"Duh Ra, lama gak keliatan. Lo makin cantik aja" Daffa menopang dagu dengan kedua tangannya. Matanya berkedip dengan genit ke arah Namira.
Dari arah belakang, Galen menggulung buku tulisnya. Tanpa aba-aba dia memukul kepala belakang Daffa. Sampai menghasilkan bunyi debuman yang keras.
"ANJING..... Siapa yang mukul gue" Dia langsung berdiri, berbalik dan mendapati Galen yang sudah melotot padanya. Tadinya Daffa hendak memaki orang yang telah memukulnya, tapi dia urungkan lagi saat tau itu Galen "Hehehehe... Pak bos ternyata"
"Mampus lo, siapa suruh genitin si Rara. Pawangnya ngamuk kan" Ledek Olivia. Dia duduk di kursi milik Galen, sedangkan Davina mengeser kursi miliknya dan memposisikan dirinya di sisi kanan Namira.
Farel berkata "Emang, mahluk satu ini gak kenal tempat sama orang, untung cuma di pukul aja. Gak di tebas tu pala"
Galen tidak mengatakan apa-apa saat ini, ponselnya berbunyi. Dia melihat itu adalah pesan yang di kirim oleh Elios.
[Gue udah dapet informasi keluarga itu, mereka sekarang ada di prancis. Lo mungkin bakalan kaget sama fakta yang gue temuin. Sebenarnya orang di balik yang menggagalkan pendonoran buat namira itu nyokap lo sendiri]
[Gue gak tau alasan sebenarnya kenapa nyokap lo ngelakuin itu semua, yang gue tau Rara maupun om Arthur gak pernah punya urusan sama dia]
Galen "......."
Dia tidak pernah memahaminya, fakta ini benar-benar di luar bayangannya. Ibu yang Elios sebutkan tentu saja bukanlah Anna. Melainkan wanita itu. Wanita yang telah membawanya ke dunia ini sekaligus wanita yang membuangnya seperti sebuah sampah yang tidak di inginkan lagi.
Tapi mengapa? jika wanita itu ingin balas dendam. Kenapa targetnya harus Namira? Kenapa bukan dia.
Dengan tangan yang gemetar Galen meremas ponselnya dengan erat, sampai urat-urat lengannya terlihat jelas.
"Dio ada apa?" Namira dapat melihat dengan jelas ketidak wajaran dari Galen. Saat dia melihat ponselnya. Sebenarnya apa yang ada di ponsel Galen, sehingga membuatnya seperti itu. Namira merasa sedikit khawatir.
"Gak papa, aku keluar sebentar" Tanpa menjelaskan apapun, lelaki itu pergi begitu saja. Membuat yang lain menatapnya dengan bingung.
"Udah gak usah di pikirin, dia kan orangnya emang gitu" Kenzo mengibaskan tangannya. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan Galen yang tiba-tiba pergi begitu saja. Sahabatnya itu memang sedikit aneh, apalagi akhir-akhir ini. Dia sering menghilang. Paling Kenzo sering melihatnya di rumah sakit saja.
"Bener banget" Liam menjawabnya tanpa mengalihkan pandangnya sedikitpun dari ponsel yang sedang dia pegang.
Yang lain juga tidak membahasnya lagi.
Namira merogoh tas miliknya, mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Meletakkannya di atas meja, hal ini membuat semua perhatian para temannya kini beralih padanya.
"Ra itu apa?" Tanya Olivia, dia sedikit penasaran denga sebuah kartu persegi berwarna biru yang di hias dengan bunga-bunga kering.
Namira tersenyum simpul "Lusa ulang tahun aku, rencananya aku mau menggelar pesta sederhana di rumah, kalian mau datang kan?"
Ini memang rencana yang sudah di pikiran dengan matang, dua tahun terakhir dia merayakan ulang tahunnya di rumah sakit. Itu juga hanya dengan papahnya dan ibu Nia. Kali ini, dia ingin menggelar pesta. Meskipun dengan sederhana. Namira berharap teman-teman barunya akan pergi ke acara ulang tahunnya. Tahun ini harus berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Wahhh pesta. Tenang Ra, gue bakalan datang paling awal" Daffa menepuk dadanya.
Farel dengan kesal menoyor kepala Daffa "Alah yang lo incer paling makanannya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis ex girlfriend (END)
HumorNamira entah bagaimana dia masuk ke dalam sebuah novel Tampa judul, yang baru dia menamatkan bacaannya tadi malam. Tapi ketika dia membuka matanya lagi dia sudah berada di tubuh yang berbeda,tubuh pemeran tambahan di dalam novel. Mantan pacar dari p...