"Jadi apa yang akan kita bicarakan hari ini, Bang!"
Tanpa berbasa-basi sama sekali aku langsung menanyakan hal ini kepada pria tampan yang ada di hadapanku. Dengan kemeja coklatnya, pria tampan di hadapanku ini tampak seperti seorang Eksmud dengan tubuh bugar namun nyatanya dia adalah seorang prajurit paling menyebalkan yang pernah aku temui selama 24 tahun aku hidup di dunia ini.
Aku yang sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan yang akan dibawa olehnya sampai bosan setengah mati, aku tidak ingin berbicara dengannya namun aku tidak bisa menolak untuk tetap menatap wajah tampannya. Alhasil kini dengan topik paling membosankan yang akan kami bahas, aku memilih duduk manis di hadapannya, bertopang dagu dan menatap penuh minat pada salah satu ciptaan Tuhan yang paling indah ini.
"Latte, atau lemon tea?"
Alih-alih menjawab pertanyaanku, pria bercambang yang tercukur rapi dan membuat penampilannya semakin mature tersebut justru menawarkan dua minuman yang paling tidak bisa aku tolak.
"Americano saja! Aku sedang diet!" Ucapku yang langsung disambut dengkusan tidak suka darinya. Wajahnya cemberut, rahangnya mengeras hal yang sangat aku kenali sebagai bentuk protesnya atas apa yang baru saja aku katakan.
"Lemak bagian mana lagi yang ingin kamu buang, Aira! Bahkan tubuhmu sudah kurus kering seperti tisu dan kamu mau masih mau diet?!" Aku bersedekap, menantangnya yang terus mengomeliku karena apa yang aku lakukan, aku ingin melihat sejauh mana dia ingin mencegahku. Alih-alih menurutinya, aku justru mengangkat tanganku yang membuat waitress cafe ini mendekat. Tanpa peduli dengan waitress cafe yang tercengang mendapati salah satu sosok yang sedang viral di medsos ada tepat di hadapannya aku menegur dengan sopan.
"Americano, Please."
"Americano, ya Kak?" Mendengar orderanku pelayan tersebut tersentak, senyuman malu-malu mengembang di wajahnya saat menatap pria yang ada di hadapanku, namun yang membuatku agak sewot adalah dia menerima orderanku tanpa melihatku sama sekali.
"Ya Americano, ice!" Ujarku dengan rasa sebal mendapati si waitress ini masih dengan penuh minatnya memandang pria yang ada di hadapanku. Seharusnya saat mendengar suara sewotku, waitress ini sadar jika dia telah melakukan sesuatu yang membuatku tidak nyaman, namun wanita ini bergeming, dia justru tersenyum semakin penuh makna ke arah pria yang ada di hadapanku.
"Oke, Americano ice, ya Kak. Terus Kakaknya mau pesan apa? Kakaknya ini Kapten Kalla ajudannya Pak Sura, kan? Ya ampun, nggak nyangka loh bisa ketemu secara langsung, boleh minta foto, nggak? Saya ngikutin viralnya Kapten loh."
God, mendapati si waitress ini begitu antusias bahkan sampai meminta foto segala seketika aku langsung memutar bola mataku dengan malas, rasanya sangat geram, perasaan kesal yang sudah aku bawa sejak aku datang ke Kafe ini seketika melonjak, aku ingin menegurnya dengan marah atas sikap lancangnya namun omelanku seketika berhenti saat pria menyebalkan di hadapanku ini meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Dan sikapnya ini tentu saja tertangkap oleh si waitress yang seketika kehilangan senyumannya.
"Tolong ubah orderannya. Bukan Americano, tapi Lemon tea dan latte. Saya juga pesan snack platter dan chicken salad. Soal foto, maaf, saya tidak bisa." Dengan gelengan kepala pelan pria yang menjadi idola para kaum hawa tersebut mengisyaratkan pandangannya agar wanita itu melihat ke arahku. "Itu demi keselamatan Anda sendiri."
Setelah sedari tadi aku hanya menjadi mahluk tak kasat mata di hadapan sang waitress, akhirnya perempuan ini melihatku, senyuman yang sangat aku paksakan muncul di wajahku yang membuatku semakin antagonis dimatanya.
"Jangan melihat pacar saya seolah Anda ingin menerkamnya, Miss......" aku membaca nametag tersebut perlahan. Mendapati nama Elsa dengan jabatan SPV yang ada di dadanya, tampak dirinya yang menelan ludah gugup, takut dan ngeri melihat wajahku yang tidak bersahabat, sayangnya aku sudah tidak peduli. "Elsa.... Jika Anda mengikuti pria di hadapan saya, Anda pasti tahu jika pria tampan ini milik Putri Komandannya. Gosip yang beredar itu bukan sekedar rumor! Jadi Please, bisa buatkan pesanan yang dia minta, dan berhenti menatapnya. Saya tidak suka!"
Wanita itu lari mundur dengan tergesa-gesa nyaris tersandung kakinya sendiri karena ingin segera menjauh dariku, aku sudah tidak tahu bagaimana wajahku sekarang yang jelas sudah pasti sangat tidak bersahabat. Jika ada hal yang paling aku benci di dunia ini mungkin itu adalah perasaan cemburu.
"Aira......" suara dari hadapanku ini membuatku mengembalikan pandanganku kepadanya, membuatku teringat kenapa aku ada disini. Moodku yang sebelumnya bagus seketika memburuk dan aku hanya bisa menatapnya dengan cemberut.
"Iya, Abang. Bagaimana? Apa kamu mau menegurku karena sikapku barusan? Jika iya, aku akan mengintropeksi diriku yang terlalu pencemburu, tapi salahnya dia juga yang melihatmu seperti itu."
"..........."
"Tapi jika yang ingin kamu bicarakan kali ini adalah ajakan putus untuk kesejuta kalinya, berikan aku alasan yang masuk akal kenapa kita tidak bisa bersama selain karena status dudamu, usiamu yang jauh lebih tua, dan juga karena kamu ajudan Papiku."
"............"
"Jika alasanmu masih itu, tutup mulutmu rapat-rapat! Aku tidak mau putus!"
.....
Aku nggak diet, aku cuma pengen kamu perhatiin aku aja. Dan terbukti kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRA
RomantizmSaat Tuan Putri kesayangan Sang Panglima yang pecicilan dan manja bertemu dengan Ajudan yang dingin. Aira Sekar, perempuan manja mahasiswa Hubungan Internasional tersebut nyatanya harus menjilat ludahnya sendiri, satu waktu dia pernah berkata jika d...