Gara-Gara Kiranti

380 83 4
                                    

HollllllaaaaaaaIkuti juga yuk kisah Aira dan Kalla di aplikasi KBM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hollllllaaaaaaa
Ikuti juga yuk kisah Aira dan Kalla di aplikasi KBM

Saat aku menerima tawaran Eve untuk membantunya menjadi muse gaun rancangannya aku berpikir aku hanya akan bersenang-senang sehingga aku meliburkan Manager dan asisten yang biasanya membantuku, sekarang disaat moodku tiba-tiba drop aku tidak memiliki siapapun yang bisa aku ajak berbicara untuk mengembalikan moodku.

Ditengah langkahku yang keluar dari butik Eve seketika langkahku terhenti saat aku teringat dengan Kalla, Ajudan Papi, sedari aku berlari meninggalkannya tadi aku tidak melihatnya lagi, dan sekarang aku yang kebingungan dimana keberadaannya. Papi memintanya untuk menjemputku, memastikan jika aku datang menemani Mami, tapi sekarang pria itu menghilang entah kemana yang membuat perasaanku semakin buruk, apalagi jika mengingat pertanyaanku yang sangat tidak bermutu sebelumnya.

Pria galak itu pernah melakukan prewedding, pernah menikah, dan gagal dalam berumah tangga, dan konyolnya pertanyaan yang sebelumnya hanya aku lemparkan untuk mengisi kecanggunganku justru membuatku tidak nyaman sendiri. Kegagalan dalam berumah tangga dan hubungan bukan hal yang baik untuk dijadikan bercandaan.

Tapi nggak mungkin kan dia pergi begitu saja karena tersinggung, bagi seorang anggota apalagi ajudan perintah atasan adalah hal yang mutlak, jika Papi memerintahkannya untuk menjemputku dan mengantarku ke tempat Mami berada, maka tidak peduli hujan meteor, badai tsunami maka dia harus melakukannya, tapi dimana Kalla sekarang? Ini aku naik mobilku sendiri apa bagaimana?

"Mbak Aira....."

Ditengah kebekuanku memikirkan dimana dirinya berada, pria yang aku cari keberadaannya tersebut memanggilku, tidak ada lagi tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya, Kalla kembali mengenakan pakaian mode clean layaknya starboy oldmoney Ibukota. Dia tidak datang dengan tangan kosong, ada beberapa hal ditangannya saat dia mendekat, dan begitu Kalla mendekat, aku dibuat speechless mendapati Kiranti, roti, air mineral, dan eskrim.

"Sorry Mbak bikin nunggu, tadi saya ke minimarket depan. Saya dengar katanya Mbak sedang tidak enak hari ini."

Mendapati barang-barang yang ada di dalam plastik tersebut aku membeku, tidak menyangka jika dia akan pergi membelikanku barang-barang yang dia pikir akan sedikit membantu rasa tidak enakku. Jika ada hal yang tidak aku suka dari ajudan Papi atau pun anggota lainnya yang Papi mintai tolong untuk menjagaku itu adalah mereka yang banyak bertanya namun sosok yang baru saja aku singgung ini memiliki inisiatifnya sendiri.

Aku ingin berterimakasih, sungguh eskrim coklat yang dia belikan pun tampak menggiurkan namun sayangnya egoku tidak mengizinkanku untuk berterimakasih kepada Ajudan Papi yang membuatku harus pergi ke acara yang tidak aku inginkan. Alih-alih berterimakasih, aku justru memberikan kunci mobilku kepadanya.

"Tolong hati-hati membawa mobil kesayanganku."

Aku bahkan tidak bertanya dia ke Butik Eve ini memakai kendaraan apa, bisa jadi dia membawa mobil atau motor yang harus dia tinggalkan, namun aku sama sekali tidak memedulikannya. Aku berjalan lebih dahulu ke mobilku, dan dari langkahnya yang berat dan panjang berirama aku tahu jika pria ini mengikutiku.

