tante izinin sama seleb-seleb nggak jelas itu. Bisa kebawa buruk nama baiknya dan kariernya. Gimana, mau nggak Tante jodohin sama Haris?"
Ditembak langsung seperti ini aku hanya bisa meringis, menggigit gigiku agar tidak keluar kata-kata mutiara yang mengingatkan Tante Tatiek soal anaknya yang sama sekali tidak suci dari noda, aku berusaha mengelak, tatapanku penuh pertolongan ke arah Mami namun sayangnya Mami sedang menyapa rekannya yang lain, harusnya Tante Tatiek ikut nimbrung saja dengan mereka, tapi Ibu dan anak ini seolah memerangkapku ditengah situasi yang tidak pas.
"Kakak boleh minta nomor pribadimu, Aira?"
Lagi, permintaan Haris terlontar.
"Saling mengenal nggak ada salahnya, Nak Aira. Buat menjalin silaturahmi juga."
Tambah Tante Tatiek yang membuatku semakin tidak nyaman karena merasa di desak untuk menjawab, seharusnya beliau tahu saat aku tidak kunjung menjawab disitulah aku tidak nyaman, namun nyatanya beliau sama sekali tidak peka, ditengah situasi yang sangat tidak nyaman ini seketika pandanganku bertumbuk pada sosok Bang Kalla yang juga menatapku.
Seolah ada bohlam terang tepat di atas kepalaku, tanpa berpikir dua kali aku langsung mengangkat tanganku seolah aku sudah sangat menunggu kehadirannya.
"Bang Kalla, Abang..... sini Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRA
Storie d'amoreSaat Tuan Putri kesayangan Sang Panglima yang pecicilan dan manja bertemu dengan Ajudan yang dingin. Aira Sekar, perempuan manja mahasiswa Hubungan Internasional tersebut nyatanya harus menjilat ludahnya sendiri, satu waktu dia pernah berkata jika d...