Suara alarm mobil terdengar, aku langsung membuka pintu penumpang belakang, seperti yang aku katakan kepada Eve tadi, aku bisa bersiap-siap segalanya di mobil, dan di mobilku semuanya aku miliki.

Tidak ada ketersinggungan saat Ajudan Papi tersebut duduk dibalik kursi kemudi, tanpa banyak bertanya dan berkata dia langsung melajukan mobil ini keluar dari halaman butik Eve, suasana Jakarta yang selalu macet langsung menyambut kami, dan itu menambah kadar badmood-ku. Tidak ingin memperparah keadaanku sendiri, aku mengalah dengan egoku yang sebenarnya gengsi untuk menerima apa yang Ajudan Papi ini berikan.

Aku membuka kiranti yang dia beli, dan entah memang minuman ini benar-benar berefek atau hanya sugesti, tapi dia memperbaiki moodku yang buruk. Bergerak dari Kiranti yang aku minum sekali tenggak, aku meraih es krim coklat yang sangat jarang aku nikmati demi menjaga berat badanku dan alhasil saat coklat itu meleleh di mulutku, semua perasaan buruk, sebal, kesal, capek, luntur seketika. Aku menjadi jauh lebih tenang, jika dihitung dengan angka, rasa sebalku berkurang dari angka 90 ke angka 30.

Sungguh aku sendiri bingung kenapa coklat bisa memiliki efek sedahsyat ini untuk mood swing-ku. Aku yang takjub dengan efek coklat ini bahkan sampai tidak sadar jika Ajudan Papi ini memperhatikanku dari balik spion dalam. Mungkin karena tidak tahan dengan ekspresiku akhirnya dia angkat suara.

"Kalau Mbak Aira suka, saya bisa belikan lagi es krim coklatnya."

Untungnya saat Kalla berbicara eskrim cone itu sudah habis, jika tidak mungkin rasa tengsinku mungkin akan membuatku membuangnya, moodku yang sudah membaik membuatku hanya mendelik kepadanya.

"Kamu mau bikin aku gendut?"

"Dua eskrim nggak akan berpengaruh ke badan, Mbak Aira!"

Bagi sebagian orang hal itu benar namun bagiku itu salah besar, satu waktu aku pernah liburan ke Bangkok tanpa memperhatikan apa yang aku makan alhasil timbanganku naik sampai 5 kg dan itu adalah hal yang mengerikan. Malas menanggapi apa yang dikatakan oleh Ajudan Papi tersebut aku memilih diam, tidak ingin tampil kucel saat menemani Mami aku akhirnya memutuskan untuk mulai makeup. Makeup MUA di studio Eve tadi memang bagus, tapi menurutku terlalu bold untuk sekedar kondangan, aku tidak ingin menjadi bahan pergunjingan kolega dan rekan Mami dengan dikira gila-gila spotlight, es krim coklat yang aku makan sukses membuatku lebih tenang hingga bisa makeup dengan nyaman.

Tidak perlu berlebihan, tidak menunggu lama makeupku sudah selesai, hanya tinggal berganti pakaian saja. Kaca mobil yang gelap membuatku merasa tidak perlu bersusah payah keluar mobil.

"Tutup spionnya dan jangan lihat ke belakang, Bang!"

Merasa tidak sopan memanggil sekedar nama pada pria yang jauh lebih tua dariku aku memperingatkannya saat hendak berganti pakaian yang sudah Eve siapkan, dengan patuh Kalla menurut namun sayangnya aku merasa sesuatu merembes basah di pangkal pahaku yang membuatku seketika memucat, apalagi dresscode acara adalah beige broken white, tubuhku seketika membeku.

Bodohnya, mulutku yang manja ini tidak bisa dikontrol sama sekali karena dengan tololnya aku justru berbicara hal paling memalukan dalam hidupku.

"Abang, Kiranti yang Abang beliin bikin ulah!"

KAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang